Atlantic (the last civilaztion) bagian 31

895 94 6
                                    

"Sepertinya yang tertulis disini terpotong di bagian selanjutnya. Hmm ... Sebaiknya ku simpan saja bagian ini."
Karena sempit dan terbatasnya waktu, Shan pun memutuskan untuk menyimpan sobekan kitab tersebut agar ia bisa membacanya lagi di kemudian hari.

********
Benda-benda menjijikan.

Setelah mendengar kabar yang di informasikan oleh Professor Hardy, Arif pun segera membawakan sebuah cat rambut dan lensa kontak yang ia peroleh dari perkotaan.

Arif mulai ber-inisiatif memakaikan benda tersebut kepada Numala dan kedua anaknya, dengan harapan ... ia mampu menutupi wujud asli mereka yang berbeda dengan orang lain. Namun, semua jenis cat rambut tersebut justru tidak mampu menyatu dengan rambut mereka yang berwarna putih keemasan, dan semua jenis cat rambut tersebut hanya luntur seketika saat setelah dioleskan.

"Sepertinya ini percuma saja, semua jenis cat rambut ini tidak mampu menyatu pada rambut kalian."
Arif tampak pasrah mengecat rambut Numala dan kedua anaknya yang tidak mampu menyatu dengan rambut mereka.

"Apa orang-orang diluar sana sering memakai benda seperti ini?" Tanya Numala yang merasa geli saat menggunkan cat rambut untuk pertama kalinya.

"Ya begitulah, orang-orang sering menggunakan cat rambut untuk mengubah penampilan mereka."
Tutur Arif, saat menjelaskan tentang Fashion orang-orang yang berada di perkotaan.

"Aku benar-benar tidak suka bau benda ini sayang, benda aneh ini terbuat dari berbagai macam jenis tumbuhan dan bahan kimia. Kenapa orang-orang di luar sana tega memanfaatkan makhluk hidup untuk benda menjijikan seperti ini?" Numala mulai merasa mual setelah mengetahui bahwa salah satu bahan cat rambut miliknya tersebut terbuat dari bahan alami.

"Maaf sayang, aku bahkan tidak tahu jika salah satu dari benda ini ada yang terbuat dari bahan alami."

"Aku juga tidak suka baunya ayah, terutama yang terbuat dari bahan kimia. lagi pula Maqq sepertinya juga tidak suka memakai benda ini, Benar kan Maqq?"
Tanya Shin yang juga merasa jijik.

"Bauuunya tidaaak enaaaak, Maqq tidak mau memakai benda ini ayaaaah." Sembari menutup hidungnya, Maqq pun merasa jijik dengan cat rambut tersebut.

"Ternyata kalian benar-benar peka terhadap benda yang terkandung di dalam cat rambut ini, terutama Numala dan Maqq yang mampu mengenali cat rambut ini berbahan dasar alami."
Kepekaan Numala dan Maqq terhadap komposisi cat rambut tersebut pun, membuat Professor Hardy semakin kagum dengan kemampuan mereka.

"Aku tidak mau memakai benda itu lagi. Apakah anda punya ide lain Professor?"
Tanya Numala pada Professor Hardy.

"Bagaimana jika kalian memakai sebuah rambut palsu?"
Ujar Professor Hardy.

"Kalian mau memakai benda seperti itu? Sebuah rambut palsu?"
Tanya Arif kepada Numala, Shin dan Maqq.

"Benda apa lagi itu? Apakah orang-orang di luar sana juga sering memakai benda seperti itu?" tanya Numala penasaran.

"Ya, orang-orang memakai benda itu untuk tujuan yang sama seperti tadi, hanya untuk tampilan semata agar lebih terlihat menarik."
Balas Arif.

"Kebiasaan orang-orang di perkotaan ternyata benar-benar aneh, semua yang mereka kenakan semuanya palsu. Mulai dari cat rambut, rambut palsu dan kontak lensa palsu."
Numala merasa aneh dengan selera orang-orang di perkotaan yang menurutnya tidak mencintai sebuah ke-alamian.

