B

14.9K 1.1K 37
                                    

Suasana mendadak berubah menjadi tegang ketika sang leader mengatakan ia baru saja kehilangan sebuah tas. Malam itu mereka berkumpul di lobby hotel dengan wajah cemas dan lelah yang saling berpadu. Para anggota BTS, tanpa Jimin, sebenarnya sudah memiliki keinginan untuk segera masuk ke kamar lalu merehatkan tubuh. Tetapi ketika Namjoon mengatakan tasnya hilang, mereka semua memutuskan untuk berdiam diri di lobby berpikir sejenak untuk menemukan jalan keluar masalah ini.

"Aku tidak terkejut, sama sekali." Ujar Seokjin, ia berdiri menghadap Namjoon dengan bersilang tangan.

Sementara itu Namjoon hanya diam sambil menunduk dalam, sebenarnya saat ini ia sedang memikirkan begitu banyak masalah. Tak tahu jika ia akan menambah masalah lagi untuk dipikirkan, ia mulai pusing.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Jungkook, sebenarnya ia menanyakan pertanyaan yang sama untuk kelima kalinya. Dia sudah sangat lelah dan ingin segera tidur, bahkan saat ini yang terpikir olehnya hanya Jimin Hyung-nya yang sedang sendirian di kamar.

Sebuah lirikan tajam dari Hoseok ia tujukan pada sang maknae agar segera diam. Ia takut jika Yoongi akan meledak dan membuat masalah ini bertambah rumit. Karena tadi Hoseok sekilas melihat ekspresi wajah Yoongi yang merah padam pada Jungkook.

"Pelatih Son dan sebagian staff yang masih disana sedang berusaha mencari tas Namjoon, kita hanya perlu menunggu barang kali tertinggal." Seokjin berujar dengan lembut dan tersenyum, berusaha untuk menghangatkan suasana dan menjawab pertanyaan Jungkook dengan sabar. Walaupun sebenarnya ia begitu cemas, takut jika Namjoon akan pulang terpisah dengan yang lain seperti waktu lalu. Karena Seokjin ingin mereka pergi dan pulang secara lengkap. Sepi dan aneh rasanya jikalau satu orang tak ada.

"Kalau memang hilang?" Celetuk Jungkook.

Hoseok memejamkan matanya dengan erat, menahan emosi pada mulut Jungkook yang tak bisa direm itu.

"Dia ditinggal." Seru Yoongi dengan dingin, tatapan matanya tajam kepada Jungkook lalu pada Namjoon.

Hoseok menghembuskan napasnya panjang, ia memijat pelipisnya dengan perlahan. Kalau Yoongi sudah bicara seperti itu tidak akan ada yang berani menyahuti, kecuali Seokjin. Tapi sang tertua hanya diam saja, seperti menyetujui ucapan Yoongi. Atau memang berusaha pasrah dengan keadaan.

"Maafkan aku, aku terlalu ceroboh." Ujar Namjoon.

Seokjin mengangguk, ia tersenyum kecil lalu mengusap lembut punggung Namjoon. "Hey, tidak apa-apa. Tak usah dipikirkan. Kita selesaikan ini sama-sama, jika kau harus tinggal biar kita temani."

Yoongi berdecih, mengalihkan fokus yang lain padanya. "Lalu kau melupakan keadaan Jimin? Sampai kapan kita harus tinggal? Masih ada jadwal lain, dan Jimin harus segera pergi ke dokter." Ia kembali berucap dingin dan ketus.

Setelah berucap demikian, Yoongi lantas meninggalkan yang lain untuk pergi ke kamarnya. Sambil melemaskan otot rahangnya ia berjalan dengan langkah lebar menjauh dari yang lain.

Hoseok sebenarnya merasa ketakutan atas emosi Yoongi, tapi ia berusaha untuk nampak tegar karena si kecil Jungkook juga harus ditenangkan.

"Hyung, apa Yoongi Hyung marah karenaku?" Tanya Jungkook dengan bola mata sayup ketakutan.

"Ssstt... Tidak, dia memang sedang emosi karena lelah. Sudah, besok pasti baik-baik saja. Bukan begitu?" Ujar Hoseok sambil mengusap surai Jungkook dengan gerakan acak.

Seokjin menghembuskan napasnya panjang. "Kalian pergi ke kamar, besok kita harus bangun pagi. Hoseok, bawa adik-adikmu ke kamar."

Hoseok mengangguk, lalu melempar senyum ke Jungkook mengatakan melalui sorot mata untuk pergi ke kamar bersama. Setelah Jungkook berdiri, lantas Hoseok menoleh ke sisi yang lain. Menatap Taehyung yang tertidur pulas disampingnya, lalu ia mengusap surai Taehyung dan sedikit mencubit hidung bangirnya.

How to protect our Mochi?Where stories live. Discover now