-14- New Journey

27.5K 3.5K 27
                                    

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Rasanya cepat sekali aku besar, padahal kemarin baru saja Ayah sama Bunda ajak main ayunan ditaman belakang rumah.

"Assalamualaikum,"

Ah, Naila itu pasti dia. Iya kita satu Universitas tapi tetap beda fakultas. Kini aku sudah menemukan jati diriku, setelah sholat istikharah beberapa petunjuk dari Allah mengarah pada dokter gigi. Kita menuntut ilmu di Universitas ternama di Ibukota.

"Waalaikumussalam iya Nai, masuk aja dulu masih beresin buku!" seruku sedikit berteriak.

Diruang tamu Bunda dan Naila yang sedang berbincang. Sebuah senyum tercetak indah di bibirku membentuk bulan sabit dengan tangan yang masih memegang gagang pintu. 'Cantik' Naila sangat cantik. Baju gamis panjang menutupi tubuhnya dengan balutan hijab panjang berwarna coklat senada dengan bajunya menambah manis nya wanita ini.

"Hati-hati ya kalian, Kalau udah pulang langsung pulang jangan ngelayap yang nggak menghasilkan ilmu!" peringat Bunda.

"Iya Bunda," ucapku dan Naila serentak sembari mencium tangan wanita yang sudah mulai sedikit mengendur kulitnya.

Aku dan Naila naik taxi yang sudah kami pesan. Naila melihatku dengan tersenyum mebuatku heran. 'Aku salah pakai apa sih?' Batinku heran.

"Kamu pantes pakai gamis lo Syif, cantik! Apalagi hijabnya panjang gitu jadi makin seneng lihatnya!" puji Naila.

Aku tersenyum malu. "Hehe.. biasa aja, Nai."

Ini awal sekali aku memakai baju seperti ini biasanya hanya celana panjang kain yang tidak ketat dan sweater.

Sedih saja rasanya sudah tidak sekelas dengan Naila, memang satu Universitas namun kelas Naila sangat jauh dari kelasku. Bukan apa-apa aku takut saja tidak menemukan teman seperti Naila. Untuk saat ini dia salah satu penguat hijrahku.

Naila terkekeh membuatku menoleh kearahnya. "Nggak perlu sedih gitu Syif, masih satu Universitas!"

Ia selalu tau isi pikiranku, karena Naila pengamat yang baik. Ia sering merasakan apa yang dirasakan oranglain. "Siapa juga yang sedih? Percaya diri banget kamu Nai," seru ku sembari tertawa kecil.

"Yasudah aku duluan ya Syif, nanti kabar-kabaran ya? Assalamualaikum." aku dan Naila berpisah di gerbang Kampus. Kita berbeda gedung tetapi masih satu tempat.

Aku mengangguk menyetujuhi perkataan Naila. "Iya hati-hati Nai, waalaikumussalam!"

Naila berjalan ke arah kanan sedangkan aku hanya lurus saja sudah terlihat kelasku.

*****

"Boleh duduk disini kan? Soalnya hanya sini yang kosong!" seru wanita dengan wajah setengah tertutup kain hitam.

Aku mendongkak kaget ketika sedang asik menulis buku berwarna putih abu-abu yang menjadi temanku sejak 2 bulan yang lalu. "Eh iya boleh kok.." jawabku sembari tersenyum.

Senja Assyifa [COMPLETED]Where stories live. Discover now