34. Gabriella Alaric

343 30 6
                                    



*Present*

Setelah malam itu semua nampak damai. Setidaknya itulah yang Gia rasakan. Tidak tahu sudah berapa hari tepatnya. Meskipun tubuhnya masih sedikit lemah, namun secara ajaib tenaganya seakan terisi penuh ketika berdekatan dengan prianya. Interaksi yang terlampau intim menjadi tidak masalah bagi Gia. Terlebih Jey seakan mendapat lampu hijau setelah ritual claimed nya berhasil pada Gia. Tidak perduli kapanpun dan dimanapun, asalkan dia mau, Jey akan langsung melampiaskan hasrat birahinya. Padahal Gia tidak pernah merasa menggoda atau sengaja menguji hasrat kelelakian prianya. Tetapi entah kenapa Jey selalu merasa gairahnya bangkit hanya dengan melihat Gia.

Pernah suatu kali Gia sedang duduk membaca dengan damai diruang baca kastil. Kebosanan luar biasa membuat membaca menjadi kegiatan baru Gia. Terlampau konsentrasi dengan bahan bacaanya membuat Gia tidak menyadari ketika Jey masuk dan mulai merayunya. Gia hanya gadis biasa yang tidak akan pernah mangkir ketika prianya menawarkan kesenangan yang dahulu hanya menjadi khayalanya saja. Dari pagi hingga hampir petang, bahkan sampai Gia pingsan karena kelelahan. Tengah malam ia terbangun dan telah berada didekapan Jey dikamarnya. Ajaibnya rasanya tidak semengerikan yang Gia bayangkan. Memang ngilu disana-sini namun tidak separah itu. Entah mantra macam apa lagi yang dirapalkan Jey padanya sehingga bercinta selama itu denganya tidak terasa mengerikan.

Pagi ini, kejadian yang sama terulang. Jey kembali merayunya, pria ini menjadi seperti seorang maniak akhir-akhir ini. Gia sudah dengan tegas menolaknya, tapi tubuh dan mulutnya tidak pernah sejalan. Ketika mulutnya berucap 'tidak', tubuhnya merespon 'iya' seketika jemari prianya menari lincah diatas kulitnya. Ciumanya menjadi candu memabukan yang tak terelakan. Beberapa koki dan pelayan yang hendak membuat sarapan terpaksa harus mundur secara teratur karena tuanya sedang bermesraan didapur mereka. Hanya satu orang yang tidak segan memasuki dapur untuk sekedar menuang jus kedalam gelas.

"Kau tidak ingin mengomelinya?" Tunjuk Gia pada Jey yang masih sibuk menarikan bibirnya diatas dada Gia.

"Untuk apa? Biarkan saja dia, beberapa wanita yang serius ia kencani tidak pernah bertahan sebelumnya."

Pernyataan Rafael nampaknya menyadarkan Jey hingga pria ini menghentikan aksi liarnya. Pria ini mendongak lalu memeluk gadisnya. Berkatnya, tubuh bagian atas Gia yang telanjang dapat tertutupi.

"Kalian tau ini sudah lewat jam sarapan, carilah kamar dan biarkan para koki memberiku makan, aku kelaparan."

Rafael melenggang pergi dengan dua gelas jus ditanganya. Jey melepaskan pelukanya untuk menatap gadisnya lekat-lekat. Perlahan ia menciumnya, Gia sudah mengantisipasi untuk hal yang lebih intim. Tetapi tidak, prianya menciumnya dengan lembut tanpa nafsu, Gia menikmatinya. Setelahnya Gia hanya memandang prianya tanpa bertanya, meskipun banyak hal yang ingin ia tanyakan. Jey mengecup bibir gadisnya sekali lagi sebelum membantu Gia merapikan bajunya.

"Kau tau tentang istri keduaku?" Tanya Jey dan Gia menggeleng.

"Mau ku ceritakan seperti apa sosok Gabriella?" Tawar Jey.

"Namanya Gabriella?" Jey mengangguki pertanyaan Gia dengan senyum tipis.

"Kenapa aku merasa dia adalah wanita baik." Lanjut Gia.

"Lebih dari baik. Gabriella adalah wanita luar biasa."

Jey menggandeng tangan Gia, menuntunya menuju pintu terdekat. Gadis ini selalu bersemangat ketika Jey sudah menggandengnya kemudian membuka pintu yang ia lihat.

Benar saja, Jey telah membawanya memasuki sebuah ruangan bergaya Eropa klasik, entah ini rumah yang mana lagi, yang pasti Gia merasa belum pernah berkunjung kesini sebelumnya.

The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα