fly

560 56 13
                                    

.

.

Seseorang pernah bertanya padaku, seseorang yang dulunya amat ku sayangi. Meskipun hingga sekarang, aku masih tetap menyayanginya. Hanya saja...dengan cara ku sendiri.

Waktu itu, umurnya 11 tahun. Dengan wajah cantik yang babak belur ia tersenyum dan menenangkanku yang menangisi dirinya.

"menurutmu siapa aku?" tanyanya dengan lembut, meringgis pelan ketika rasa ngilu akibat dipukul ayahnya terasa.

"mayuzumi tetsuya..." jawabku serak, agak sulit bagiku untuk menghentikan tangis. Jelas masih terbayang dikepalaku bagaimana tetsuya dipukuli habis-habisan oleh ayahnya.

Tetsuya menggeleng pelan, senyum masih ketara jelas diwajahnya. Apa dia tidak merasa sakit? Padahal aku hanya melihat saja, tapi rasanya itu sangat menyakitkan...bagaimana dengan tetsuya yang merasakannya?

"aku bukan siapa-siapa..." tuturnya sedih, senyumnya agak dipaksakan setelahnya. Entahlah...apa dia sedang menahan air mata? Dia melihatku lagi, menatapku dengan lembut lalu mengelus-ngelus rambutku penuh kasih. "aku tidak punya tempat didunia ini." tetsuya menghembuskan nafasnya dengan mata berkaca-kaca.

"kazu-nee...siapa kau? Apa kau punya tempat didunia ini?"

Aku masih tidak dapat menjawab pertanyaan itu hingga kini. Tetsuya...benar...kita bukanlah siapa-siapa...kita juga tidak punya tempat didunia ini. Sekarang aku memahami perasaannya saat itu...

Tetsuya,

Jika aku jadi kau, yang harus menanggung semua derita ini. Lebih baik aku mati saja.

....




"tetsuya sejak kecil slalu menderita...kau mungkin berpikir ia dapat hidup tenang dengan penampilannya. Tapi, hal-hal yang menimpanya slalu membuatnya disakiti. Ia pernah hampir mati karena dipukuli oleh ayah, jika saja aku terlambat sedikit saja. Mungkin ia sudah tidak ada."

Satsuki terdiam ditempatnya, menatap chihiro yang sedang bercerita dengan pandangan sedih. Ia sama sekali tidak menyangka, dibalik sosok pendiam seorang tetsuya, terdapat cerita tragis yang mengiringinya.

"dan ketika ia berumur 15 tahun, ia memilih untuk pergi dari rumah...ia sudah terlalu banyak disakiti. Perjodohan itu...serta aku yang menentangnya...dan ayah yang malah menyalahkan tetsuya untuk segalanya...tetsuya terlalu sakit...ia tidak bisa lagi bertahan. Tetsuya adikku..." chihiro meneteskan air mata diujung kalimatnya. Membuatnya tak bisa melanjutkan kata-katanya hingga hanya mampu terdiam untuk sesaat.

Satsuki yang melihat hal itu perlahan-lahan mendekati dirinya pada chihiro, memegang lembut tangan
Chihiro. Sorot matanya terlihat menguatkan perasaan chihiro.

Tak urung, itu membuat chihiro tersenyum. Satsuki...adalah wanita yang baik.

"Nii-san...tidak apa-apa...kau dan suya nee-chan telah berjuang..." tatapan satsuki melembut seiring dengan cengkraman tangannya yang mengerat.

Satsuki hanya berharap, pada waktu ini, ketika mereka berbicara saling berhadapan seperti ini...chihiro dapat merasakannya. Bahwa yang duduk dihadapannya saat ini adalah istrinya. Teman hidupnya, maka mungkin setidaknya chihiro dapat menikmatinya dan tersenyum bahagia suatu saat nanti.

Semoga salam perpisahan itu tak akan pernah ada hingga waktu berakhir.

Chihiro balas mengenggam tangan satsuki, dan pada detik itu juga. Rasa haru dan bahagia itu menyelinap kedalam hatinya. Sentuhan sekecil ini saja dapat memutar perasaannya begitu dalam.

"mengapa kau menangis?" tanya chihiro kebingungan namun pada saat itu ia tetap tersenyum, senyum tulus pertama kali yang ia perlihatkan didepan satsuki.

Vocation in the castleWhere stories live. Discover now