Chap_18

13.4K 1.9K 252
                                    

Enjoy!

.

Jaemin membuka pintu asrama pelan, walaupun begitu suara bib bib pintu terdengar sampai ke penjuru ruangan, Jeno yang awalnya santai rebahan di atas sofa terpaksa menoleh ingin tau.

"tumben sampai sore?" tanyanya

"tadi manager ada urusan sebentar" jawabnya sembari menenggak air dari botol.

"kamu sudah makan?"

Cowok itu mengangguk "tapi aku ingin sesuatu yang hangat, aku harus ke kamar dulu"

"baik lah" jawab Jeno.

Jaemin menuju lantai atas, sedikit membuat Jeno heran tapi ia juga lelah, ia melanjutkan aksi rebahanya, pandangan tak pernah lepas dari layar tv, mungkin Jaemin akan turun setelah berbenah.

Bukanya langsung ke kamar, Jaemin menyempatkan diri mengecek kamar sebelah, kamar dengan gantungan moomin di depan pintunya, di bukanya pintu kayu itu pelan, Renjun sedang tidur dengan nafas teratur, sudah dipastikan Haechan tidak melukainya dan Jaemin tidak perlu meributkan hal itu.

Bukankah Jaemin itu aneh, kemarin dia menjauhi Renjun, tapi sekarang khawatir takut Renjun dilukai Haechan, labil memang.

Lega karna hal itu, Jaemin berjalan masuk kamar, melompat ke atas kasur lalu merebahkan diri, pandangannya menerawang, tertuju pada langit-langit, semriwing dingin dari arah jendela membuat matanya berat sedetik kemudian mata itu resmi terpejam.

"dulu aku membencinya karna ada satu alasan, tapi sekarang aku tidak punya alasan untuk melakukan itu"

"Kamu akan membenciku Kalau tau semuanya, aku tidak tau kamu akan memaafkan ku atau tidak" Mark

"kamu lupa! karna dia kamu sakit punggung dan hiatus selama hampir satu tahun, kamu lupa akan hal itu Jaemin, kamu tidak tau seberapa khawatirnya kita semua?" Haechan

"itu tidak mungkin, Renjun tidak mungkin melakukan itu" Jaemin

"kalau benar Renjun yang melakukanya, apa yang akan kamu lakukan ha?"

Jaemin terjerembab ke lantai setelah mimpi itu muncul secara tiba-tiba, ia mengusap dadanya yang bergemuruh hebat, sebenarnya apa maksud Mark waktu itu, alasan apa yang mendasari ia mengatakan hal itu, lalu kenapa ucapan Haechan beberapa hari lalu juga terpampang nyata sekali, saat itu Jaemin memang menepis ucapanya tapi kenapa percakapan waktu itu kembali terputar dan membuatnya harus memikirkan hal yang tidak seharusnya dipikir kan.

Ataukah ada hal besar yang tidak Jaemin ketahui di belakang sana bahkan sebelum ia hiatus.

Jaemin menghentikan aksi berpikirnya ketika pintu kamar terbuka, wajah Jeno muncul dari sebalik pintu, masuk tanpa meminta izin, melompat keatas kasur dan merebahkan diri di sana.

Jaemin dan Jeno memang sangat dekat sejak dulu, keduanya masuk agensi di hari yang sama walaupun beda beberapa jam, selain itu mereka juga satu sekolah, jadi Jaemin menganggap Jeno sebagai sohib.

Walaupun kadang dia membela Renjun dan mengabaikan Jeno, bahkan lebih sering membentaknya karna Renjun, semua itu tidak mempengaruhi hati, bahwa nyatanya Jeno jauh lebih berarti dari apapun, dia kakak yang perhatian dan Jaemin sangat bersyukur bisa bertemu dengannya.

"ada apa dengan mu?" tanya Jaemin lalu bangkit berdiri, melepas jaket yang belum ia lepas tak lupa menggantungnya juga, Jaemin duduk di kursi belajar, keduanya saling tatap beberapa saat.

"aku tidak tau, di bawah rasanya sangat sepi" Jeno menarik selimut sampai sebatas dagu.

Jaemin bangkit membawa beberapa pakaian "tidur lah aku mau mandi"

Poor Boy [Renjun] HIATUS PANJANG Where stories live. Discover now