Chap_15

13.1K 1.9K 84
                                    

review baca sendiri ya..

.

.

Renjun keluar kamar sedikit terburu-buru, dia terlambat bangun padahal sudah menyetel alarm ber-volume keras, bodohnya ia tidak dengar suara alarm itu, ada banyak pekerjaan rumah yang belum ia selesaikan. Ia menatap dua pintu yang masih tertutup sempurna, melangkah pelan menuju kamar Chenle, membukanya pelan dan melihat sedang apa anak itu.

Hyung tertua ini melangkah masuk, memungut jaket yang tergeletak di lantai lalu menggantung di belakang pintu.

Chenle masih tertidur, deru nafasnya pelan nan teratur, sesekali bergerak pelan memainkan mimic wajah, Hyung tertua ini duduk di ujung ranjang, menatapnya sambil tersenyum manis.

"kamu sudah tumbuh lebih banyak Chenle, tetap sehat dan tetap jaga dirimu baik baik" Renjun bangkit setelah mengatakan itu, dia mengusap sekilas wajah maknaenya sebelum keluar dan menuruni anakan tangga.

Ia menghentikan langkah saat seseorang nyaris menabrak tubuhnya, ia mundur selangkah dan baru sadar orang itu Jeno.

"kamu sudah bangun?" tanya Renjun.

"kalau belum bangun bagaimana bisa aku disini" jawab Jeno melangkah menuju kamar mandi.

Ucapan Jeno ada benarnya, Renjun kadang menanyakan hal yang seharusnya tidak perlu di tanyakan.

Ia lanjut menuju dapur, membuka kulkas, melihat apa yang bisa ia masak, namun suara besar milik Jeno membuat Renjun menoleh.

"nggak usah masak" kata Jeno dari depan pintu kamar mandi, cowok itu melangkah santai menuju kamarnya, ucapanya terasa ambigu.

Renjun terdiam di tempatnya, mencerna kata-kata Jeno barusan, OH! Mungkin Jaemin yang akan masak hari ini, tidak masalah Renjun bisa mengerjakan hal lainya.

Cowok ini bergegas menuju tempat cuci, namun langkahnya kembali terhenti saat Jeno menyalip membawa sekantong pakaian.

"apa yang akan kamu lakukan?" tanya Renjun penasaran.

Jeno menghela nafas kasar "aku mau konser disini" remaja yang lebih muda beberapa bulan itu menonyor kepala Hyungnya beberapa kali "orang bodoh juga tau kalau ini tempat cuci dan nyetrika"

Salah lagi kan.

"aku juga mau mencuci biar aku saja yang melakukan itu" Renjun menawMarkn diri.

"tidak perlu, kali ini aku mau melakukanya sendiri, lebih baik kamu pergi" usir Jeno tapi dibalas santai oleh Renjun.

"aku mau menyetrika pakaian milik Jisung"

Jeno bungkam namun wajahnya seolah berkata oh begitu ya.

Sekarang Jeno sedang memisah pakaian putih dan warna. Sementara itu Renjun mengambil pakaian di jemuran, menumpuknya menjadi satu.

"jangan sampai terbakar lagi, membayar para tukang itu tidak murah" ucap Jeno sembari memasukan pakaian kedalam mesin, Renjun menoleh "aku tidak akan pergi, jadi ruangan ini aman bersama ku"

Jeno mencibir sembari menekan tombol tombol di depanya sementara Renjun mulai menyetrika, setelahnya Jeno hanya duduk di kursi memperhatikan tubuh mungil Hyungnya yang bergerak sesuai irama.

Aroma pengharum pakaian tercium sampai ke penjuru ruangan, aromanya sengaja di dibuat berbeda kesukaan masing-masing member dan itu cukup membedakan siapa pemiliknya, hanya saja Renjun kadang lupa, membuat pusing sendiri.

"hem baunya enak" gumam Jeno, Renjun menoleh sekilas lalu melanjutkan kegiatanya.

Dan bisa dibilang ini adalah moment pertama kalinya baik Renjun maupun Jeno bisa berlangsung normal tanpa kekerasan, pembawaan Jeno hari ini lebih tenang, seperti ada kebahagiaan, mungkin saja dia hanya menyembunyikan pada Renjun.

