Telu

10K 873 54
                                    

Hayo komentarnya!
Up tidaknya cerita ini tergantung
VOTE + KOMEN

*Biar suri tau kalo yang minat ada banyak :) percuma dong kalo gada yang minat tapi up*





#####







Jungkook tak dapat berhenti menggelengkan kepalanya karena tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Jimin di dalam kamar mandi hingga membuatnya betah disana. Untuk kesekian kalinya Jungkook melihat jam tangannya kemudian ia kembali mendapat telepon dari manajer Sejin.

"Dia masih belum keluar kamar mandi." Kata Jungkook ketus sesaat setelah dirinya menerima panggilan itu.

"Yatuhan! Yang lain sudah hampir selesai dandan, Lee Hyun juga sudah sampai, TXT sudah siap dari tadi." Ujar manajer Sejin dengan nada suara agak tinggi.

Jungkook hanya membuang napasnya saja, ia memejamkan kedua matanya sembari menggosok jemarinya pada pangkal hidung. Suara pintu yang terbuka bersamaan dengan dendangan lagu membuat Jungkook mengalihkan perhatiaanya pada si mungil yang baru keluar kamar mandi.

Tanpa rasa bersalah si mungil itu berjalan melewati Jungkook yang sudah menunggunya untuk duduk di depan meja dengan cermin yang besar. Setelah menyemprotkan parfume ke seluruh tubuhnya, ia hendak memulai menggunakan beberapa merk skincare pada wajahnya.

"Hyung, tidak ada waktu." Ujar Jungkook pada Jimin setelah ia memutuskan panggilan secara sepihak.

Jimin tak menanggapi, ia masih berdendang dengan lembut dan bercermin sambil tersenyum. Jungkook ingin sekali marah, ia benar-benar jengkel. Tapi ia harus menahan emosinya agar tak menimbulkan masalah yang lebih besar.

"Hyung, kita ada pemotretan edisi ulang tahun agensi. Yang lain sudah siap, TXT dan Lee Hyun sunbaenim sudah datang." Ujar Jungkook sekali lagi.

"Iya, aku tahu."

"Ayo, berangkat."

Jimin menoleh kearah Jungkook sambil menatapnya tajam. "Aku harus menggunakan ini semua Jungkook-ah, bersabarlah. Tidak lama,kok. Tunggu tiga puluh menit saja."

Kedua mata Jungkook melotot hingga nampak hampir lepas, ia menelan ludahnya sendiri dengan susah payah dan berusaha menahan emosinya. Tiga puluh menit katanya? "Hyung, kita benar-benar terlambat. Tidak usah pakai skincare dulu, bisa pakai nanti di studio atau di mobil."

Jimin menggeleng sambil menepuk-nepuk wajahnya. "Tidak. Harus sekarang, kalau di mobil aku nanti pusing. Kalau distudio terlalu lama, nanti wajahku sudah terkena sinar matahari dan debu."

Satu helaan napas kasar terdengar, Jimin hanya mengintip ekspresi wajah Jungkook melalui cermin. Ia sama sekali tak mempedulikan Jungkook saat ini.

"Hyung, kau lebih mementingkan skincare daripada pekerjaan?" Tanya Jungkook yang tak dapat lagi menahan emosinya. "Hobeom hyung sudah menunggu dimobil dari tadi, Sejin hyung sudah sampai disana."

Jimin kembali menoleh, dahinya saat ini mengekerut dengan alis menukik. "Terus?"

Mati-matian Jungkook menahan emosinya agar tidak berteriak. "Gara-gara hyung aku jadi telat."

"Kalau begitu pergi saja duluan! Aku akan pergi bersama jigaemae hyung nanti (julukan manager pribadi jimin)." Teriak Jimin dengan kesal.

"Setelah aku menunggu selama dua jam?" Teriak Jungkook tak kalah.

Jimin sedikit terjengat. "Kenapa juga menunggu? Dan kenapa berteriak!?"

"Karena Jimin hyung juga berteriak!"

"Aku tidak berteriak!"

"Itu berteriak!" Keduanya masih saling berteriak tanpa tahu sang manajer sudah berdiri di depan pintu.

"Bertengkar lagi, huh?" Jimin dan Jungkook sontak menoleh dan mendapati manager Hoboem berdiri sambil bersendikap. "Daripada bertengkar lebih baik segera ke mobil!"

"Tidak mau! Aku hanya mau pergi dengan jigaemae hyung." Kata Jimin lalu segera beranjak pergi meninggalkan Jungkook dan sang manajer yang masih berada dikamar.

Manajer Hoboem melihat kearah Jungkook untuk minta penjelasan. Namun ia melihat kedua tangan si maknae itu mengepal kuat dengan rahang yang kaku dan tatapan mata tajam kearah kepergian Jimin. "Jadi, kalian benar-benar bertengkar?" Tanya manajer.

Jungkook membuang napasnya sambil berteriak kesal. "Dia menjengkelkan, hyung. Aku membencinya!" Teriak Jungkook sambil menggeram kesal, tanpa tahu jika teriakannya masih terdengar oleh si mungil yang sedang memasang sepatunya di ruang tengah.

Pergerakan Jimin tiba-tiba melambat, ekspresi wajahnya pun berubah dengan kedua mata yang sayup dan mulai perih. Tubuhnya bergetar, tangannya yang memegang tali sepatu pun ikut bergetar. Pandangannya berubah menjadi buram karena air mata yang sudah mengumpul.

"Jimin, sudah siap? Tasmu sudah aku letakan dimobil. Dimana Jungkook?" Tanya manajer Jigaemae sambil menengok kesekitar Jimin saat tak melihat siapapun disana. "Dan Hoboem hyung?"

Jimin segera menali sepatunya dengan cepat, lalu dengan kasar ia mengusap matanya yang basah. "Kita berangkat sendiri!" Ujarnya ketus sambil berjalan cepat melewati sang manajer yang memiliki tubuh lebih pendek darinya.

Selama berjalan menuju mobil, Jimin terus menghapus air matanya yang terus keluar. Ia sama sekali tak ingin menangis hari ini, tapi entah mengapa air mata itu terus keluar tanpa henti. "Sialan! Kenapa terus keluar, sih? Hiks!"

How to protect our Mochi?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang