Atlantic (the last civilaztion) bagian 32

833 92 0
                                    

"Sepertinya aku melewatkan sesuatu yang menarik di sini,"
Ujar Shan yang tiba-tiba masuk ke lab setelah membaca Kitab peninggalan Dewa Azzel di perpustakaan Professor Hardy.

"Sepertinya aku melewatkan sesuatu yang menarik di sini,"Ujar Shan yang tiba-tiba masuk ke lab setelah membaca Kitab peninggalan Dewa Azzel di perpustakaan Professor Hardy

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Shan Vrechter

"Shan, dari mana saja kau?"
Tanya Numala pada Shan.

"Aku habis dari kamar kecil. Benda-benda apa itu?!"
Pandangan Shan pun seketika tertuju ke sebuah benda-benda aneh yang memiliki bau menyengat.

"Ini beberapa cat rambut untuk mengubah penampilan fisik ibumu." Jawab Arif pada Shan.

"Kenapa ayah membeli benda-benda aneh seperti ini? merepotkan sekali."
Ujar Shan yang seketika menutup hidungnya karena bau cat rambut tersebut sangatlah menyengat menurutnya.

"Merepotkan apa nya hah! ayah dari tadi mencarimu untuk menemaninya ke kota! Sedangkan aku tidak di perbolehkan turun ke gunung menemani Ayah."
Protes Shin terhadap saudara kembarnya yang di perbolehkan untuk pergi menuruni gunung, sedangkan dirinya tidak.

"Hentikan ucapanmu itu! Harus berapa kali ibu membahas masalah ini Shin Vrechter?!" bentak Numala dengan ekspresi kesal melihat sikap anaknya yang tidak pernah mau berusaha mengerti situasi.

"Aku memang di anggap sebagai tawanan di rumah ini, jadi wajar saja kalau aku tidak di perbolehkan untuk pergi ke kota!"
Protes Shin lagi.

"Sudah hentikan! Ayah akan mencoba merubah penampilan ibumu semaksimal mungkin, dan jika berhasil. Penampilan fisikmu juga akan ayah ubah Shin." Ujar Arif yang seketika terbawa emosi.

"Apa anda berencana kembali pergi ke kota tuan Arif?"
Tanya Professor Hardy.

"Tentu saja Professor, aku ingin membeli beberapa alat-alat make-up. Numala harus melakukan apa yang di lakukan oleh wanita normal di luar sana, itu semua kulakukan agar dirinya terlihat sama seperti wanita lain pada umumnya, dan berharap agar penampilan Numala tidak memancing kecurigaan para pengawas pemerintahan itu nantinya."

"Make-up, Benda apa itu? Apa semua wanita memakai benda yang bernama make-up itu?"
Numala yang baru pertama kali mendengar Make-up, merasa penasaran karena semua wanita di luar sana memakai benda seperti itu.

"Ya begitulah, aku yakin kamu tidak akan menolak benda yang satu ini sayang."

"Apapun itu, asalkan benda tersebut tidak terbuat dari berbagai macam jenis tumbuh-tumbuhan. Jika tidak, aku tidak akan pernah mau menggunakannya."
Ujar Numala yang tidak menyukai Aroma benda-benda berbahan dasar alami.

"Jika sudah seperti ini keadaannya, kamu harus terbiasa hidup seperti wanita normal sayang. Aku yakin kamu pasti menyukai benda yang satu ini. --Shan ... sebaiknya kau ikut ayah pergi ke kota, kita berangkat sekarang--."
Arif pun berencana kembali ke kota dan meminta Shan untuk menemaninya.

"Sebenarnya aku tidak terlalu suka dengan keramaian, tapi apa boleh buat. aku benar-benar penasaran seperti apa kehidupan di luar sana."
Ungkap Shan pada Ayahnya.

Melihat Shan yang di perbolehkan kedua orang tuanya untuk pergi ke kota, membuat perasaan Shin marah sekaligus iri.

"AKU MAU PERGI!" Dengan kesal, Shin pun pergi sambil membanting pintu lab Professor Hardy.

"Kenapa dengan Shin Vrechter?
Tanya Proffesor Hardy yang merasa sikap Shin sangatlah tidak sopan.

"Biarkan saja dia Professor, suasana hatinya sedang tidak baik saat ini."
Ucap Arif yang merasa bahwa Shin hanya tertekan karena terus-menerus hidup terisolir jauh di atas pegunungan tanpa seorang pun teman.

"Dasar konyol."
Ejek Shan dalam hatinya.

********

Sementara itu, Arif dan Shan pun menyiapkan mobil sebelum mereka pergi menuju kota untuk membeli perlengkapan yang di perlukan dalam menyembunyikan identitas fisik Numala.

Selama dalam perjalanan menuruni gunung, Arif melewati 2 pos penjaga di tengah, dan di bawah kaki gunung.

"Selamat siang tuan Arif, apa ada yang tertinggal?"
Tanya salah seorang penjaga yang menggunakan pakaian serba hitam, mengenakan sebuah rompi, dan membawa senjata berat.

"Tidak, aku hanya ingin mencari sesuatu di kota."
Jawab Arif pada sang penjaga portal.

"Kalau begitu silahkan tuan." Balas sang penjaga sambil membukakan pintu portal.

"Terima kasih."

Dalam perjalanannya, Shan tampak fokus melihat banyaknya orang yang sedang berlalu lalang di sebuah perkotaan.

Shan hanya merasa takjub karena untuk pertama kalinya, ia melihat suasana kota dengan padatnya jumlah penduduk yang sedang melakukan aktivitas sehari-hari.

Selama dalam perjalanan, Arif kembali mengingatkan Shan untuk tidak menggunakan kekuatan alamnya selama mereka berada di kota.

"Seharusnya ayah tidak perlu mengatakan hal ini lagi kepadamu Shan, tapi ayah harus mengatakannya demi kebaikan mu."
Sambil menyetir, Arif mencoba memberi nasehat terhadap putranya tentang kekuatan yang di milikinya.

"Apa yang ingin ayah katakan?"
Tanya Shan singkat.

"Berjanjilah pada ayah untuk tidak lagi menggunakan kekuatan alam mu yang mengerikan itu. bukan hanya untuk mu, tapi saudara dan saudari mu juga termasuk."
Arif meminta Shan untuk tidak menggunakan kekuatan alamnya lagi karena kekuatan tersebut sangatlah berbahaya.

"Ayah tidak perlu merisaukan ku, fikirkan saja Shin dan Maqq. Mereka yang paling sulit di peringatkan."

"Baguslah kalau begitu. Saat kita sampai di toko, apa kau mau dibelikan sesuatu?"

"Tidak perlu ayah. Aku tidak menginginkan apapun."

"Kau yakin?"

Shan hanya membuang pandangannya ke arah kaca mobil.

"Baiklah kalau begitu, ayah anggap itu jawaban tidak.

*******

Next bagian 33

ATLANTIC - The Last Civilaztion 🔱 [Season 1]Where stories live. Discover now