Chap 23

12.8K 1.8K 436
                                    

Read it, enjoy, jan lup kasih bintang, comen juga, maaf typo >_<
.
.

Manager mengusap kedua matanya untuk yang kesekian kalinya, di depanya ada 6 remaja yang berdiri dengan menundukan kepala, lehernya tiba-tiba sakit melihat penampilan anak-anaknya. Seperti orang lain, padahal mereka adalah orang yang sama.

Haechan menghindari tabokan kertas entah yang keberapa "kalian bosan punya wajah tampan, buat apa berkelahi seperti itu, 3 hari lagi kita ada acara, benar-benar ya kalian ini" manager mengacak rambutnya.

Manager memukul kepala Jeno, Renjun dan Jaemin bergantian "apa yang harus aku katakan pada perusahaan, kalian tau bagaimana posisiku sekarang, benar-benar anak nakal" pria ini terlihat risau sekali.

"maaf Hyung" ucap Chenle pelan.

"aku tidak dengar" seru manager

"Maaf Hyung" ucap serempak.

"kita nggak mungkin latihan dengan muka aneh kalian ini, kita libur hari ini" kata Manager, pria itu terlihat tidak baik-baik saja, mungkin kepalanya nyaris meledak.

Kepergian manager membubarkan anggota, ada Renjun yang langsung masuk kamar, sedangkan yang lain memilih duduk di sofa ruang tv.

Renjun duduk di atas kasurnya, memandang sekeliling kadang menatap keluar, suasana di luar terdengar lebih sunyi, anehnya suara mesin penghangat ruangan seperti alunan lembut seseorang yang sedang menangis.

Kejadian kemaren masih terlihat jelas, terputar terus menerus seperti piringan hitam music klasik, menampilkan wajah mengerikan Jeno diiringi wajah meringis Jaemin menahan rasa sakit saat ia menghalangi Jeno.

Kejadian kemarin sangat mengoyak dadanya, takut sekali, dan jujur Renjun tidak pernah berharap bisa melihat itu, ia tidak pernah berharap melihat Jaemin menahan sakit untuknya, melihat dua maknae menangis karnanya pula, apakah ini saatnya untuk pergi?

Dirasakan rasa perih ketika tubuhnya bergerak, sakit sekali, untung saja dokter bilang kalau tidak ada yang serius dengan punggungnya, maupun punggung Jaemin, tapi khusus Jaemin dia harus pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut, ditakutkan kejadian kemarin bisa membuat penyakit lamanya datang lagi.

Cowok ini menghela nafas dalam, diambilnya kotak kecil dari laci yang ada di bawah ranjang. Membawanya ke pangkuan lalu membuka penutupnya. Terlihat setumpuk kertas tipis yang mulai menebal, kertas yang seharusnya ia gunakan untuk pergi ke Negara asal, puluhan tiket yang hanya ia beli tanpa berniat untuk pergi.

Kekecewaanya membuatnya ingin enyah, menjauh dari tempatnya saat ini, pergi dan tidak  kembali, tapi bodohnya, ia selalu menahan diri, memakan semua rasa sakitnya sendiri dengan dalih dia bisa bertahan dengan itu.

Sampai ia lupa sudah menyiapkan koper khusus, koper berisi barang berharga yang akan dia bawa ketika pergi. Entah sudah berapa lama ia meletakkan benda itu disana, tapi saat ia hendak pergi keragu-raguan itu datang lagi.

Lucu sekali bukan?

**

Sedangkan di lantai bawah, atensi semua orang tiba-tiba teralihkan saat Jeno mengunci pintu kamar, rapi dengan masker, topi, jaket dan tas ransel.

"mau pergi kemana dengan wajah bonyok itu?" tanya Haechan.

Jeno menoleh "urusi saja pipi mu yang bengkak itu" balasnya sengit.

"Pergi lah, aku tidak perduli dengan mu" Haechan mengalihkan perhatianya pada si maknae yang berjalan ke arahnya tanpa mengenakan atasan.

"Jaeminie, Jaeminieee" panggil Haechan sok lucu.

Poor Boy [Renjun] HIATUS PANJANG Where stories live. Discover now