"Terang saja kamu berkata seperti itu Numala, itu karena orang-orang di tempat asalmu tidak pernah menggenal fasion yang seperti ini. Kira-kira seperti ini lah peradaban manusia yang ada pada jaman sekarang."
Tutur Arif pada Numala.

"Tapi, bangsa ku tentu jauh lebih berkelas dalam mengenal dunia fashion. Ibu ku 'Hemine' pernah bercerita bahwa setiap bangsa Atlas selalu memakai pernak-pernik emas di setiap helai pakaian mereka. Itu karena, para bangsa Atlas tidak pernah menganut sistem kasta. Semua kalangan hidup setara."

"Benda-benda seperti itu benda yang sangat mahal sayang, dalam kehidupan di kota, hanya orang-orang dengan kasta tinggilah yang mampu memilikinya."
Menurut Arif, fashion bangsa Atlas jelas jauh lebih elegan karena mereka mampu menemukan benda-benda berharga dengan sangat mudah menggunakan kekuatan alam mereka.

"Aku baru tahu jika emas sangatlah berharga di sini. Di tempat asal ku, emas hanyalah sebagai hiasan di setiap dinding-dinding bangunan dan pernak-pernik sebuah pakaian."

"Bangsa Atlantis adalah negeri yang sangat kaya nyonya Numala. Mereka bisa menemukan benda-benda berharga dengan sangat mudah, Seperti yang pernah anda lakukan saat mencoba mencari berlian di goa batu kapur pada saat itu."
Bagi Professor Hardy, kemampuan manusia modern dengan para bangsa Atlas jelas berbeda jauh dalam berbagai hal, termasuk dalam hal mengenal pashion.

"Maqq bisa mencari benda-benda seperti itu Professor. Maqq pernah merasakan ada banyaaaaaak sekali benda-benda berkilau yang terkubur jauh di dalam tanah, letaknya berada dekat dengan goa bawah batu kapur."
Celetuk Maqq yang menjelaskan bahwa ia juga mampu menemukan benda-benda berharga sama seperti ibunya.

"Maqq! Apa itu benar sayang? di sana memang banyak sekali berlian, ibumu yang menemukannya pertama kali."
Ujar Arif pada Maqq dengan penuh antusias.

"Iya ayah, tapi letaknya sangat jauh di bawah tanah, di tambah lagi ... tanah goa batu kapur itu sangat keras."

"Saya baru ingat kalau saya belum menguji bakat alam milik Maqq, rupanya bakat alam yang kamu miliki sama seperti ibu mu Maqq.
Ucap Professor Hardy dengan senyuman, lalu mengusap kepala Maqq.

"Apakah ibu juga bisa terbang Professor? Pasalnya Maqq mampu terbang tinggi di atas langit."
Ucap Shin yang memberitahu bahwa Maqq memiliki bakat alam lain, yaitu kemampuan untuk terbang melayang di udara.

"Maqq ... kau bisa terbang?!"
Tanya Numala yang seketika kaget setelah mendengar kemampuan bakat alam putrinya tersebut.

"Apa benar apa yang di katakan kakak Maqq?"

"Ii-iya Ayah." Dengan malu-malu, Maqq memberitahu kekuatan alamnya.

"Kenapa Maqq tidak pernah menceritakannya?"
Tanya arif lagi.

"Emm ... Maqq sebenarnya baru tahu kalau Maqq bisa terbang sewaktu bermain di taman."
Sambil memain-mainkan ibu jarinya, Maqq menunduk malu sekaligus takut kedua orang tuanya akan marah terhadapnya.

"Kalau memang begitu, ibu harap kamu jangan pernah lagi menggunakan kekuatan itu! Terutama di depan orang asing, Kamu faham maqquel?"

"Maqq faham bu ...."
Ucap Maqq sambil menunduk.

******

Next bab 32

ATLANTIC - The Last Civilaztion 🔱 [Season 1]Where stories live. Discover now