one for everyone

676 60 55
                                    


.

.

.

Ia tidak pernah berpikir apalagi menyangka jika suatu saat tiba harinya ia akan melangkahkan kaki memasuki kamar terkutuk yang slalu ia sumpahi. Tidak, ia tidak boleh egois. 

Dengan segenap keberaniannya chihiro melangkah masuk. Ia mengedarkan pandangan kesegala penjuru dan menemukan bahwa raja mempunyai selera bagus dalam mendesain dan seni.

Tapi, ketika pada akhirnya ia melihat sosok adiknya terbaring lemas disana. Hatinya yang terluka, dan sakit menjadi hampir berhenti berdetak.

"suya-chan...." bisik chihiro lemas. Kabar dari si gadis gulali bukanlah sekedar kebohongan. Adiknya sekarat dan hampir mati.

Chihiro merasakannya, aura-aura kematian menguar didalam ruangan itu. Adiknya yang cantik, memejamkan mata seolah-olah tak akan pernah terbuka untuk sekian kalinya. Tangan chihiro bergetar, tidak, seluruh tubuhnya bergetar. Perlahan jemarinya mengusap pipi pucat dan kurus adiknya, tetsuya...benar-benar akan meninggal?

"suya...suya..adik nii-san....?" ia menyentuh jemari kecil adiknya, tapi yang dapat ia rasakan adalah dingin. Tangan yang sedingin es....

"hallo kakak ipar." sapa suara berat yang terdengar letih dan tak lain adalah adik iparnya meski enggan mengakui.

Chihiro terdiam ditempatnya, pandangannya tajam mengarah pada seijuurou, menuntut meminta penjelasan.

"hari kedua puluh bulan ini, aku menjumpai istriku berbaring lemas diranjang, tidak ingin diajak bicara dan menangis didalam pelukanku, mengadu ingin pulang. Aku tidak mengerti mengapa dan apa penyebabnya tapi tampaknya...ini berhubungan denganmu 'kan?"

Pupil mata chihiro membesar, terkejut. Secara spontan ingatannya mengarah kepada hari itu. Hari dimana ia dan adiknya berdebat bersama air mata. Apakah tetsuya seperti ini....karena ulahnya?

"tidak mungkin..." sergah chihiro lirih. Matanya beralih pada tetsuya, adiknya terbaring sakit dan koma karena dirinya?

"apa benar ucapanku?" selidik seijuurou kembali dengan tatapan tajam dan sarat akan kemarahan.

Chihiro terdiam, tidak dapat menjawab. Otaknya masih tak mampu menerjemahkan kata demi kata dari perkataan seijuurou. Ia terus terngiang, benarkah...tetsuya akan mati karena keegoisannya? Karena rasa serakah dan nafsu butanya?

Tetsuya akan mati?

Karena dirinya?

"jika tetsuya meninggal, maka bersiaplah untuk menyusul istriku chihiro." kata-kata itu diucapkan penuh dengan penekanan dan kemurkaan membuat chihiro menoleh.

Wajah seijuurou jelas datar, tapi tatapan matanya dan auranya yang menguar dari tubuhnya bukan main-main menakutkannya. Chihiro merinding hanya sekedar berdiri sejarak 2 m darinya. Ia akan mati mengenaskan, itulah yang dapat ia pikirkan.

"Nii-sama..." sela satsuki hati-hati, ia berdiri sejak tadi dibelakang akashi. Ikut diam karena tidak berani menyela.

Seijuurou tetap diam, tapi aura mengerikan itu perlahan lahan surut. Satsuki cukup mengerti bahwa ia diperbolehkan untuk lanjut bicara.

"ada kabar baik, jadi yang mulia dapat beristirahat pada akhirnya."

Seijuurou menghadap satsuki, menarik pergelangan tangan gadis itu dengan kuat.

"apa anggrek itu ditemukan?" sambar seijuurou cepat dan tergesa-gesa.

Satsuki mengangguk, ia dapat melihat binar kebahagiaan jelas terpancar dari wajah kakaknya yang belakangan ini tampak begitu suram dan menyeramkan.

Vocation in the castleWhere stories live. Discover now