Do

13K 1K 66
                                    

Ini baru lima belas menit kira-kira, tapi Jimin merasa seperti lima jam. Sepertinya ide untuk pergi ke galeri bersama Namjoon adalah ide terburuk bagi Jimin. Jadi begini isi galeri seni, tidak ada yang menarik. Tapi kenapa Namjoon hyung-nya begitu rajin pergi kemari tiap minggu?

Rasanya tiap dua menit sekali Jimin selalu melihat kearah layar ponselnya, memastikan sudah berapa lama mereka berada disana melihat-lihat beberapa karya 2D yang dipajang. Ia pikir hari ini waktu berlau begitu lambat dari biasanya.

"Hooaam..."

Namjoon melirik sedikit melalu ekor matanya, mendapati Jimin yang menguap lebar-lebar untuk yang kesekian kalinya. Namjoon terkekeh gemas saat Jimin mencoba menahan matanya agar terpejam, sesekali ia akan menggelengkan kepalanya dengan keras atau membuka paksa matanya dengan jemari tangan. Lucu.

"Jimin, kau tau lukisan ini? Lukisan ini dilukis oleh sepasang suami istri sebelum sang isteri melahirkan anak pertama mereka. Mereka telah menanti momen itu selama enam tahun sejak pernikahan mereka, tapi siapa sangka sang bayi meninggal karena keracunan air sungai yang diminum oleh ibunya." Tutur Namjoon sambil terus melihat kearah sebuah lukisan besar yang dipajang.

Jimin sungguh tak tertarik, ia menarik napasnya panjang kemudian menghembuskannya. Dia bosan, tapi demi Namjoon hyung-nya, Jimin rela melawan rasa bosannya. Lalu ia hanya menanggapi dengan menganggukan kepalanya sok paham.

"Apa kau bosan, Jimin-ah?" Tanya Namjoon yang tak tega melihat Jimin.

Jimin menggeleng. "Tidak, kok."

Namjoon menunduk agar ia bisa mesejajarkan wajahnya pada Jimin. Dengan begini ia bisa menatap mata Jimin yang agak merah dan sayup itu. "Kau pandai berbohong, ya, sekarang?"

Merasa ketahuan Jimin tanpa sadar memberikan reaksi yang membuat Namjoon merasa gemas. Pria mungil itu membulatkan matanya dan menahan napasnya sebentar. Bola matanya bahkan bergerak tak tentu arah, kemanapun asal tak menatap kedua mata sang leader.

"T-tidak.." kata Jimin gugup.

"Syukurlah. Kalau begitu kau mau menungguku selama tiga jam lagi disini? Karena aku ingin bertemu salah seorang pelukis untuk minta foto bersama." Kata Namjoon sambil berlalu dengan kedua tangan yang ia masukan kedalam saku coat-nya yang oversize.

"Apa?" Pekik Jimin. Ia segera mengejar Namjoon dan menyamakan langkah kaki mereka. "Hyung, aku bosan. Aku mengantuk. Aku ingin pulang. Aku rindu kookie. Aku ingin makan masakan Jin-hyung."

Jimin merengek, memohon untuk segera pergi dari tempat membosankan ini. Ia menggoyangkan lengan Namjoon sambil menunjukan bibirnya yang mengkerut dan matanya yang basah, oh tuhan! Apa dia ingin menangis?

 Ia menggoyangkan lengan Namjoon sambil menunjukan bibirnya yang mengkerut dan matanya yang basah, oh tuhan! Apa dia ingin menangis?

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

"Kau bilang tidak bosan tadi?" Kata Namjoon, mencoba untuk mengerjai adiknya itu.

Jimin melengkungkan bibirnya kebawah. "Aku bohong, tadi." Ujarnya lirih.

"Kau bohong? Siapa yang mengajarimu?"

Jimin diam sejenak, ia menerawang keatas dan berpikir. "T-taehyungie yang mengajari."

Sebelah alis Namjoon terangkat, kemudian ia bersendikap dada sambil menatap Jimin. "Benarkah?"

"Iya!" Kata Jimin dengan mantap.

"Jimin kau tau tak baik menyalahkan orang lain atas kesalahanmu. Jika Taehyung mendengar ini dia akan sedih dan kalian akan bertengkar nanti." Kata Namjoon, saat ini ia bicara dengan nada serius dan cenderung tegas tanpa amarah.

Jimin merunduk sedikit, ia ketakutan. Jika Namjoon sudah menceramahinya seperti ini rasanya Jimin ingin menangis dan berlari kepelukan Jin-hyung. "Aku tidak bohong, Taehyung yang mengajariku." Cicit Jimin dengan lirih.

Namjoon menghembuskan napasnya dengan berat. "Apa yang Taehyung katakan?"

Jimin mendongak menatap mata Namjoon. "Kemarin Yoongi hyung kehilangan sate dombanya, lalu dia marah."

"Iya, benar. Lalu dia menuduhku padahal aku tak tau apa-apa." Sahut Namjoon.

"Sebenarnya yang makan Taehyung dan Jungkook, lalu Taehyung berbohong tidak memakannya dan menyalahkan Namjoon hyung."

Namjoon melotot tak percaya dengan cerita Jimin. Pria kecil itu menceritakan semuanya pada Namjoon dengan jujur dan lugu. "Apa?"

"Iya, benar. Saat aku ingin bilang Taehyung melarangku, dan dia bilang kalau ini rahasia anatara aku, Jungkook, dan dia."

"Apa? Kenapa kau mau, Jimin-ah? Itu perbuatan buruk." Kata Namjoon.

"Iyalah, aku mau. Karena Taehyung membagi satenya denganku juga." Ujar Jimin lugu, ia tanpa sadar telah menceritakan semuanya pada Namjoon yang saat ini tengah menahan amarahnya.

"Mwo? Jadi kalian bertiga yang makan sate Yoongi hyung?"

"Benar!" Sahut Jimin dengan riang. Detik berikutnya ia menyadari ada yang tak beres dengan ucapannya. "Y-ya tuhan..! Kenapa aku menceritakannya pada Namjoon hyung?"

"Park Jimin!" Seru Namjoon dengan nada tinggi. "Kita tidak jadi pulang, kita menginap disini hari ini!" Kata Namjoon dengan tegas lalu berjalan meninggalkan Jimin.

"A-apa? Hyung aku tidak mau! Ayo pulang. Aku ingin tidur dirumah saja, aku ingin dipeluk Kookie atau Hobi-hyung. Huweeee.... Jin hyung! Selamatkan aku.. hiks..."

How to protect our Mochi?Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