35. Letzter Brief

265 33 8
                                    

– Last Letter –

Keduanya saling manatap lekat melalui pantulan pada cermin meja rias. Gia memperhatikan prianya yang perlahan membuka kotak tersebut. Raut wajahnya tidak terbaca ketika melihat isi didalamnya. Jey kembali memandang Gia yang juga sama bingungnya.

"How..."

Gia menggeleng bingung, "Tidak tau..."

Ketika dilihat, isinya berupa sebuah kertas yang terlipat rapi, terdapat cincin yang Gia lihat didalam lukisan. Jey mengambil cincin tersebut sementara Gia membuka sebuah lipatan kertas yang ia yakin adalah sepucuk surat.

"Ternyata selama ini disini." Jey mengamati cincin yang pernah ia berikan pada Gabriella tersebut.

"Ternyata aslinya jauh lebih cantik."

Mata Gia berbinar mendapati cincin yang sebelumnya ia kagumi kini benar-benar berada didepan matanya. Jey terkekeh geli melihat ekspresi Gia.

"Cincin ini berada didalam, berarti Gabriella memberikan ini juga untukmu." Ucap Jey ringan membuat wajah Gia semakin sumringah mendengarnya.

"Aku membuatnya sendiri untuk Gabriella. Batu merah ini cuma ada dua didunia."

Seketika wajah sumringah Gia menghilang, ia merasa tidak berhak memiliki benda berharga tersebut. Namun Gia menyadari Jey menyebutkan kata 'dua' untuk batu merah tersebut.

"Dua? Berarti ada yang lain? Apa kau berikan pada Nona Sarah?"

Jey menggeleng, "Sebenarnya ini adalah potongan jantung naga yang dibekukan oleh Araqiel hingga menjadi batu permata. Aku menempanya menjadi liontin dan cincin."

"Kau menempanya sendiri??" Jey mengangguki pertanyaan Gia.

"Lalu kau bertemu dengan naga juga?" Gia mulai antusias tapi kali ini Jey menggeleng.

"Bukan aku tapi putriku." Aku Jey.

"Apa??" Gia terkejut bukan main.

"A-aku tidak pe-pernah melihatnya." Saking terkejutnya hingga Gia tergagap.

Jey tersenyum kecut, "Dia tidak mau menemuiku setelah mengetahui kematian Gabriella disebabkan olehku. Dia menyayangi Gabriella seperti ibunya sendiri."

"Apa?? Jadi dia bukan putrimu dengan Nona Gabriella??"

Jey menggeleng.

"Lalu dengan wanita mana lagi?? Banyak sekali wanita dalam hidupmu?? Aku ada diurutan keberapa?? Seratus? Dua ratus? Tidak dapat dipercaya—"

Jey mendaratkan bibirnya untuk menutup mulut Gia. Ciuman singkat tersebut cukup ampuh membungkan mulut Gia.

"Aku mengencani beberapa wanita tapi hanya menikahi tiga wanita. Sarah yang aku nikahi secara adat, waktu itu tidak ada catatan sipil. Gabriella, ku nikahi secara resmi dan tercatat secara sipil. Namun tidak satupun dari mereka berhasil melewati malam pertama denganku. Dan kau.. kau sudah aku nikahi dengan cara keduanya."

Gia kembali terbelalak, gadis ini merasa hanya diberikan claimed dan bukanya resmi dinikahi secara sipil. Jey tersenyum miring menyadari ekspresi bingung gadisnya.

"Kau ingat siang itu, kertas apa saja yang kau tanda tangani."

Gia menggeleng ragu. Gadis ini ingat siang hari setelah malam sebelumnya Jey memberikan claimed nya pada Gia, pria ini menyodorkan beberapa kertas untuk ditanda tangani. Gia yang masih mengantuk dengan polosnya membubuhkan tanda tanganya diatas kertas tersebut tanpa bertanya.

Gia mengerti sekarang, dokumen yang ia tanda tangani siang itu adalah berkas untuk melegalkan pernikahan Jey dan Gia dimata hukum.

"Licik!" Gia tersenyum sumringah.

The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]Where stories live. Discover now