31. The Red Moon

235 32 12
                                    




Ditengah peliknya dilema dalam isi kepala Jey, derap langkah berat kaki seseorang menginterupsinya. Seseorang ini datang memasuki kamar Gia dan tanpa permisi mulai mengangkat tubuh gadis tersebut.

Nick tanpa permisi merengkuh tubuh Gia yang masih tidak sadarkan diri.

Tentu saja Jey tidak membiarkanya. Pria ini mendorong tubuh Nick agar menjauh dari gadisnya.

"Minggir kau!"

Bentak Nick sembari kembali meraih tubuh Gia. Seakan tuli, Jey merebut Gia dan merengkuhnya.

"Tobias! Jangan main-main!" Ancam Nick.

"Kau yang jangan main-main!!" Raung Jey tak kalah keras.

Araqiel dan Rafael datang detik kemudian, disusul Jimin yang tiba-tiba muncul disudut kamar.

"Gia memanggilku untuk menjemputnya!" Nada suara Nick mulai meninggi.

"Omong kosong! Gia bahkan belum membuka mata!" Jey melirik pada gadis dalam rengkuhanya.

Nick mengalihkan pandanganya pada Araqiel. Pemuda ini memejam lalu membuka kembali matanya sebelum berucap,

"Dia benar, Nick yang memantrai Sarah dan Gia, dia juga dapat mendengar panggilanya."

Kini Nick beralih menatap Jimin yang tengah memperhatikan dengan tatapan siaga.

"Aku benar bukan, Michael?" Tanya Nick pada Jimin.

"Apa maumu? Tidak bisakah kau membiarkan Tobias kali ini?" Jimin justru bertanya kembali.

"Aku sudah membangkitkan Sarah tanpa berusaha merebutnya seperti dahulu. Aku bahkan rela ketika hanya tubuh tanpa jiwa milik Gia yang aku dapatkan. Lalu kau memintaku membiarkanya seperti apa lagi, kau ingin aku menyerahkan Gia juga setelah berbaik hati membangkitkan Sarah?"

Nick menjeda perkataanya dengan tatapan tajam pada Jimin.

"Kalian para malaikat mengaku bijaksana dan menjunjung keadilan tapi disini kalian melupakan hal itu." Nick masih menatap tajam pada Jimin. "Kau tau aku tidak akan mencelakainya, Jim." Lanjut Nick.

Jey sudah gemas. Ia tidak tahan lagi mendengar ocehan dari mulut Nick. Jey merasa hal buruk sebentar lagi akan terjadi.

"Tobi.. serahkan Gia padanya." Suara mendominasi Rafael membuat semua yang ada disana menoleh padanya.

Pikiran Jey benar, hal buruk baru saja terjadi padanya. Dia tidak bisa, dan tidak akan pernah bisa menyerahkan Gia pada Nick.

"Tobias.. Gia menginginkan ini." Perintah Rafael dengan tegas menekankan bahwa itu adalah mutlak.

"Jangan buat aku yang harus turun tangan." Ancam Rafael.

Rafael meregangkan tangan kananya kesamping dan memunculkan rantai digenggamanya. Jey sedikit melirik pada suara gemerincing yang familiar ditelinganya tersebut. Rantai putih itu masih sama seperti saat terakhir kali membelenggu tubuhnya. Rasa sakit yang ditimbulkanya tidak akan pernah Jey lupakan.

"Serahkan dia, Tobias." Bujuk Rafael melunak.

Jey berdiri tegak menyambut sang kakak yang mulai mendekatinya.

"Didalam mimpimu.."

Saat itu juga api biru berkobar menyelimuti tubuh Jey. Rantai ditangan Rafael meleleh dengan mudah.

Disudut lain, Jimin telah mengeluarkan pedangnya lalu menancapkanya dilantai. Efek ledakanya tidak membuat Jey bergeser dari tempatnya, pria ini masih diselimuti kobaran api biru yang entah sejak kapan bisa sedahsyat ini. Panasnya bahkan mampu membakar kulit Araqiel yang berusaha menghentikan Jey. Kulit lengan Araqiel melepuh dan butuh waktu lama untuk kembali normal.

The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]Where stories live. Discover now