-45- Tumbang

25.9K 2.6K 82
                                    

Cinta itu menjaga siapapun yang dicinta, segala perbuatan dan tindakan selalu diperuntukan untuk melindungi cintanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta itu menjaga siapapun yang dicinta, segala perbuatan dan tindakan selalu diperuntukan untuk melindungi cintanya.

—Muhammad Atala Ar-Rahman.

Tetapi, cinta itu tidak memaksa seseorang yang dicinta untuk menuruti kemauanya. Demi menyenangkan hati satu pihak saja, itu egois.

—Shofia Assyifa Zafran.

*****

Aku menyempatkan memberi kabar Abang bahwa aku bekerja. Sebenarnya aku sangat kesal dengan perkataan Abang tadi pagi tapi merasa juga bersalah seenaknya mematikan telepon sepihak.

Abang Atala❤

Assalamualaikum Abang. Syifa keklinik ya ini lagi diantar Ayah, Abang jangan khawatir ini Syifa nanti pulang jam 12 kok

Waalaikumussalam sayang. Jangan capek-capek.

Iya Abang juga! Cepet pulang!
kangen.

Besok pulang, Sabar.

Tidak terasa sudah sampai Klinik. aku pamit kepada Ayah dan berjalan dikoridor Klinik. Kepalaku masih saja pusing, padahal tadi pagi sudah meminum obat.

Mukaku juga terlihat pucat. Sebenarnya Bunda dan Ayah tidak memberi izin bekerja tapi aku membujuk dan akhirnya luluh.
Berjalan tertatih dengan berpegang tembok pusing sekali kepalaku.

"Assalamuaikum.." sapaku sembari mendaratkan tubuhku dikursi kerja. Disana ada David dan staff perempuan diruang kami serta beberapa perawat perempuan dan beberapa perawat magang. Tenang saja aku tidak pernah seruangan hanya berdua dengan lelaki yang bukan mahramku.

"Waalaikumussalam. Masih masuk aja lo, Syif, udah tau makin pucet."

Aku nenghela nafas. "Gapapa, Vid. Biasa aja kok. Astaghfirullah!" seruku saat hendak berdiri, kepalaku sungguh pusing.

Pasti penderita darah rendah selalu merasakan ini.

"Noh kan! Dibilangin ngeyel." David menghinaku tapi dengan pandangan menuju dokumen diatas mejanya.

"Kak Syifa, mau makan roti dulu? Pucet banget!" ucap perawat magang.

Aku menggeleng dan tersenyum. "Oh enggak dek, nggak biasa makan jam segini, ntar mual."

Aku berjalan menuju meja utama ruangan dengan memijat pelipis. Langkahku tertatih pusing seperti terbentur tembok. Semua tampak berbayang dan hingga teriakan sebagai penutup mata.

Senja Assyifa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang