30. Dilema

229 28 0
                                    




Kembalinya Sarah tidak cukup membuat hari-hari Jey terasa sempurna. Baru juga lima hari dan rasanya sudah sesak. Pria ini menerima dan menikmati waktu kebersamaanya bersama Sarah yang dicintainya. Tetapi tetap saja Jey merasa kekosongan pada dirinya.

Mungkinkah karena gadis kecilnya tidak lagi bersamanya?

Mendekap tubuh Sarah terasa hambar baginya. Bukan karena suhu tubuhnya yang cenderung rendah, tapi tidak adanya rasa hangat didalam hatinya. Gia memang reinkarnasi dari Sarah, namun keduanya tidak memiliki kemiripan wajah yang terlalu identik. Jika diperhatikan, Sarah nampak jauh lebih dewasa dengan garis wajah yang tegas, sementara Gia cenderung memiliki fitur wajah seperti bayi seakan usianya berhenti diumur tiga belas.

Jey tahu ia menginginkan Gia kembali padanya, tapi dia juga tidak ingin Sarah nya pergi lagi darinya.

Twin Flame hanya bisa aktif apabila seseorang yang berarti diantara mereka memanggil nama salah satu diantara keduanya. Dalam kasus Sarah dan Gia, Jey lah yang menjadi penentunya. Satu nama yang keluar dari bibirnya tanpa ia sadari telah menimbulkan masalah baru. Gia yang entah bagaimana nampaknya semakin hari semakin menyerah. Terbukti dari kondisi Sarah yang semakin membaik dan bersemangat setiap harinya. Disisi lain Jey tidak tahu dengan pasti bagaimana kondisi gadis kecilnya saat ini.


Siang ini Sarah sedang tertidur didalam kamarnya yang gelap.

Alaric bersaudara sedang berada dikediaman keluarga Alaric di Jerman. Kastil tersebut masih bergaya Eropa era Victoria namun dengan sentuhan modern classic pada interiornya. Tidak hanya Sarah dan Damian yang turut serta bersama mereka, tapi juga Tamara.

Mulanya Tamara merasa tidak nyaman dengan keberadaan Sarah. Tapi penjelasan yang diberikan Araqiel dan pengertian dari Rafael membuat Tamara kembali merasa nyaman.

Tamara sedang menyantap makan siangnya ditemani Rafael. Jey tidak berhenti menenggak red wine dari gelasnya hingga tanpa sadar sudah botol kedua yang ia habiskan. Rafael bukanya tidak perduli, akan tetapi dia tahu bahwa Jey sedang dirundung dilema. Pikirnya akan lebih baik jika adiknya tersebut melampiaskan dengan cara seperti ini, dari pada keluyuran lalu berakhir dengan membantai setiap manusia yang ditemuinya.

Dug!

Gelas wine ditangan Jey diletakanya secara kasar diatas meja. Suaranya cukup mengagetkan Tamara. Jey bangkit dari duduknya kemudian pergi begitu saja. Rafael menghela nafas kemudian menyudahi makan siangnya.

"Ayo keluar." Ucapnya pada Tamara sembari mengelap sudut bibirnya.

"Aku belum selesai."

"Makan pun tidak akan nyaman nantinya, jadi ayo keluar."

Tatapan Rafael nampak tidak ingin menjelaskan maksud perkataanya. Baru pagi ini Tamara sampai di kastil tersebut. Itupun dengan bantuan Araqiel yang menjemput dan membawanya. Pagi-pagi buta sekali, bahkan sebelum matahari benar-benar terbit. Tamara sempat bertemu dengan Sarah dan rasanya tidak nyaman untuk Tamara.

*Bhakk!*

"Aahh.. Tobi.. Aaah..!"

Tamara tercekat. Lenguhan dan gebrakan tersebut terdengar menggairahkan tapi juga tidak nyaman untuknya. Cepat-cepat Tamara berjalan menuju pintu keluar halaman belakang namun Rafael menariknya menuju pintu depan.

Rafael menuntun Tamara hingga cukup jauh ketengah lahan hijau tertutup salju didepan kastil. Terdapat sebuah gazebo disana. Atas perintah Rafael, Damian sudah mempersiapkan banyak sekali kue diatas meja yang ada. Tamara yang sebelumnya mengaku belum kenyang, kini hanya menatap kopi panas dan beberapa jenis kue dihadapanya.

The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]Where stories live. Discover now