Chap_28

13.6K 1.8K 267
                                    

Enjoy...

.

.

Deburan ombak terdengar seperti alunan lembut nada pengantar tidur, mendayung dayung bersamaan dengan semilir angin yang menerpa wajah, luasnya samudra yang berwarna biru dengan langit yang mulai menjingga semakin menenangkan hati, jauh diujung sana terlihat titik-titik kapal nelayan yang mulai mendekat ke dermaga, bergerak pelan tertabrak ombak, jangan lupakan suara burung camar yang terbang rendah, benar! Sebentar lagi matahari akan terbenam.

Manager duduk di atas batu karang menatap punggung yang asik memunggunginya, sesekali mengalihkan padang ke langit dan ke samudra luas di hadapan, sementara pemilik punggung yang tak lain dan tak bukan adalah Renjun duduk di bibir pantai bermain dengan ombak dan pasir putih.

Pria yang nyaris berumur 37 tahun ini menatap punggung Renjun yang bergerak pelan sesuai irama, tidak ada yang berubah dari Renjun sejak 3 minggu yang lalu, memang selama itu Renjun pergi dari asrama, bersembunyi bermain petak umpet, sampai akhirnya manager bisa menemukan anak itu.

Sial rasanya ia ingin menangis, 3 minggu yang akhirnya membuahkan hasil, di depannya kini Renjun mungkin belum menyadari keberadaannya, tapi rasa lega ini begitu membuncah, membuat dadanya berbunga-bunga.

Kini ia tidak perlu lagi membohongi orang tua Renjun di China, ia tidak perlu lagi beradu argument dengan Win-win, setelah ini ia bisa melihat senyum senang Jaemin karna akhirnya Renjun dapat ditemukan.

Jaemin masuk rumah sakit karna tipes kronis, anak itu tidak menyadari kalau dirinya sakit, akhirnya ia dilarikan ke rumah sakit bahkan harus opname nyaris seminggu.

Setelah ini ia bisa tidur nyenyak.

Dengan langkah terseok manager berjalan menghampiri Renjun, kini ia sadar jika kulit Renjun lebih gelap dari sebelumnya, mungkinkah anak ini berjemur sepanjang hari.

Manager menghapus tiap tetep air mata yang membasahi pipi "kamu terlihat lebih gelap dari sebelumnya"

Suara yang begitu Renjun kenal, aroma parfum yang begitu Renjun paham, sejenak ia membeku, rupanya ia telah ditemukan.

"kamu sudah makan, warung seafood di ujung jalan punya malatang" manager kembali mengusap wajahnya.

Sementara anak berumur 20 tahun itu masih terduduk di tempatnya, memainkan pasir putih seolah tidak ada siapa-siapa di dekatnya. Mulutnya terasa kelu membuatnya begitu sulit mengatakan satu dua patah.

Manager duduk tak jauh dari Renjun "luka luka hilanglah luka, biar tentram yang berkuasa, kamu terlalu berharga untuk luka, katakan pada diri mu semua baik-baik saja" gumam manager dengan lagu kebanggaannya.

Pertahanan Renjun akhirnya luruh juga, ia menunduk dengan air mata yang begitu derasnya "aku tidak ingin pulang" isaknya pelan, kedua tangannya mengusapi mata yang terus saja berair.

Dari posisinya manager tau jika anak itu sedang menangis "bagaimana aku tau jika kamu tidak pernah cerita apapun, mungkin karna aku yang kurang perduli, maaf karna aku tidak pernah memperhatikan mu, aku tau kamu terluka, cukup sulit memaafkan ataupun kembali aku paham karna aku tau bagaimana perasaan mu" manager menatap deburan ombak di depannya lurus.

"aku masih ingat saat kamu bilang pada ku bahwa kamu tidak akan pernah menyembunyikan rahasia sekecil apapun, tapi kamu menutupi semua itu dari ku, kamu sendirian dan kamu kesusahan selama ini, keluargamu menitipkan mu pada ku, lantas apa yang harus aku katakan pada orang tua mu jika selama ini kamu tidak pernah bahagia"

Terdiam dan terus terdiam.

"tidak ada yang salah jika kamu bercerita pada ku, aku tidak akan langsung menghukum anggota, aku tidak akan langsung memarahi mereka, tapi kenapa kamu tidak percaya pada ku?" Renjun menoleh.

Poor Boy [Renjun] HIATUS PANJANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang