07. AURORABOREALIS • OMBAK HATI

38.7K 2K 75
                                    

|AURORA BOREALIS|Bagian 7|

••••

Pagi ini cowok berjaket jeans abu-abu tengah duduk diatas motornya yang terparkir didepan sebuah rumah sederhana bercat putih gading.

Dia Borealis Gareth Alison.

Setia menunggu sang pacar. Edeline Amalia. Memang itu kebiasaan Borealis sejak dua bulan yang lalu. Menjemput dan mengantar Edeline, perempuan berperawakan cukup ideal dengan rambut panjang menutupi punggungnya yang senantiasa tertata rapih.

"Maaf lama, tadi Kak Nesa minta dibuatin sarapan dulu," ucap Edeline, khas dengan suara lembutnya.

"Iya nggak apa."

"Kamu nggak marah kan?"

Borealis menggeleng.

"Del, apa nggak bisa Kak Nesa buat sarapan sendiri? Dia udah dewasa."

Edeline tersenyum.

"Dia kakak aku Rey, aku harus baik sama dia."

"Tapi kan kamu mau sekolah Del, harusnya dia yang buatin kamu sarapan, bukan gini."

Edeline menggeleng.

"Aku melakukan ini juga dengan senang hati Rey, jadi kamu nggak usah khawatir ya."

Borealis meraih tangan Edeline dan mengusapnya pelan, "ini yang buat aku sayang sama kamu, kamu terlalu baik."

Edeline tersenyum. Senyum yang selalu membuatnya terlihat baik-baik saja. Bahkan justru jika dibandingkan senyum asli dan palsunya. Borealis yakin jauh lebih banyak senyum palsu yang Edeline tampakan.

"Udah yuk berangkat, ntar telat lagi," ajak Edeline.

Edeline menaiki jog belakang motor Borealis. Tanpa disuruh tangannya melingkar dipinggang Borealis dan menempelkan pipinya dipunggung Borealis.

"Jangan pergi ya Rey, dengan keadaan kita yang berbeda, aku mohon jangan buat kamu menjauh dari aku," ucap Edeline lirih, namun bisa didengar oleh Borealis.

Gue nggak akan ninggalin lo Edeline, meskipun dunia menolak lo, gue akan selalu jadi orang pertama yang akan menerima lo setulus hati.

Borealis mengusap punggung tangan Edeline yang melingkar dipinggangnya.

🌈🌠

Perempuan bersurai panjang lurus dengan bandana pink menghiasinya sedang berdiri didepan pintu kelas IPA 2. Dia Alana. Alana Putri.

"Mana sih Aurora, udah jam segini belum berangkat," gumamnya.

Dia melihat ponselnya dan mencoba menghubungi Aurora, namun nihil. Masih tidak ada jawaban.

Ini sudah kali ke 17 dia menghubungi Aurora, tapi masih tetap saja tidak ada jawaban.

Dari kejauhan nampak 4 cowok berparas tinggi sedang berjalan dengan canda tawa di lorong menuju koridor kelas IPS. Siapa lagi jika bukan Kingston. Ya meskipun tanpa formasi lengkap.

Alana berlari menghampiri keempatnya. Tidak peduli bagaimana pandangan orang-orang disekitarnya.

"Alister," panggilnya.

"Ekhm," suara dehaman Ganendra dibuat-buat, "duh ada yang mau ngebucin nih George."

Ya.

Memang sudah banyak yang tau jika Alana menyimpan rasa pada Alister, bagaimana tidak sikap salah tingkahnya sangat terlihat ketika ada Alister membuat semua orang bisa menebak.

"Apa?" tanya Alister datar.

"Jangan cuek-cuek amat napa Al," sahut Ganendra.

"Um- itu–" seketika Alana menjadi gugup.

AURORA BOREALIS [ ✓ ]Where stories live. Discover now