the another ways

605 63 32
                                    

.

.

.

Mayuzumi chihiro masih setia menunggui adiknya, beberapa hari ini ia slalu terlihat berada diruang pribadi sang Raja dan Ratu dengan alasan merawat adiknya. Ia tak pernah dapat tidur dengan tenang jikalau tak menjumpai wajah sang adik.

Chihiro takut. Sangat takut. Ia takut jika tetsuya ambruk lagi, dan kemudian kembali menjadi kritis. Tidak...ia tidak ingin itu terjadi.

"Nii-san...?" panggil tetsuya heran, ia baru saja membuka mata dan menemukan kakaknya duduk dihadapannya dengan raut wajah ketakutan.

Chihiro tersenyum, mendekati tetsuya dan mengacak-acak surai yang semarawut.

"bagaimana tidurmu?" tanya chihiro masih dengan nada suara yang lembut.

Tetsuya balas tersenyum tipis.

"aku hanya tidur. Dan kurasa tidurku biasa saja."

Chihiro mengangguki, tampak seperti mengerti maksud dari perkataan tetsuya. Matanya menatap sang adik intens, adiknya yang kurus kini bertambah-tambah kurusnya. Dan semua itu adalah kesalahannya. Chihiro mendesah, sebagai bentuk pelampiasan beban hatinya yang berat.

"Nii-san..apa kau baik-baik saja?" tanya tetsuya pelan, sorot matanya tampak sedih. Membuat chihiro kembali terluka, memikirkan bahwa adiknya hampir mati karena keegoisannya.

"tentu saja. Nii-san baik. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Tetsuya masih menatapnya, seolah tidak mempercayai kebohongan yang ia utarakan. Apa tetsuya begitu mengkhawatirkannya? Bagaimana jika adiknya itu kembali sakit hanya karena memikirkan dirinya?

Perasaan egois, obsesi serta nafsu itu kini digantikan ketakutan. Takut akan kematian tetsuya. Adiknya yang baik hati dan rentan terserang penyakit itu membuatnya berpikir, sakit hatinya tak akan lebih baik jika tetsuya meninggal, justru dengan meninggalnya tetsuya maka ia telah ikut kehilangan harapan. Kehilangan jiwa yang membuatnya berusaha bertahan didunia yang keras ini.
Apalah arti hidupnya tanpa kesayangannya?

"ne...tetsuya, kau tak perlu mengkhawatirkan itu lagi." suara tegas yang lain tiba-tiba menginterupsi.

Seijuurou tampak hadir disana, bersandar dengan gagahnya dimuka pintu sembari melipat tangannya dan mata yang mengawasi tajam. Seulas senyum tipis diberikannya pada chihiro dan tetsuya.

"maksud sei-kun?" tetsuya memicing suaminya penuh tanya.

"...." seijuurou menatap chihiro menyampaikam maksud dan ditanggap begitu baik oleh chihiro. "Nii-san mu akan menikah."

Baik chihiro maupun tetsuya sama-sama tersentak. Keduanya saling pandang dalam tanya.

"ya'kan kakak ipar?" ucap seijuurou penuh penekanan, ia masuk dan menghampiri keduanya dengan aura tak mengenakan.

"be-benarkah??" tanya tetsuya ragu, ekspresi kakaknya sangat kurang menyakinkan.

"tentu saja." jawab seijuurou mantap. Ia melirik chihiro tajam dan disambut dengan gestur tubuh tak nyaman oleh chihiro.

Akhirnya pelan-pelan lelaki kelabu itu mengangguk ragu. Tetsuya memicing, jelas-jelas ada gelagat aneh dari keduanya.

"tunggu, jika kalian bersandiwara...kumohon hentikan. Aku...aku memang tidak mengerti perasaanmu Nii-san...tapi...aku tidak bisa bahagia jika kau terus menderita..kau..."

"aku benar-benar akan menikah!" potong chihiro cepat. Ia berusaha tampil semaksimal mungkin untuk bersandiwara didepan adiknya.

Ia sungguh tidak menginginkan adiknya harus kesakitan karena keegoisannya semata.

Vocation in the castleWhere stories live. Discover now