Chap_27

12.7K 1.1K 28
                                    

Read it, enjoy, jan lup kasih bintang, comen juga, maaf typo >_<

.

.

Hari ke 15 sejak perginya Renjun dari asrama, sayangnya belum ada berita baik dari pihak manapun tentang keberadaan hyung dari Cina itu, sejujurnya Jaemin tidak bisa abai begitu saja, sejak hari pertama perginya Renjun ia memaksa ikut mencari keberadaannya, mau bagaimana pun Renjun adalah Renjun salah satu anggota Dream dan NCT.

Sayangnya manager benar-benar memantau Jaemin dari jauh, diam-diam menyuruh Chenle dan Jisung menjadi mata-mata supaya ia tetap diasrama.

Jaemin ingin Renjun segera ditemukan namun ia tidak ingin mengacaukan apa yang sudah perusahaan rencanakan hanya karna egonya sendiri, tapi Jaemin akan menagih janji manager jika dihari ke 20 Renjun belum ditemukan ia sendiri yang akan turun tangan mencari keberadaannya.

Karna hal itu, Jaemin sudah menyiapkan segala macam option mengenai keberadaan Renjun, yang Jaemin sesali saat ini adalah dia tidak tau tempat atau lokasi favorit Renjun, Jaemin benar-benar menyesali itu semua.

Kakinya yang sedikit kesemutan Jaemin paksa berjalan menuju balkon asrama, menyibak kelambu dan membukanya lebar sebelum berjalan membuka pintunya dan duduk dikursi. Rasanya cukup tidak adil, ia hanya duduk bersantai sementara Renjun entah bagaimana kabarnya.

Remaja ini menjatuhkan kepalanya diatas meja, terlihat kian lesu kian tak bersemangat, sejujurnya Jaemin merasa kurang enak badan, tubuhnya terasa dingin membuatnya menggigil, tenggorokannya kering dan udara terasa begitu lembab, tapi dari pada itu bagaimana kondisi Renjun, dimana dia saat ini, apakah sudah makan apakah baik-baik saja, semua itu membuat Jaemin tidak tenang.

Jika ia lebih peka, jika ia tau apa yang sebenarnya terjadi mungkin ia bisa mencegah ini semua, Jaemin berterimakasih pada semua orang yang telah menjaganya, melindungi dan mengkhawatirkannya tapi apalah makna itu semua jika karna dirinya ada satu orang yang terluka.

Mungkin Jaemin bisa bernafas lega karna Jeno baik-baik saja, sejujurnya Jaemin ingin tau bagaimana perasaan Jeno, ia ingin tau apakah Jeno juga merasakan penyesalan seperti yang sedang ia rasakan, apakah Jeno paham apa yang sudah ia lakukan pada Renjun selama ini, atau tidak ada perasaan apapun dihatinya.

Perlahan tangan Jaemin mengepal, ia ketuk-ketukan pada meja yang masih menjadi tumpuannya, irama ketukan yang tercipta menjadi tanda seberapa kencangnya otaknya berpikir untuk segera menemukan keberadaan Renjun. Jaemin tidak akan membiarkan Renjun terlalu lama jauh darinya.

Suara kursi yang bertalu pada pintu membuat Jaemin terdiam sebentar di tempatnya, seseorang baru saja masuk asrama, batin Jaemin tak lupa menyebut nama itu terus menerus membuat Jaemin sedikit kecewa saat orang yang berdiri di depannya bukan Renjun.

"kamu tidak ada niatan untuk pergi mencari Renjun" Haechan menatap dalam sahabatnya ini "atau membujuk Jeno supaya cepat kembali?"

Jaemin bersmirk "kamu pikir aku tenang hanya duduk seperti ini menunggu kabar dari Renjun, kalau bisa sudah ku cari dia sejak awal" suara Jaemin naik satu oktaf, terdengar tidak ramah.

Cowok yang sedikit lebih tua dari Jaemin ini mengangguk paham atas ucapan Jaemin barusan, "ayo cari dia bersama ku, ayo bawa pulang Renjun secepatnya"

Dahi Jaemin mengerut tipis merasa heran dengan perkataan Haechan "ada apa dengan mu?"

"Cari Renjun dan bawa dia kembali ke asrama meskipun tidak ada jaminan dia akan kembali bersama kita, semuanya kacau Jaemin" Haechan menatap Jaemin lama "kita tidak selamat" kepalanya bergidik sedikit.

Jaemin mengepalkan tangannya semakin kencang "perusahaan akan melakukan apapun untuk menemukan Renjun begitu juga dengan ku jadi-"

"semua karna aku" ucapan lemah dan penuh rasa penyesalan itu membuat Jaemin terpaku "aku tidak pernah tau jika semuanya akan seperti ini, tapi semuanya salah ku"

Poor Boy [Renjun] HIATUS PANJANG Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum