Jimin Pusing

9.7K 751 43
                                    

Uap dari panci mengepul memenuhi area dapur dengan Jungkook yang menjadi pemegang dapur saat ini. Dengan menggunakan apron milik Seokjin dan kemeja kotak-kotak dengan lengan yang digulung sampai siku, Jungkook nampak serius ketika ia mengaduk isi pancinya dengan spatula kayu. Setelah dirasa matang ia menuangkan bubur panas itu kedalam mangkuk lalu menyiramnua dengan kuah kaldu yang dicampur dengan rumput laut kering. Ia menyeka keringatnya yang menetes melalui pelipis dengan sikunya kemudian menarik napasnya dengan panjang.

Dalam hati ia bangga dengan usahanya sendiri karena sudah berhasil membuat bubur pertamanya. Selama satu jam lamanya ia berusaha meniru resep yang ia cari melalui internet lalu membuat bubur yang sama dengan berhati-hati dan teliti. "Dari aromanya sepertinya enak." Ujarnya sambil memandangi hasil usahanya.

"Biarkan aku yang membawakan buburnya." Taehyung datang tiba-tiba sambil membawa nampan kayu hendak memindahkan buburnya kesana. Buru-buru Jungkook menahan kedua tangan Taehyung sambil menatapnya sinis.

"Tidak, aku saja." Kata Jungkook.

Taehyung mendengus. "Kau sudah masak, giliranku yang menyuapinya. Adil, kan?"

"Enak saja! Aku sudah cape masak malah hyung yang menyuapi. Aku saja!" Jungkook memindahkan mangkuk buburnya keatas nampan dan hendak mengangkat nampan itu.

"Karena kau lelah maka aku saja yang menyuapi." Kata Taehyung sambil menarik nampan yang dibawa Jungkook.

"Aku saja!"

Dua pria 'dewasa' itu saling berebut nampan berisi bubur yang masih panas dan segelas susu segar. Baik Taehyung maupun Jungkook tak ada yang ingin mengalah dan berusaha untuk menang agar bisa menjadi orang yang menyuapi Park Jimin yang sedang demam. Sampai seruan Yoongi membuat Jungkook merengut kesal dan Taehyung tersenyum lebar.

"Yak! Jeon Jungkook, kemari sebentar!" Teriak Yoongi sekali lagi saat dirasa tak ada sahutan apapun dari Jungkook.

Sambil menatap nyalang pada Taehyung, Jungkook dengan tak rela melepas kedua tangannya dari nampan yang sempat ia pertahankan tadi. "Iya! Iya! Aku kesana!"

Setelah kepergian Jungkook dengan tatapan matanya yang tajam, Taehyung berjalan riang kedalam kamar milik Jimin sambil membawa nampan. "Jimin-ah, apa kau tidur?" Bisik Taehyung lirih sambil menyembulkan kepalanya dibalik pintu.

Kamar Jimin nampak gelap, hanya ada penerangan dari matahari sore yang mengintip melalui jendela dengan kelambu yang dibuka. Sinar mataharinya pun harus melawan salju yang turun dengan lebat diluar sana.

Park Jimin tak bergeming dibalik selimutnya yang tebal. Sejak semalam ia merasa tak nyenyak dalam tidurnya, dan hal itu dirasakan oleh Taehyung yang berbagi kamar dengan Jimin selama syuting Bon Voyage di new zealand. Tempat syuting mereka kali ini memang memiliki suhu yang dingin serta bersalju, mereka beberapa kali juga mengambil video diluar ruangan dan bahkan tidur dibawah tenda. Termasuk Jimin yang harus bermalam ditenda bersama Yoongi kemarin, dan itu membuat Jimin menjadi demam saat ini.

Taehyung berjalan mendekat, ia menaruh nampannya di meja nakas dan tersenyum ketika mendapati Jimin tak tertidur. Jimin menatapnya dengan sayup tanpa tenaga, wajahnya nampak pucat menyedihkan. "Tidak bisa tidur?" Tanya Taehyung lembut.

Jimin hanya melengkungkan bibirnya kebawah, matanya terasa panas kareba suhu tubuhnya yang tinggi. "Tidak bisa napas." Ujarnya lirih.

Helaan napas terdengar dari bibir Taehyung, ia menempelkan punggung tangannya pada kening Jimin kemudian terjengat. "Yatuhan! Panas sekali." Pekik Taehyung dengan matanya yang melotot.

Jimin meringkuk dibalik selimut ketika merasakan suhu dingin yang berasal dari tangan Taehyung, rasanya dingin sekali seperti es batu. Jimin menggigil dan merasakan kepalanya nyeri.

