Atlantic (the last civilaztion) bagian 33

825 98 4
                                    

Setibanya di sebuah toko kosmetik, Arif pun memarkirkan mobilnya dengan perasaan ragu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setibanya di sebuah toko kosmetik, Arif pun memarkirkan mobilnya dengan perasaan ragu.

Arif merasa ragu jika ia harus masuk ke dalam toko tersebut. Mengingat, Toko tersebut merupakan toko khusus menjual alat-alat kecantikan yang hanya disinggahi oleh para kaum wanita. Akan tetapi, ia tetap harus menemukan alat-alat makeup dan sebuah rambut palsu tersebut, agar Numala tampak terlihat berbeda sebelum pengawas dari pemerintahan tersebut tiba.

Sementara itu, pandangan Shan Vrechter justru tertuju akan banyaknya hal menarik yang ia lihat di sekitar melalui kaca mobil ayahnya.

"Kau mau ikut masuk ke dalam Shan?"
Tanya Arif kepada Shan.

"Ayah saja yang masuk, aku tidak suka tempat seperti ini. Itu karena ... tidak ada laki-laki yang masuk ke toko ini."
Ungkap Shan yang tidak suka jika harus ikut menemani ayahnya.

"Ayah pun sebenarnya malu masuk ke tempat seperti ini. Tapi demi ibumu, ayah harus tetap masuk walaupun itu sangatlah memalukan."
Ucap Arif  yang hanya berbisik kepada Shan.

"Aku menunggu di mobil saja."
Jawab Shan dengan raut wajahnya yang dingin.

"Baiklah, tunggu ayah di sini!"

Saat setelah Arif masuk ke dalam toko, Shan pun memutuskan pergi keluar mobil untuk melihat-lihat sekitar.

Shan tidak pernah bertemu dengan banyak orang sebelumnya. itu karena, Shan hanya hidup di atas pegunungan sebagai objek penelitian Proffesor Hardy.

Shan mulai berjalan menuju gang kecil dan melihat banyaknya orang yang sedang duduk di sebuah taman dekat dengan sebuah danau. Namun, Shan berjalan tanpa memperhatikan langkahnya, sehingga ia menabrak salah satu sepeda motor segerombolan geng anak-anak sekolahan yang seusia dengannya.

 Namun, Shan berjalan tanpa memperhatikan langkahnya, sehingga ia menabrak salah satu sepeda motor segerombolan geng anak-anak sekolahan yang seusia dengannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Shan Vrechter

"Wow wow wow, sepertinya ada yang tersesat di sini."
Ucap Buzz yang merupakan anak sekolahan dan sedang membolos di sebuah taman bersama anggota gengnya.

"Maaf, aku tidak sengaja menabrak kendaraanmu. Permisi."
Balas Shan yang hanya menundukan kepalanya sembari meminta maaf kepada Buzz.

"Eitt, tidak segampang itu kawan. Kau sudah menabrak motorku! --Sebaiknya kita apakan anak ini teman-teman?"
Tanya Buzz pada teman-temannya.

Lita pacar Buzz, menatap Shan dengan lama seolah tertarik akan ketampanan Shan. "Sebaiknya kita ajak dia bersenang-senang dulu Buzz."

"Minggir!"
Dengan rambut panjangnya yang terurai, Shan menatap tajam Buzz yang menarik kerah bajunya.

"Wow, dia mengancamku, hahaha."
Tawa Buzz yang seolah meremehkan Shan.

"Hajar dia buzz, jangan beri dia ampun."
Celetuk salah seorang teman Buzz.

"Kau benar-benar dalam masalah besar bocah, Hahaha."
Leon sahabat Buzz pun menertawai Shan yang akan di hajar oleh Buzz.

"Akan ku hitung 1 sampai 3, jika kalian tidak segera menyingkir, maka kalian akan segera ku habisi!"

"Kau pikir kau hebat haah."
Gertak Buzz, lalu ia menarik kerah pakaian Shan sehingga tubuh Shan terangkat beberapa centi.

