Sol

12.2K 890 53
                                    

Alunan musik dengan ketukan kuat membuat sebuah tubuh bergerak mengikuti irama. Dengan kaos polos berwarna dongker dan celana pendek di atas lutut, ia sudah menari mengikuti musik sejak tiga jam yang lalu. Tanpa istirahat atau jeda.

"Yak!" Pungkas seseorang sambil mematikan musik secara tiba-tiba.

Park Jimin, pria yang sedang menari itu menoleh hendak protes. Tapi napasnya yang tersengal-sengal membuatnya kesusahan untuk bicara.

"Aku mengajakmu kemari untuk menunjukan koreo baru, kenapa kau malah berlatih?" Tukas Hoseok sambil melempar sebotol air dingin pada Jimin.

Jimin duduk sambil meluruskan kakinya, setelah menegak habis semua minumannya iya lalu tidur telentang. "Aku kan ingin berlatih." Jawabnya dengan susah.

Langit-langit studio serta lampu yang menggantung membuat kedua matanya berair. Perih, tapi ia tak kuasa untuk menoleh ke arah lain. Dia terlalu lelah untuk menggerakan kepalanya. Tak lama sinar lampu yang mengganggu itu terhalang oleh sinar yang lebih membutakan.

Jung Hoseok, menampaka kepalanya untuk melihat kondisi Jimin dengan wajah yang sudah pucat itu. "Kupastikan kau pingsan jika kau menari selama lima menit lagi." Ujarnya yang mendapat lemparab botol kosong dari Jimin.

Lantas Hoseok berjalan kearah ujung ruangan untuk memainkan musik yang diciptakan ritmenya oleh Yoongi dengan lirik yang ditulis oleh Namjoon. Kemudian ia kembalu ke tengah ruangan, berdiri agak menjauh dari Jimin yang masih tiduran.

Setelah ketukan keempat, ia mulai menggerakan tubuhnya sambil melihat pantulan dirinya pada cermin dengan ekspresi wajah serius.

Jimin bangkit untuk duduk bersila, ia memperhatikan hyung-nya itu melalui cermin. Gerakan tubuhnya yang seirama dengan ketukan musik terlihat sangat keren. Jimin tak dapat berhenti mengagumi Hoseok dalam hati.

Hyung-nya itu sepertinya memang terlahir sebagai penari. Apapun genre musik yang dimainkan, tubuhnya akan segera beradaptasi. Bergerak senada dengan pada setiap ketukan.

Dan...

Oh!

Ekspresi wajahnya.

"Hoseok hyung selalu keren." Gumam Jimin lirih. Fokusnya tak dapat teralihkan dari pantulan cermin yang menampakan tubuh Hoseok tengah menari. Sambil bersangga dagu, ia tak dapat berhenti mengaggumi seorang Jung Hoseok.

Setelah musik berhenti Hoseok lantas menjatuhkan tubuhnya pada lantai, tidur telentang dengan napas memburu. Keringatnya sudah membuat tubuhnya basah hingga rambutnya basah seperti habis keramas.

Dia bukannya lelah, tidak. Harusnya ada kata lain selain 'lelah' untuk mendeskripsikan keadaannya saat ini. Ia tak pernah lelah, bahkan ketika napasnya hampir habis pun ia tak lelah. Mau bagaimana lagi? Dia sudah sangat jatuh cinta pada pekerjaannya.

"Hyung!" Jimin berteriak untuk mencuri perhatian Hoseok.

Hoseok menoleh kesamping dan mendapati Jimin berlari kencang kearahnya. Oh tidak! Tidak sekarang.

/Bruk!/

"Ouch!" Hoseok memekik sesaat setelah Jimin melompat keatas tubuhnya. Ugh! Rasanya sakit dan.. "kau berat, Jimin-ah."

Jimin tak menghiraukan, ia malah memeluk tubuh Hoseok sambil menenggelamkan wajahnya pada leher Hoseok yang basah karena keringat.

"Kau sangat keren hyung." Ujar Jimin dengan semangat.

Hoseok tersenyum walaupun ia hampir kehilangan napasnya. Sebelah tangannya ia gunakan untuk mengusap rambut Jimin yang juga basah sama sepertinya. Mengajak Jimin untuk menemaninya berlatih memang menyenangkan, walaupun ia tak pernah mendapat masukan apapun darinya. Ya, Jimin selalu mengatakan kalau ia keren kapanpun Hoseok menunjukan koreografinya untuk comeback selanjutnya.

Entahlah, Jimin sepertinya terlalu baik hingga ia tak tau cara mengkritik orang.

"Hyung, itu tadi sangat keren. Aku suka koreo-nya." Kata Jimin semangat. Saat ini ia bertumpu pada kedua tangannya untuk mengangkat bagian tubuh atasnya. Menatap Hoseok dengan sorot mata semangat, seperti anak kecil.

Hoseok hanya tersenyum, lalu ia diam memandang Jimin yang terus bicara ini itu tanpa henti. Memujanya seperti dirinya lah orang paling sempurna di dunia ini. Padahal diluar sana banyak orang yang bicara  melawan ucapan Jimin.

Disaat itu Hoseok selalu bertanya pada dirinya sendiri.

Apa yang dikatakan Jimin benar?

Apa dia keren?

Apa dia hebat?

Apa dia tampan?

Semuanya. Mendengar semua pujian Jimin membuat Hoseok sedikit melupakan beberapa cuitan yang membuatnya kehilangan kepercayaan diri. Disaat seperti itu, ia benar-benar membutuhkan Jimin hadir disampingnya.

Seperti saat ini. Ia mengajak pria mungil itu untuk menemaninya berlatih. Bukan untuk meminta pendapat, ia ingin mendengar semua pujian Jimin yang secara tak langsung mengembalikan kepercayaan diri dan semangatnya.

Entah kenapa bisa jadi seperti itu?

Sepertinya Jimin benar-benar seorang malaikat, atau peri, atau semacamnya. Entahlah.

"Hyung tau tidak? Jika nanti kita comeback dengan koreografi ini, pasti para Army semakin jatuh cinta padamu, hyung."

"Benarkah?"

Jimin mengangguk semangat. "Iya!"

"Kenapa?"

"Karena tadi ekspresi wajah hyung sangat seksi dan tampan, tarian hyung juga keren, semuanya yang ada padamu sangat keren. Woah~ aku ingin menjadi hobi hyung."

How to protect our Mochi?Where stories live. Discover now