Chap 22

13.3K 1.8K 133
                                    

Enjoy.

.

Asrama NCT Dream berubah runyam setelah para Hyung pulang, ruang tengah di penuhi dengan tatapan kesal dan deru nafas yang memburu, dinginya cuaca di luar tidak terasa di dalam, Haechan harus menyalakan pendingin ruangan sampai beberapa derajad.

keterfokusan mereka memudar saat Haechan bangkit dari posisinya.

"kita berhenti disini" Haechan.

Jaemin menoleh paling pertama, apa itu tidak terlalu cepat, maksudnya apa itu adil untuk Renjun, dia sudah menderita sejauh ini dan apa hanya itu penyChenlesaiannya, itu tidak masuk akal.

"apa maksudmu? apa itu adil untuk Renjun!" seru Jaemin.

Jeno mengacak rambutnya "jadi maksudmu kita perlu mendapat konsekuensi?"

Jaemin menoleh "apa perlu kamu hiatus seperti aku kala itu?"

Jeno menarik kerah baju Jaemin "kamu mendoakan kita sakit ha!"

"Ya!" seru Haechan sembari menarik Jeno.

Remaja satunya berdiri dari tempatnya "Chan! kamu pernah bilang kalau dosa kita sudah sama, iya dulu aku menjauhi Renjun, dulu aku tidak menyukainya, aku benci denganya dan aku tidak ingin dekat denganya, aku benar-benar muak melihat wajahnya, aku kesal denganya dan aku tidak ingin dia ada di sini bersama kita, tapi bukan kah aku sudah mendapatkan semuanya?"

"apa yang kamu dapatkan?" tantang Haechan.

Jaemin menelan ludahnya "hiatus ku, bukankah itu sudah setimpal, jadi berhenti melakukan hal bodoh seperti ini lagi"

Haechan bersmirk tipi "benar, harusnya kita tidak perlu ikut campur, toh kamu jatuh gara-gara Renjun juga, harusnya kita tidak perlu mencemaskan mu, karna dosa kalian sudah dileburkan masing-masing, lucu sekali"

Renjun menggeleng pelan "tidak aku tidak pernah melakukan itu, aku tidak pernah membuat Jaemin jatuh" Renjun menarik tangan Jaemin "Jaemin" gumamnya.

Jaemin kembali menarik tanganya "aku tidak tau, aku tidak tau apa yang sebenarnya kalian lakukan, aku sudah mendapat karmanya lantas apa lagi"

"kamu bilang kamu membenci ku tapi kenapa kamu selalu menolongku saat aku membutuhkan bantuan, kamu berlari ke apotik untuk membelikan ku obat, lalu kenapa kamu selalu memberi harapan, memberi motivasi padaku supaya aku tetap tinggal di korea, memberi aku sedikit ketenangan jika aku risau, untuk apa kamu lakukan itu Jaemin!!" suara Renjun terdengar nyaring, sekali lagi membuat semua orang menoleh kearahnya. "bahkan, bahkan sampai sekarang pun aku masih bertahan disini karna kamu" ucapnya pelan. Remaja ini menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Jeno mencibir "bukanya yang lari-larian ke apotek itu Mark, dia menjagamu siang malam, membuatkan mu bubur, Mark bukan Jaemin!"

Renjun menghela nafas pelan "itu Jaemin! Mark Hyung tidak pernah melakukan itu kepada ku"

Ada raut tidak percayaan di sana, seperti baru saja mendengar satu fakta yang cukup mengejutkan. Tapi sekali lagi siapa yang harus dipercaya disini, semuanya pandai berbohong.

"kamu ingin tau kenapa aku membencimu saat itu?" tanya Jaemin membuat yang lain ikut mengangguk

"ak-" Jaemin mengantungkan ucapanya saat-

"karna Jaemin Hyung selalu di bully Fans kamu!, mereka tidak suka melihat kedekatan kalian, mereka hanya ingin melihat kamu dan Mark Hyung saja!" celetuk Chenle dengan nada tinggi "aku rasa semuanya memang karna kamu Renjun, semua orang mengutarakan kebencian pada Jaemin Hyung, apa kamu tidak tau, apa kamu pura-pura tidak tau?" lanjutnya.

Sekali lagi Renjun menggeleng "Chenle, apa benar begitu?"

"apa muka ku terlihat sedang berbohong?" Chenle.

Pandangan Renjun beralih pada remaja di depannya yang tertunduk menatap lantai, memainkan jemari-jemarinya menggemaskan, ingin sekali Renjun melihat wajah Jaemin, dia ingin melihat ekspresi wajahnya setelah Chenle mengatakan hal itu barusan.

Chenle bukan tipe orang yang suka berbohong, dia tidak mungkin mengada-ngada dengan hal seperti ini, dan pada akhirnya memang Renjun turut menyumbang penyebab kekacauan di dalam grup.

"Jaemin Hyung memperhatikan mu, tapi kamu tega membuatnya jatuh dari Hoverboard, apa yang kamu mau sebenarnya?" tanya Jisung pelan.

Renjun bangkit dari tempat duduknya "aku tidak pernah melakukan itu!!"

**

Taeyong kembali datang dengan beberapa Hyung 127, membawa makanan ringan dan mengajak para dongsaeng bermain game atau melakukan hal yang menyenangkan.

Mereka kira Taeyong datang untuk memarahi mereka lagi. Sampai Jisung tidak mau keluar kamar, Chenle juga terlihat diam di pojokan, rupanya bukan itu maksud kedatangan Taeyong dan yang lain, mereka datang membawa dokter pribadi untuk mengecek luka Jaemin dan Renjun.

Remaja kelahiran 95 ini terlihat khawatir, takut ada tulang yang patah atau retak, itu akan sangat merugikan baik untuk Jeno maupun untuk Renjun dan Jaemin. Kecemasan itu membuatnya beberapa kali menoleh pada remaja kelahiran 00 yang saat ini sedang duduk sendirian bermain ponsel.

Jeno duduk sendirian seperti diasingkan, baik dia maupun yang lain terlihat enggan juga menyapa, lebih ke membiMarkn Jeno berpikir dan menyadari kesalahanya. Kesalahanya kali ini tidak bisa dimaafkan dengan cepat, butuh proses memaafkan dan menerima.

Jaehyun berdiri saat dokter pribadi turun dari lantai atas, tepatnya dari kamar Renjun dan kamar Jaemin bergantian, Si dokter menjelaskan apa yang terjadi dengan dua anak itu, belum sChenlesai dengan percakapan- Jaehyun lebih dulu naik ke kamar Jaemin, terlihat Jaemin sudah bersiap untuk tidur.

Jaehyun mengecek kondisi Jaemin sebentar sembari mengecek luka lebam di tubuh anak itu, hal yang paling Jaehyun sukai dari sifat Jaemin itu-- dia sangat penyayang, dia mencintai semua orang, senyumnya sangat cerah dan mengobati, bisa dibilang Jaemin adalah dongsaeng yang ia sayangi.

"istirahat Na, supaya luka mu lekas membaik" Jaemin mengangguk mendengar nasihat Jaehyun.

Setelah itu, Jaehyun beralih ke kamar Renjun, anak itu terlihat sedang bersusah payah menaiki kasur membuat Jaehyun terkekeh lalu buru-buru membantu.

"bagaimana perasaan mu?" tanyanya. Setelah duduk di ujung kasur.

Renjun menggChenleng pelan "aku tidak tau Hyung, tapi rasanya malah jauh lebih sakit dari sebelumnya"

Senyum dimple Jaehyun terlihat "apa yang membuat mu bimbang?"

Yang ditanya menengadahkan kepalanya menahan sesuatu yang hendak menetes, setelah ia bisa mengatasi gejolak di dada. Renjun memposisikan diri ke semula "aku penyebab Jaemin jatuh dari Hoverboard dan setelah itu dia hiatus lama, aku juga pantas mendapatkan ini semua walaupun aku tidak sadar telah melakukan itu, ingatan ku tentang hari itu seperti menghilang atau memang tidak pernah ada di kepala ku, rasanya sangat sulit dijelaskan"

Jaehyun menepuk pundak Renjun dua kali "walaupun begitu mereka tidak pantas memperlakukan mu seperti itu"

"tapi kenapa Hyung-" Renjun menghentikan kalimatnya.

Hyungnya malah bangkit berdiri dengan merentangkan tanganya "karna kamu bercerita di dalam tidurmu"

Renjun mengangkat alis bingung, tapi Hyungnya terlihat tidak ingin melanjutkan kata-katanya.

"istirahat Renjun, aku salut dengan sikap kamu, kamu bisa bertahan sampai sejauh ini tanpa tau kesalahan mana yang membuat mu diperlakukan seperti ini, aku benar-benar salut dengan kelapangan hati mu yang seperti malaikat itu, bahkan jika aku berada di posisimu, aku tidak akan sanggup, mungkin aku sudah menyerah sejak awal"

Jaehyun masih menatap Renjun dalam menyelami manik matanya, ia tidak tau kenapa itu terlihat sangat menyedihkan, yang di tatap mulai menundukan kepala.

"tolong jangan pernah berubah Ren, tetap jadi Renjun yang seperti ini, jika ada masalah kamu bisa menceritakan apapun itu kepada ku"

Renjun mengangguk dengan pandang mata menatap lurus sampai punggung itu resmi menghilang dari pandangan.

to be countinue.

Poor Boy [Renjun] HIATUS PANJANG Where stories live. Discover now