"Makan dulu, ya. Ini ada bubur, setelah itu minum obat." Kata Taehyung lembut, ia membantu Jimin untuk duduk dan bersandar pada pinggiran kasur. Taehyung menyuapi Jimin satu sendok penuh bubur namun Jimin hanya memakan ujungnya saja. Raut wajahnya mengernyit seperti hendak muntah, dengan susah payah ia berusaha menelan buburnya itu.

"Tidak enak, ya?" Tanya Taehyung yang dibalas gelengan kepala oleh Jimin. "Jungkook memang tidak jago masak, aku tau itu." Gumamnya sendiri.

Tak lama terdengar suara pintu yang dibuka dan derap kaki berjalan mendekat. "Jimin-hyung masih sakit?" Tanya Jungkook khawatir dan segera mengecek suhu tubuh Jimin seperti yang dilakukan Taehyung. "Yatuhan!"

Jungkook memegang kepalanya sendiri dengab kedua tangan sambil menunjukan ekspresi wajah kebingungan dan khawatir. "Bagaimana ini? Panas sekali, aku harus apa?" Ujarnya bingung.

Tingkah Jungkook yang berlebihan itu membuat Jimin semakin merasakan pusing pada kepalanya. "Hyung, makan buburnya, ya. Aku yang masak, loh."

"Kata Jimin buburmu tidak enak." Sahut Taehyung sarkas.

Seketika ekspresi wajah Jungkook berubah menjadi sedih. "B-benarkah?" Jimin hendak menjelaskan namun ia tak kuasa membuka mulutnya yang terasa begitu pahit dan tak enak. Maka ia hanya menggelengkan kepalanya sambil mengernyitkan keningnya.

"P-pahit.."

Taehyung dan Jungkook menoleh kearah Jimin dan mendapati pria itu memejamkan matanya dengan perlahan. Jimin memang tak kuasa menahan rasa sakit pada kepalanya dan memilih untuk merehatkan matanya yang terasa perih. Namun tindakannya ini membuat dua pria 'dewasa' yang bodoh itu berpikir yang lain.

"H-hyung?"

"J-jimin!"

"Jangan pergi... ! Hiks..." Taehyung segera memeluk tubuh Jimin sambil tersedu dalam pelukannya, sementara Jungkook terjatuh dilantai dengan raut wajah menyedihkan yang sengaja di dramatisir.

"Jimin, kau harus bertahan. Hiks.. bangun!" Taehyung semakin meraung-raung sambil menggoyangkan tubuh Jimin. Ia sama sekali tak menyadari kening Jimin mengernyit karena berusaha menahan rasa sakit yang semakin bertambah karena Taehyung.

"YAK!" Suara bentakan yang menggema itu berhasil membuat Taehyung dan Jungkook mengalihkan perhatian mereka pada Seokjin yang sudah berpakaian rapi dan hangat.

Seokjin dengan raut wajahnya yang mengeras dan kening berkerut berjalan mendekati mereka. "Jangan ganggu Jimin, dia sedang sakit. Kalian berdua jauh-jauh dari Jimin!" Perintahnya dengan emosi.

Jungkook dan Taehyung diam untuk beberapa waktu sampai mereka menyadari maksud ucapan hyung tertuanya itu. "Kenapa kami harus menjauhi Jimin-hyung?"

"Jimin sedang terkena flu, kalian jangan dekat-dekat nanti tertular."

Taehyung segera berdiri tegak sambil membusungkan dadanya. Sorot matanya berubah menjadi lebih tegas menatap Seokjin. "Aku tak peduli. Walaupun aku akan mati sekalipun, aku tidak akan jauh-jauh dari Jimin." Ujarnya dan diikuti oleh Jungkook yang sama-sama berdiri tegap sambil mengangguk.

Seokjin menghela napasnya pasrah. "Kalau kalian bertiga sakit siapa yang repot?"

"Tidak perlu mengkhawatirkan kita, lagian hanya demam saja paling tidur saja sudah sembuh. Kita kan kuat." Ujar Taehyung dan sekali lagi Jungkook hanya mengangguk mengiyakan.

"Oh begitu! Awas saja kalau kalian sakit dan minta dibuatkan bubur atau dipijat kepalanya." Seokjin berbicara sambil menaikan nada suaranya, kali ini ia sudah berkacak pinggang karena terlalu emosi menghadapi dua pria 'dewasa' itu.

"Kenapa berteriak, sih? Kasihan Jimin sedang sakit." Namjoon ikut bergabung, ia hendak memanggil Seokjin karena terlalu lama membangunkan Jimin. "Sudah ditunggi Sejin hyung, cepat bawa Jimin ke rumah sakit." Kata Namjoon.

"Aku ikut!" Kata Taehyung dan Jungkook serempak.

"Jangan macam-macam! Kalian berdua tinggal disini!" Perintah Seokjin sambil melototi dua pria 'dewasa' itu.

How to protect our Mochi?Where stories live. Discover now