Game

7.9K 720 91
                                    

Huuuiiiii.... Banyak yang respon ternyata di chapter sebelumnya.

Terimakasih sayang-sayangku, maaf gak suri bales semua. Suri bingung mau bales apa 😭😭😭




######







Bosan..

Selain tidur apalagi yang bisa Jimin lakukan? Selain diejek pendek oleh Jungkook hal lain yang paling Jimin benci adalah terkurung di dalam dorm dan bingung mau melakukan apa.

"Mau konser." Celutuk Jimin tiba-tiba ditengah lamunannya. Kedua matanya menatap lurus ke langit-langit kamar dengan lampu yang padam, namun parasnya masih dapat terlihat oleh lampu meja dengan spektrum jingga yang lembut. Dari samping sini, bibirnya yang mengerucut terlihat menggemaskan.

"Kenapa tiba-tiba? Cepat tidur, apa kau tidak lelah?" Ujar Taehyung dengan lembut. Ia menggeser tubuhnya mendekati si mungil, menaruh sebelah tangannya pada perut rata Jimin sementara tangan yang lain sudah dari awal dijadikan bantal oleh soulmate-nya itu. Tak dapat menahan rasa gemasnya, Taehyung menggesekan ujung hidungnya yang bangir pada pipi Jimin yang terasa lembut dan kenyal.

Terdengar helaan napas berat dari Jimin, kemudian ia mulai menggertakan gigi-giginya dengan bibir saling mengatup rapat. Taehyung menatapnya sesaat, ia menaikan sebelah alisnya mencoba memahami apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya itu. Sampai Taehyung menyadari jika Jimin sedang menahan napasnya.

"Berhenti atau kugigit hidungmu sampai lepas agar kau benar-benar tak bisa napas!" Gertak Taehyung sambil menatap Jimin dari atas.

"Fiuuuuhhhhh......" Suara lucu itu terdengar ketika Jimin membuang napasnya dari mulut, kemudian dengan cepat menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. "Huh! Sesak sekali." Ujarnya.

Taehyung hanya menggeleng tak percaya dengan ulah Jimin yang cenderung tiba-tiba dan aneh itu. Setelah kembali memposisikan tubuhnya untuk tidur di samping Jimin, Taehyung menarik tangannya dan mengambil posisi yang sama dengan Jimin. Tidur telentang sambil memandangi langit-langit kamar Taehyung.

Keduanya terdiam dalam keheningan, Jimin masih terusik dengan rasa bosan yang membuatnya kesal. Sementara Taehyung, ia hanya sibuk dengan pikirannya sendiri. "Taetae aku bosan!" Seru Jimin sambil memukul kasur.

Taehyung sedikit tersentak, ia menoleh kemudian tersenyum saat mendapati wajah kesal Jimin yang terlihat lucu. "Hoh! Apa yang kau inginkan?"

"Konser."

"Sabarlah dulu, sebentar lagi kita juga akan melakukan konser." Jelas Taehyung dengan lembut.

Jimin menggeleng. "Bukan. Maksudku konser dengan Army." Ujar Jimin sambil menoleh kearah Taehyung.

Kedua mata mereka saling menatap untuk beberapa saat, namun segera diputus oleh Taehyung yang tiba-tiba saja menggigit ujung hidung Jimin hingga membuatnya memekik.

"Taehyung! Apa yang kau lakukan? Sakit!" Teriak Jimin. Taehyung yang gelagapan karena takut teriakan Jimin membangunkan yang lain segera menutup mulut Jimin dengan telapak tangannya. Taehyung cekikikan, tak kuasa menahan rasa gemas jika dekat-dekat dengan si mungil ini.

"Sudah! Sudah! Sst... Aku minta maaf."

Jimin menampik tangan Taehyung dengan kesal, ia menatap sahabatnya itu dengan tajam denhan bibir mengerucut. "Enak saja maaf. Pinjam HP!"

"Hah?"

"Mana HP mu, kau sering main game dengan Army dan berkomunikasi dengan mereka. Aku juga mau ikut." Kata Jimin.

Taehyung menghela napasnya, ia tak bisa melakukan apapun selain memberikan ponselnya pada Jimin. "Password-nya.."

