Chap 2

15.9K 2.2K 421
                                    

Enjoy

-

Langit sudah mulai gelap, lampu asrama sudah menyala sempurna, begitu pula dengan lampu-lampu jalanan dan perumahan lain, namun masih ada satu kamar yang sengaja gelap, sang empu terlihat asik duduk di bingkai jendela sembari menatap indahnya bintang-bintang, pandanganya kemudian beralih pada tab ditangan, Renjun sedang menggambar.

Menggambar 6 remaja yang sedang menatap langit berbintang penuh keceriaan, andai saja itu bukan sekedar gambar tapi di kehidupan asli, sejahat-jahatnya mereka, Renjun tetap menganggap mereka seperti seorang adik, walaupun sesak ketika menerima perlakuan tidak menyenangkan.

Harusnya ada 7, kadang Renjun berfikir jika semua ini tidak akan terjadi jika Hyung tertua tidak lulus dari CDream, dulu semua berjalan sempurna ketika Arka masih di CDream, bahkan sampai sekarang Renjun pun masih berfikir dimana letak kesalahannya yang membuat member membencinya.

Dia ingin diakui, ingin berada di tengah-tengah mereka semua, ingin menghabiskan waktu penuh kebahagiaan bersama mereka, tapi—apa yang bisa dia lakukan untuk saat ini, rasanya sangat menyebalkan ketika seluruh pertanyaan tidak menjadapat jawaban.

Manik mata cowok ini membulat menyadari satu mobil sedan melaju dengan kecepatan sedang menuju pekarangan asrama, Renjun tau itu mobil Hyung 105, tepat sekali Renjun rindu Winnie Hyung, akhirnya dia bisa bertemu lagi.

Tubuh mungilnya melompat, tapi belum sampai pintu, pintu kayu itu lebih dulu terbuka, Jeno berdiri disana tak lupa melipat tangan di depan dada.

"tetap di kamar, aku akan bilang kalau kamu tidak ada " ucapnya skeptic tanpa meminta persetujuan.

"tapi Jeno, aku ingin bertemu Winnie Hyung" pinta Renjun lemah.

Jeno berdecih "aku tidak perduli, jangan membuat masalah"

"Jeno, beri aku kesempatan, aku juga belom-" Renjun memotong ucapanya.

"aku tidak perduli" Jeno menutup pintu itu sembari membantingnya keras.

Dari dalam. Renjun mendengar bunyi klik, tidak mungkin!. Renjun mencoba membuka benda penghalang itu, benar! pintunya terkunci dari luar.

Pandangan remaja ini mulai berkabut, tubuhnya ia sandarkan pada sebalik pintu, melipat kakinya dan menyembunyikan wajahnya disana, sementara kedua tangan menahan kaki. Setetes liquid bening berhasil keluar dari pelupuk mata, tidak apa-apa kalau di perlakukan tidak menyenangkan tapi Renjun kecewa saat ia tidak diperbolehkan bertemu Winnie Hyung.

Tangisnya kali ini pecah, pertama karna ia sangat rindu Winnie Hyung, yang kedua dia belum makan sejak tadi, perutnya terasa perih.

Akhirnya Renjun bangkit dari posisinya, merebahkan tubuhnya diatas kasur, meringkuk dalam-dalam dengan derai air mata mengalir, malam itu Renjun ditemani suara perutnya.

**

Matahari sudah mulai meninggi, cowok ini terbangun saat mendengar suara kunci, apakah pintunya sudah terbuka sekarang. Ia melangkah gontai menuju benda itu kemudian menarik gagangnya, benar! seseorang baru saja membuka kunci pintunya.

Ia terdiam sebentar, terlihat gantungan pintu di depan kamar Jaemin bergoyang, apa dia yang membuka pintu untuknya.

Entah lah, Renjun menuruni anakan tangga menuju ruang tengah, ia mendengus melihat penampakan ruangan yang sangat berantakan, semalam ia ketiduran jadi tidak tau apa yang terjadi.

Renjun memanaskan air dan menyiapkan cup ramen. Tak lupa kotak yogurt dan beberapa cemilan.

Tidak lama akhirnya Renjun bisa menikmati ramen di pagi hari, lambungnya akan kembali bekerja setelah istirahat nyaris seharian, untung saja asam lambungnya tidak naik.

Poor Boy [Renjun] HIATUS PANJANG Where stories live. Discover now