Dan ini juga pertama kalinya Renjun melihat Jeno melakukan kegiatan mencuci sendiri, Renjun kira Jeno tidak tau bagaimana cara menggunakan benda itu, rupanya dia bisa melakukan dengan baik.

Sementara di kamarnya Jaemin tampak berpikir, banyak hal yang tidak Jaemin ketahui ketika ia hiatus lama, ini sudah 1 tahun dia kembali, dulu para member sering sekali berkunjung ke rumah ketika ada waktu luang, wajah mereka sangat cerah ketika datang, mereka selalu membawa makanan kesukaan Jaemin, menghadiahi barang-barang comeback Dream maupun 127.

Dan sambutan ketika Jaemin kembali pun tak kalah meriah, ia kira kedatanganya tidak akan di terima, ternyata semua orang menyambutnya dengan tangan terbuka. membuatnya berpikir jika semua orang baik-baik saja.

Tapi ketika dia kembali, ketika waktu berjalan, sedikit demi sedikit mulai menampakan diri, berbanding terbalik seolah menjatuhkanya kedalam jurang. Grup ini tidak baik-baik saja, tidak sehat, semuanya berpenyakit.

Siapa sangka ada satu orang di asingkan sementara yang lain berkomplot untuk mengganggunya. yang satu menderita kesakitan yang lain hanya menertawakan kesakitan itu.

Sebelum Jaemin pergi, grup tidak seperti ini, rasannya sangat nyaman, hangat, menyenangkan, sekarang dia malah bingung kemana rasa hangat yang pernah ia rasakn dulu.? Jaemin tidak menyalahkan siapapun disini, karna dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.

Jelas saja itu ada alasan, hanya saja Jaemin enggan membahas alasan itu.

Lalu dengan ucapan Haechan, dia masih tidak mengerti, dia tidak ingat kejadian waktu itu, jadi kalaupun Haechan bilang semua itu karna Renjun. Jaemin tidak akan percaya sampai dia ingat apa yang benar-benar terjadi.

Dan untuk kemarin Jaemin merasa kalau Renjun mendengar semua percakapan itu, dia pasti menangis karna merasa bersalah, walaupun entah itu benar atau tidak. Jaemin tau Renjun, dia orang yang tidak akan menunjukan kesedihanya di depan siapa pun, Renjun pasti dengar percakapan itu kemarin.

**

"Jeno kamu melamun?"

Pertanyaan tiba-tiba dari Renjun mengejutkanya, butuh beberapa saat sampai Jeno menjawabnya.

"aku tidak melamun, jangan sok tau "

Hyung tertua itu mengangguk, setelahnya Jeno mulai bekerja keras dengan cucianya, dari tempatnya Renjun hanya tersenyum hambar, masih di kegiatanya.

"benar kah?" Renjun malah balik bertanya

Jeno tidak menggubris ucapanya, bergegas menjemur pakaian setelah memasukan pakaian kotor lainya, sedangkan Hyung tertua tanpa sadar mengusap ujung matanya dengan lengan hoodie, mengusap buru-buru takut kegiatanya di ketahui Jeno.

Tapi setidaknya ada beban lain yang menghilang, walaupun sebenarnya sangat berat di pikulnya, karna dia tidak tau harus meminta tolong kepada siapa, rasanya sangat berat sekarang.

Dari ruang tengah Haechan menyandarkan punggung pada tembok dekat ruang cuci, ia memejamkan mata sembari menghirup aroma wangi pengharum pakaian, namun telinganya tidak bosan menangkap setiap percakapan tadi.

ke tiganya sibuk mencari ketenangan masing-masing, sama-sama berat dirasakan, sama-sama kesal jika diingat dan benci jika dilupakan begitu saja.

Senyum aneh itu kemudian terbentuk dari bibir Haechan.

"kamu lupa atau pura pura lupa Renjun"

TBC

saking semangatnya liat konser dream sampai lupa update, maafin ya..

dan entah kenapa malam ini rasanya mendung banget, kalian ngerasain juga ga, apa cuma aku aja nih.

ya tuhan rasanya tu sesek banget, you know what i fell lah pastinya.

tunggu Chapter selanjutnya

huaaaa hiks...

Poor Boy [Renjun] HIATUS PANJANG Where stories live. Discover now