La

10.5K 815 29
                                    

"Huh, kenapa mereka membuat ayunan setinggi ini, sih? Kasihan kan anak-anak, nanti susah kalau mau naik." Gerutu Jimin sambil berkacak pinggang menatap kesal kearah sebuah ayunan didepannya. Bibirnya mengerut bersamaan dengan alis yang menukik.

Detik kemudian terdengar suara kantung belanjaan yang diletakan ditanah. Jimin menoleh, benar saja, Seokjin sudah duduk di ayunan yang lain dengan mudahnya sambil memakan ice cream cokelat. Jimin semakin mendengus kesal.

"Tidak adil!" Serunya kesal.

Seokjin hanya melirik sedikit, ia sengaja menampangkan ekspresi tak peduli dan sombong. Melihat Jimin kesal seperti ini membuatnya tertawa puas. "Kakimu saja kurang panjang." Komentar Jin.

Jimin kembali melirik sinis. "Kakiku lebih panjan dari hyung. Ingat kalau hyung yang punya kaki terpendek, jangan sok!"

"Berarti itu artinya kau pendek."

"Jangan sebut begitu! Apa salahnya jadi pendek!?" Teriak Jimin kesal. Ia bahkan memejamkan matanya ketika berteriak, dan tanpa sadar kakinya sedikit menjinjit.

Seokjin kembali tertawa puas, ia memukul pahanya sendiri bersamaan dengan air mata yang hampir keluar melalui sudut matanya.

Hari ini keduanya memutuskan untuk berbelanja setelah mendapati kulkas mereka dan segala persediaan bahan makanan hampir habis. Sebenarnya Seokjin hendak pergi sendiri bersama manager karena Jimin masih tertidur tadi. Namun, ia tak tega pergi meninggalkan Jimin sendirian, ia takut Jimin akan merajuk karena tak mendapati siapapun di dorm. Jadi, Seokjin memutuskan untuk membangunkan Jimin dan mengajaknya.

"Lebih baik aku tidak ikut tadi!" Ujar Jimin sambil menendang ayunan yang tidak bisa ia naiki.

Melihat Jimin yang kesal dengan bibir monyong dan mata sayup yang melirik kearah ayunan, membuat Seokjin tak tega. Jika ia membiarkanya sekitar lima menit lebih lama, sudah dipastikan Jimin akan menangis atau tak menyapanya hingga makan malam nanti.

Seokjin segera bangkit dari ayunan, ia mengambil tas belanjanya lalu memberikan ice cream vanilla baru milik Jimin. "Nah, punyamu." Ujarnya.

Jimin melirik sekilas, lalu merebut ice cream itu dengan kesal. Ia berbalik untuk memunggungi Seokjin, ia membuka pembungkus ice cream itu dengan kesal.

"Ayo pulang." Kata Seokjin dengan lembut. Tangan kirinya ia gunakan untuk menenteng tas belanjanya, sementara tangan kananya masih memegang ice cream cokelat yang hampir habis.

Keduanya berjalan beriringan, sesekali Seokjin melirik kearah Jimin yang mood-nya sudah membaik. Ah! Ice cream memang yang terbaik untuk Jimin.

"Hyung, tumben sekali sepi." Ujar Jimin dengan wajah belepotan. Ia menoleh kesamping, agak mendongak agar ia bisa bertatapan dengan Seokjin.

Senyum Seokjin mengembang, dengan lembut ia mengusap area sekitar bibir Jimin dengan tangannya. "Hari ini hari kamis, orang-orang pasti pergi bekerja atau sekolah." Katanya sambil membersihkan wajah Jimin yang belepotan.

"Oh, iya benar juga." Pekik Jimin. "Tapi hyung..." Jimin nampak berpikir ragu.

"Hmm? Apa?"

Jimin tiba-tiba menghentikan langkahnya, ia berbalik kearah Seokjin hingga keduanya berdiri berhadapan. "Hyung, beli ice cream rasa apa saja?" Tanya Jimin dengan hati-hati.

Seokjin diam sejenak untuk berpikir, selanjutnya ia mengerti apa yang diinginkan oleh Jimin. "Masih ada dua, rasa mint chocolate dan strawberry."

Kedua mata Jimin sontak berbinar penuh minat. Benar dugaan Seokjin. Sebelum Jimin sempat berbicara, Seokjin terlebih dahulu memotong ucapannya.

"Tapi itu jatah Taehyung dan Jungkook." Ujar Seokjin yang membuat Jimin kehilangan senyum pada bibirnya.

Wajah Jimin tertekuk, matanya kembali sayup dengan bibir mengkerut sedih. Dia menunduk sambil memainkan sepatunya pada aspal. "Tapi diminie masih mau ice cream.." ujarnya dengan suara lirih namun sampai pada telinga Seokjin. Bahaya, Jimin sudah menunjukan keahliannya.

Seokjin tak tahan, ia menjepit kedua pipi tembam Jimin hingga membuat bibirnya monyong. "Kebiasaan!" Kata Seokjin dengan gemas.

"H-hyung sakit..!"

How to protect our Mochi?Where stories live. Discover now