16. Tension

324 38 4
                                    




"Semoga kau betah sekelas dengan Gia."

"Aku harap kau betah melihatku berkeliaran."

Dua kalimat yang keluar dari mulut dua lelaki berbeda tersebut masih terngiang-ngiang ditelinga Gia. Gadis ini mengerti arti perkataan yang Manfred katakan, karena pemuda ini sungguh sangat menyebalkan. Pantas jika dia berharap agar Nick betah melihatnya berkeliaran, terutama disekitar Gia. Manfred tidak main-main ketika mengatakan 'berkeliaran', lelaki ini mengekor pada Gia yang secara otomatis membuatnya selalu bertemu dengan Nick.

Dan lagi, Nick nampak biasa saja seakan tidak terusik dengan tingkah laku Manfred, dia juga tidak banyak merespon Manfred. Bisa Gia bayangkan apa yang akan terjadi apabila keduanya ditinggal sendirian.

"Sampai kapan kau akan mengekor pada Gia?" Tanya Nick dingin.

"Sampai kami lulus, kami satu kelas. Kau cemburu?" Manfred menjawab dengan santai.

"Kelas hari ini sudah berakhir, bukan? Kau bisa menemaniku berkeliling kota kalau begitu." Manfred merangkul Gia tanpa perduli tatapan iri dari setiap gadis yang ada di cafetaria kampus.

Gia menghela nafas lalu kemudian menurunkan tangan Manfred dari bahunya. Dia menatap bungsu dari keluarga Alaric ini sebelum mengeluarkan suara,

"Masih terdapat satu kelas lagi sebelum perkuliahan hari ini selesai."

"Tapi Nick sudah tidak ada kelas lagi."

"Kalau begitu pindah saja ke kelasku." Sambar Nick dengan acuh.

"Ouch! Too bad. Nanti aku tidak bisa mengawasi Gia. Oops!"

Manfred berpura-pura kaget akan perkataanya sendiri sembari menutup mulutnya dengan dramatis. Disisi lain Gia benar-benar terkejut oleh pengakuan Manfred. Ia memincingkan mata menatap Manfred penuh pertanyaan. Pemuda itu membalas tatapanya dengan senyum dua gigi kelincinya.

"Jangan melotot seperti itu padaku, kau membuatku takut." Ejek Manfred pada Gia.

"Seriously? Kau disuruh mengawasiku?"

"Memangnya ada masalah?"

"Banyak! Kau..!"

Mendadak Gia lupa bagaimana cara berbicara ketika melihat Manfred dengan wajah polosnya. Gia tahu benar bahwa wajah ini hanya kamuflase seorang Manfred Alaric, tapi disisi lain wajah polos ini tidak terelakkan oleh Gia, membuat frustasi. Tiba-tiba Manfred memberikan sebuah kecupan dikening Gia. Delikan dari Gia dibalas senyuman manis yang lagi-lagi memperlihatkan dua gigi kelinci lucunya. Manfred terkekeh sebelum kembali mendaratkan kecupan ditempat yang sama.

"Kau ini apa-apaan!?" Raung Gia mendorong tubuh Manfred menjauh.

"Kenapa, yang kucium keningmu bukan bibirmu, atau kau mau kucium dibibirmu.."

"Berhenti bermain-main Manfred!" Bentak Gia.

*Ttarr!*

Suara pecahan kaca mengagetkan Gia. Dia dan Manfred menoleh mencari sumber suara. Dilihatnya fokus orang-orang sedang tertuju pada gantungan lampu yang sudah pecah. 'Mungkin kongslet lalu meledak' pikir Gia, namun rupanya kegaduhan tersebut tidak mempengaruhi Nick. Lelaki itu masih sibuk menyeruputi ice americano miliknya tanpa terganggu sedikitpun.

"Itu pertanda agar kau berhenti menganggu Gia."

Nada kelewat santai dari ucapan Nick memang sama seperti biasanya, akan tetapi terasa lebih seperti sebuah ancaman ketimbang candaan. Manfred yang merasa tersindir rupanya sudah menatap sambil menyunggingkan senyum congkak.

The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]Where stories live. Discover now