"Aku tau." Sahut Jimin dengan kesal. Taehyung tak membalas, ia hanya membiarkan Jimin melakukan apapun dengan ponselnya.

Jimin membuka salah satu game online yang sering dimainkan Taehyung bersama dengan beberapa Army akhir-akhir ini. "Bagaimana caranya? Apa Army sudah ikut main?"

Taehyung mengecek sebentar layar ponselnya. "Hanya beberapa."

"Apa? Kenapa? Kenapa sedikit?" Protes Jimin, alisnya menukik kesal.

Taehyung tersenyum simpul. "Kau main tiba-tiba, mungkin beberapa dari mereka sedang sibuk atau tidur. Lagipula sekarang baru jam 6 pagi." Jelas Taehyung sambil memainkan helai rambut Jimin dengan jemarinya.

Jimin tak menyahut, mungkin juga tak mendengar. Ia sudah memulai permainannya dan mengubah posisinya jadi memunggungi Taehyung. Taehyung berdecak kesal.

Sebelah tangan Taehyung melingkari perut Jimin, ia sedikit menarik tubuh Jimin agar lebih dekat dengannya. Kemudian ia menyangga kepalanya dengan sebelah tangan yang lain sambil dagunya sesekali menggesek telinga Jimin. Dengan posisi begini ia bisa melihat bagaimana cinta -sahabatnya- bermain game.

Jimin terlihat begitu fokus, namun ia cukup payah dalam memainkan game Taehyung. Bahkan beberapa Army terlihat mulai curiga karena merasa skill Taehyung begitu buruk saat ini.

Beberapa kali Jimin terkena serangan, dan beberapa bidikannya pun meleset. Hal-hal semacam ini membuat Jimin memekik kesal dan sesekali mengatakan kata-kata yang tak bisa dipahami.

"Jangan! Jangan ditembak dia, kasihan." Gumam Jimin.

"Lari! Lari!"

"Curang! Aku ditembak."

"Tidak boleh."

"Senjataku jelek, pantas aku kalah."

"Army harus berjalan di depanku."

"Ya, begitu lindungi aku."

"Apa? Tidak! Aku tidak mau, aku jadi tanker saja."

Taehyung yang melihat sesekali tertawa terbahak melihat bagaimana cara Jimin bermain. Ia membiarkan Jimin memainkan game nya tak peduli jika ia kalah atau menang, bahkan jika ia kehilangan banyak sekali poin. Ia tak masalah.

Jimin juga membaca komentar Army dan sesekali membalasnya. Beberapa dari mereka terlihat penasaran dengan apa yang terjadi pada akun game Taehyung, dan mengapa Jimin bisa memainkannya.

Jimin menoleh ke belakang, dan mendapati wajah Taehyung begitu dekat denganya. Ia tersenyum kemudian mengetik beberapa pesan balasan untuk Army.

'Taehyung ada di belakangku, dia melihatku bermain bersama kalian. Hehe..'

"Dibelakang? Kenapa kau tidak mengatakan kalau aku sedang memperhatikanmu sambil memeluk- ugh!" Taehyung memekik ketika Jimin menyikut perutnya cukup kencang. "Tega sekali."

Sekiranya hampir tiga puluh menit Jimin bermain dengan Army. Sebenarnya masih ada 2 permainan terakhir yang harus dimainkan, namun Jimin merasa bahwa skill nya sangat kurang.

"Taehyung, sudah." Ujar Jimin sambil memberikan ponselnya pada Taehyung. "Aku mengantuk." Katanya.

Taehyung sangat mengerti bahkan hanya melihat kedua mata Jimin yang sayup-sayup. Ia menguap lebar kemudian mengubah posisinya agar bisa memeluk Taehyung dengan kepalanya yang bersandar pada dada bidang milik Taehyung. Tak butuh waktu lama, sesaat setelah Jimin meletakan kepalanya ia sudah tidur dengan pulas.

Taehyung terkekeh gemas. Sebelum mematikan lampu meja terlebih dahulu ia meninggalkan pesan untuk Army yang menunggunya bermain game.

'Ini Taehyung. Maaf, game hari ini sampai disini saja, ya. Aku ingin makan ramen.'

How to protect our Mochi?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang