10. Drunk [16+]

769 46 8
                                    


.
.
.

Kejadian Sebelum Jey Menemukan Gia
di Club Malam

.

Gia berjalan gontai menuju ruang perkuliahanya. Pikiranya campur aduk. Dia merutuki mulut dan rasa penasaranya sendiri yang terkadang terlampau lancang. Saking lancangnya hingga membawanya semakin terperosok kedalam lubang penyesalan. Jey benar jika seharusnya Gia bersyukur bahwa secara financial gadis ini sudah jauh lebih baik tanpa harus menjual diri. Akan tetapi jika dibilang 'tanpa harus menjual diri', Gia tidak sepenuhnya setuju. Karena tetap saja gadis ini harus terima ketika tubuhnya dijamah sesuka hati oleh lelaki yang telah membayarnya, yaitu Jey. Terkadang bahkan jamahan dari tuanya tersebut meninggalkan rasa nyeri pada bagian dadanya, sangat nyeri karena tidak jarang gigi-gigi tuanya dengan tanpa permisi menancap terlalu dalam disana.

Gia bukanya tidak menyukainya, justru ia menikmatinya. Dan saking nikmatnya, gadis ini mulai berpikiran liar, bagaimana jika mulut dan lidah itu bermain lincah pada titik paling sensitif tubuhnya. Membayangkanya saja sudah membuat pusat sensitifnya berkedut dan seakan ribuan kupu-kupu menggelitiki perutnya. Namun sayangnya cumbuan yang Jey berikan hanya sebatas tubuh bagian atasnya saja. Tanganya pun tidak pernah untuk sekali saja mencoba menyapa kedalam dirinya. Naluri alamiah Gia lah yang selalu memaksanya dengan reflek melakukan self service pada pusat dirinya. Disana selalu merasa menginginkan sesuatu yang Gia tidak miliki tapi dimiliki oleh prianya. Gia yakin bahwa Jey mengerti akan pertanda yang tubuh Gia berikan, karena beberapa kali gadis ini merasakan betapa keras ereksi prianya meski bukan melalui tangan Gia.

Pria ini aneh menurut Gia. Gia bukan gadis bodoh yang tidak tahu apapun mengenai perubahan tubuh prianya ketika sedang bergairah. Hanya saja Jey terlampau memaksakan diri untuk menahan dirinya. Mungkin karena itulah Jey tidak pernah membiarkan Gia menyentuh aset kelelakianya. Bahkan setiap kali mandi bersama dan menelanjangi Gia, pria ini tidak pernah menanggalkan celana dalamnya. Entah apa maksud dan tujuanya, yang pasti semakin lama Gia semakin menginginkan seorang Jey mencumbunya secara utuh, tidak tahu apa alasanya.

Ttig!

Jentikan jari itu berbunyi nyaring. Tepat didepan wajahnya, Nick sedang menjentikan jarinya. Gia mengerjap-ngerjapkan matanya masih mencoba mengumpulkan akal sehatnya yang barusan menghilang entah kemana.

"Kau bolos?" Tanya Nick dengan ekspresi datarnya.

Gia menatap bingung pada sahabatnya tersebut, ia mengernyit lalu Nick kembali menjentikan jarinya tiga kali.

"Kau ini apa-apaan?"

Gia menangkis tangan Nick yang bergerak kekanan dan kekiri tepat didepan wajahnya. Lelaki itu menangkup kedua pipi Gia dan memaksanya menoleh kekiri.

Office.

Itulah keterangan yang tertulis diatas pintu ruang disebelah kiri Gia. Rupanya Gia berjalan terlalu jauh dari ruang perkuliahanya. Lamunanya tentang Jey selalu menguasai otak hingga tubuhnya.

"Memikirkan pacar barumu itu lagi?" Tanya Nick menelisik.

Gia menghembuskan nafas berat lalu membalikan tubuhnya menuju ruang kelas perkuliahanya. Gadis ini tidak menjawab pertanyaan Nick karena benar-benar tidak ingin membahas apapun tentang Jey, walaupun kepada Nick sekalipun. Nick nampaknya menyadari hal tersebut, buktinya lelaki ini tidak memaksa bertanya lebih jauh pada Gia. Ia hanya mengikuti sahabatnya tersebut dari belakang, memastikan bahwa kali ini Gia tidak lagi kesasar.

Akal sehat Gia sudah kembali rupanya, karena gadis ini berbelok memasuki ruangan yang tepat. Dan sebelum Gia melangkah melewati pintu kelasnya, Nick sempat berpesan,

The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]Where stories live. Discover now