Atlantic (the last civilaztion) bagian 15

1.4K 145 3
                                    

*******
Perasaan Shin

*******Perasaan Shin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Shin vrechter

Shin Vrechter, putra Arif & Numala mulai tumbuh menjadi seorang remaja yang mencari jati diri nya. Shin selalu bertanya-tanya mengapa mereka harus hidup terisolir dan menutup diri dari semua orang. Shin hanya menginginkan hidup normal, bersosialisasi dengan banyak orang, bermain dan bersekolah. Bukan sekedar mengurung diri di rumah mewah dan hanya bermain di sekitar pegunungan saja.

Shin merasa tidak nyaman terus-menerus hidup terisolir di pegunungan karena Numala selalu melarang keras anak-anaknya pergi menuruni gunung untuk menemui siapapun. Oleh sebab itu, Numala meminta Arif memagari halaman rumah mereka yang luas dengan pagar besi yang sangat tinggi agar anak-anak mereka tidak bisa keluar rumah tanpa se-izin mereka.

Kebutuhan serta keinginan Shin dan Shan selalu di penuhi oleh kedua orang tuanya dan Professor Hardy, mereka memiliki mainan yang banyak dan pakai-pakaian yang mahal. Semua keinginan Shin dan Shan selalu di penuhi, terkecuali menuruni gunung untuk menemui siapapun.

Setiap hari ... Shin dan Shan selalu mengenakan jas mahal nan mewah, sedangkan adik perempuannya yang bernama Maaq setiap hari selalu memakai gaun yang anggun dan juga mahal.

Numala tidak pernah mengizinkan anak-anaknya pergi menuruni gunung untuk menemui siapapun, ia hanya memberitahu bahwa kehidupan di luar sana tidak lah aman tanpa memberikan penjelasan yang jelas terhadap anak-anaknya.

Setiap hari, Shin selalu melamun di depan jendela lantai dua kamarnya, ia selalu menatap luar jendela menatap pohon sambil memikirkan sesuatu. Shin hanya ingin tahu seperti apa kehidupan di luar sana, ia juga ingin sekali mempunyai banyak teman dan bisa bersekolah. Akan tetapi, Numala tetap bersikeras melarang anak-anaknya untuk tidak menentang aturannya.

Tok... tok....
Suara pintu.

"Shin ... ibu bawakan cokelat panas kesukaan mu, boleh ibu masuk?"
Numala mengetuk pintu sambil membawa cokelat panas kesukaan Shin ke kamarnya.

"Masuk saja bu ...."
Ucap Shin dengan nada lesu.

"Kau sedang apa nak?"
Numala melihat Shin yang sedang duduk di dekat jendela sembari melamun memikirkan sesuatu.

"Tidak apa buu ...."
Dengan nada lesunya, Shin terlihat seperti sedang memendam sesuatu.

"Sebenarnya ada apa anak ku? Coba ceritakan sesuatu pada ibu."

"Tidak bu, Shin hanya berfikir seperti apa rasanya hidup di luar sana."

"Sudah ibu katakan! Kau tidak perlu memikirkan tentang hal itu! Di luar sangat berbahaya, kita beruntung bisa hidup di sini bersama Professor Hardy."
Numala tiba-tiba terlihat marah setelah mendengar apa di ucapkan oleh Shin anaknya.

"Tapi bahaya apa bu? jelaskan pada Shin kenapa kita harus menjauh dari orang-orang?"

"Sudaaah diaam ..! Ibu tidak mau kalau sampai kau pergi menuruni gunung ini, apa bila kau melanggar, sebaiknya kau tidak perlu pulang lagi ke rumah ...! "

"Kenapa ibu tega bicara seperti itu?!"
Shin berdiri dari kursi nya dan menatap mata ibunya sebagai bentuk protes.

Numala pun langsung pergi meninggalkan Shin tanpa memberikan penjelasan apapun. Numala terlihat sangat sedih karena Shin tidak pernah mau mendengarkan ucapan nya.

Saat setelah Numala membaca kitab peninggalan Dewa Azzel. Numala melihat bayangan masa depan tentang dirinya dan keluarganya, sama halnya seperti Ratu Evenor (ratu bangsa Atlantis) yang mampu melihat sebuah masa depan.

Pada zaman dahulu, Ratu Evenor pernah melihat bayangan Atlantis diambang kehancuran dan ia tidak bisa menjelaskannya pada rakyatnya karna sebuah mantra yang telah mengikatnya. Orang yang mampu melihat masa depan dalam kitab tersebut hanyalah keturunan ratu Evenor Vrechter yaitu Numala Vrechter. Namun, Numala tidak pernah bercerita pada Arif  tentang apa yang ia lihat setelah membaca mantra tersebut karena alasan yang sama seperti Ratu Evenor.

Numala pergi nenuju halaman belakang dan menceritakan semuanya kepada Arif bahwa Shin ingin sekali mengetahui dunia luar.

Numala pun meminta Arif untuk menasehati anaknya dengan harapan ... Shin lebih mau mendengarkan apa yang di katakan oleh Ayahnya.

"Kau kenapa Numala?"
Arif yang sedang memperbaiki mobilnya langsung meletakan peralatannya ketika melihat Numala bersedih menghampiri nya.

"Sertinya Shin anak kita sudah beranjak dewasa, ia ingin sekali mengetahui banyak hal diluar sana."

"Memangnya apa yang ia ingin tahu sayang?"
Tanya Arif lagi.

"Shin ingin sekali mengetahui kehidupan dunia luar dan aku sudah mencoba menjelaskan nya, tapi ...."
Sambil menutup wajahnya menggunakan kedua tangan, Numala mulai menangis.
"Aku takut terjadi apa-apa terhadapnya jika orang-orang tahu siapa dia sebenarnya."

"Kenapa kau sampai se-khawatir itu Numala? Memang benar jika Shin sampai turun ke gunung dan menuju ke arah kota ia pasti menarik perhatian banyak orang, dan itu akan membahayakan dirinya sendiri. Biar aku yang akan memberinya nasehat, Kau tidak perlu cemas."

"Sebagai seorang ibu, sebenarnya aku tidak pernah tega melihat Shin selalu murung mengurung diri di dalam kamarnya. Mungkin ia hanya merasa bosan hidup terisolir seperti ini, mungkin ia juga jenuh dan ingin sekali bisa bersekolah seperti anak-anak lain yang seusia dengannya."
Numala hanya bisa menangis melihat anaknya yang selalu terlihat murung karena terus-menerus hidup terisolir.

"Kau jangan terlalu banyak memikirkan masalah ini, ini juga menjadi masalahku sebagai orang tuanya, biar urusan Shin serahkan saja padaku,"
Ucap Arif sambil mengusap air mata Numala.

***********

Next bagian 16

ATLANTIC - The Last Civilaztion 🔱 [Season 1]Where stories live. Discover now