atlantic (the last civilaztion) bagian 27

868 112 0
                                    

"Apa ibu yakin kalau kita adalah keturunan bangsa Atlantis?"
Tanya Shan dengan sedikit keraguannya.

"Professor Hardy tidak mungkin salah. Beliau sudah berusaha keras mengumpulkan hasil penelitiannya selama ini sebelum semuanya mengarah kepada suatu peradaban, yaitu peradaban terakhir dari bangsa yang hilang."
Jawab Numala yang mencoba meyakinkan Shan.

"Wooow, berarti kita termasuk orang-orang yang langka di rumah ini. Hahaha.
"Ejek Shin yang seolah tidak percaya setelah mendengar semua penjelasan ibunya.

"Ibu punya peraturan baru di rumah ini! kalian semua tidak boleh lagi menggunakan kekuatan alam kalian. Bila ada yang melanggar, maka kalian akan terima sendiri konsekuensinya."
Numala dengan tegas membuat sebuah peraturan kepada kedua putranya tersebut.

"Tapi apa alasannya bu? Ini tidak boleh itu tidak boleh!"
Shin hanya menggerutu dengan peraturan baru yang dibuat oleh ibunya.

"Jangan membantah! kemampuan yang kalian miliki bukan lah sebuah permainan, ibu tidak mau ada orang lain sampai mengetahui kekuatan yang kalian memiliki!"

"Ibu terlalu mengekang kami! Lagi pula di gunung ini tidak ada siapapun selain keluarga kita, jadi apa yang mesti di takutkan?!"
Shin terlihat mudah terbawa emosi ketimbang saudara kembarnya yang justru lebih tenang dalam memikirkan sesuatu.

"Kekuatan alam dari bangsa Atlas ...."
Shan hanya menunduk seraya berbicara di dalam hati.

"Pokoknya tidak boleh! Dan ada satu hal lagi yang mesti kalian ingat."

"Apa lagi sihh bu?! Di rumah ini banyak sekali peraturan."
Dengan nada kesal, Shin mulai jengkel dengan ibunya.

"Kalian jangan pernah sekali-sekali pergi menuruni gunung, terutama kau Shin! Kau lah yang paling sulit diatur di rumah ini."
Bentak Numala lagi.

"Kami ini bukan hewan yang harus ibu kurung terus! apa tidak boleh aku memiliki seorang teman?!" Protes Shin pada Numala.

"Tidaaak boleeeh!!! Ini semua ibu lakukan demi kebaikan kalian."

"Demi kebaikan kami, atau demi keegoisan ibu?!" Shin pun pergi meninggalkan Numala dengan emosi.

"Shin Vrechter! Kembali ... ibu belum selesai bicara."
Teriak Numala yang kesal dengan sikap anaknya tersebut.

"Biar aku yang bicara pada Shin bu, anak konyol itu benar-benar tidak mengerti situasi saat ini. Aku tahu Ibu pasti khawatir dengan kami karena kemampuan yang kami miliki tidak di miliki oleh orang lain, dan ibu takut suatu saat kami menarik perhatian banyak orang, benar kan?" Di bandingkan Shin, Shan jauh lebih rasional dalam berfikir.

"Ibu melakukan ini hanya untuk kebaikan kalian. Tapi ibu bersyukur jika kau mengerti keputusan ibu Shan. Setelah ini, ibu juga akan memperingatkan Maqq dan Fhay, walaupun Fhay masih terlalu kecil untuk bisa memahaminya."

"Ibu tidak perlu menghawatirkan ku, yang harus ibu khawatirkan adalah si konyol itu."
Shan merasa kesal dengan sikap Saudara kembarnya yang tidak berusaha memahami situasi.

"Jangan berbicara buruk tentang saudaramu Shan, ini semua bukan sepenuhnya salah Shin. Shin mungkin hanya bosan tinggal di sini tanpa adanya seorang teman."
Sebagai seorang ibu, Numala mengerti apa yang di rasakan oleh Shin.

"Ibu jangan terlalu memanjakannya."

Berbeda dengan Shin, Shan justru lebih mampu melihat situasi dan berfikir secara logis di saat-saat rumit. Ia berfikir tidak mungkin jika Shin dengan fisik yang seperti itu tiba-tiba muncul di tengah-tengah keramaian kota. Bagi nya, Shin tentu akan menarik perhatian banyak orang dengan bentuk fisiknya yang mungkin terlihat aneh bagi sebagian orang.

Shan merasa bahwa, hal yang di lakukan ibunya sekarang adalah satu-satunya jalan terbaik, walaupun sebenarnya sikap Shan cenderung arogan dan tidak pernah mau memikirkan perasaan orang lain.

"Mulai sekarang ibu akan bersikap tegas tanpa terkecuali, termasuk pada Maqq dan Fhay."

"Ibu ... apa boleh Shan melihat kitab itu?"
Pinta Shan pada Numala.

"Jangan! kitab ini terlalu berbahaya Shan. Di dalam kitab ini terdapat banyak mantra aneh bagi siapapun yang mampu membaca isinya, walaupun ibu tahu kau tidak mungkin bisa membacanya. Akan tetapi, tulisan di dalam kitab ini adalah bahasa kuno bangsa Atlas yang tidak terlalu sulit untuk di pelajari. Professor Hardy pernah berkata bahwa bangsa Atlantis adalah bangsa yang cerdas, mereka bisa mempelajari sesuatu hal yang baru dengan sangat cepat, ibu pun juga merasakan demikian saat Professor Hardy meminta ibu mempelajari 500 baahasa asing dari seluruh penjuru dunia, dan ibu bisa mempelajarinya dengan mudah. Karena itu ibu tidak mau kau mempelajari apapun tentang kitab ini."

"Begitukah? aku baru tahu kalau bangsa Atlas sedemikian jenius, wajar saja mereka memiliki peradaban yang modern di zaman kuno."

*********

Next bagian 28

ATLANTIC - The Last Civilaztion 🔱 [Season 1]Where stories live. Discover now