"Ayo! tunggu apa lagi Buzz?! tunjukan sedikit dia rasa hormat."
Ucap leon yang meneriaki Buzz.

"Satu ...."
Shan mulai menghitung.

"Lihat ... dia mulai berhitung. hahahaha."
Semua teman-teman Buzz pun menertawakan Shan.

"Dua ...."
Shan kembali berhitung sembari mengepalkan kedua tangannya.

"Akan ku hajar kau!
Teriak Buzz.

Saat Buzz mencoba melayangkan pukulannya terhadap Shan. Dengan cepat, Shan pun menendang bagian perut Buzz dan mendendang rahangnya hingga patah. Sontak, melihat hal tersebut semua teman-teman Buzz pun bereaksi ikut menghajar Shan karena Buzz langsung tumbang saat rahangnya patah diterjang oleh Shan.

Namun, nasib serupa terjadi pada teman-teman Buzz karena mereka telah mencari masalah dengan orang yang salah.

Semua anggota geng Buzz pun babak belur setelah di hajar oleh Shan habis-habisan tanpa ampun.

Shan lalu mengambil sebuah buku yang terjatuh dari tasnya Buzz, dan langsung memberi kannya kepada Lita.
"Ini kepunyaan anak itu, sebaiknya kalian pulang saja ke rumah."

"ii-iiiyaa, maaf ...." Dengan raut wajah penuh ketakutan, Lita langsung berlari tunggang-langgang meninggalkan Shan dan teman-temannya yang tengah terkapar.

Beberapa waktu berlalu, Arif yang kembali dari dalam toko pun melihat Shan yang sedang duduk sendirian di dalam mobil.

Tanpa di ketahui ayahnya, Shan menyembunyikan insiden yang sempat terjadi pada dirinya saat ia mencoba menjelajahi taman kota.

"Kau tidak membuat masalah selama ayah di dalam?"
Tanya Arif sambil memegangi atap mobilnya.

"Aku hanya duduk di sini dari tadi."
Tanpa menoleh, Shan hanya berpura-pura sedang membaca majalah di dalam mobil.

"Baguslah, sebaiknya kita segera pulang. Ibu pasti sudah menunggu kita."
Balas Arif yang langsung masuk ke dalam mobilnya.

"Boleh aku bertanya sesuatu pada ayah?
Tanya Shan singkat.

"Tentang apa?"

"Tentang kenapa alasan orang mengganggu orang lain?"
Shan menanyakan hal tersebut karena untuk pertama kalinya ia diganggu oleh orang lain.

"Apa tadi kau sempat di ganggu oleh seseorang?"
Seketika Arif berbalik seraya bertanya.

"Tidak, aku hanya melihat seorang anak perempuan di ganggu oleh anak lain tadi."
Balas Shan yang berbohong kepada ayahnya.

"Sepertinya anak perempuan yang kau lihat itu habis di bully oleh temannya. Mungkin anak yang membully itu kurang mendapat didikan dari orang tuanya. "
Jawab Arif dengan singkat.

"Didikan orang tua?"
Tanya Shan kebingungan.

"Ya ... bisa di bilang seperti itu, bahkan mungkin anak yang membully itu tidak bisa menerima perbedaan satu sama lain."

"Apa maksud ayah?"

"Biasanya anak yang di bully itu di nilai anak yang lemah oleh anak lain, lalu anak yang lebih kuat cenderung menjadi pembully dan mencari sasaran bully."
Tutur Arif dengan lugas.

"Terlihat lemah?! apa aku terlihat lemah?"
Shan yang tidak pernah berinteraksi dengan orang lain pun merasa bahwa anak yang sempat mengganggunya menganggap dirinya sebagai orang yang lemah.

"Itu hanya perkiraan ayah saja. Mungkin Professor Hardy lebih tau tentang hal seperti itu."

********

Next bagian 34

ATLANTIC - The Last Civilaztion 🔱 [Season 1]Where stories live. Discover now