-33- Jawaban dari penantian

27.8K 3.4K 185
                                    

Aku hanya berdoa kepada Rabb-ku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku hanya berdoa kepada Rabb-ku. "Ya Allah jika Engkau menghendaki Hamba menyempurnakan separuh agama dengan dia. Semoga ia mempu membimbingku menjadi perempuan shalihah untuk bersama-sama menuju Syurga-Mu.

Sesimpel itu aku memintamu kepada Rabb ku.

-Shofia Assyifa Zafran.

*****

"Bismillah atas izin Allah serta jawab dari sholat istikharah saya selama ini, mohon maaf—"

Mulutku seolah-olah terkunci rapat, mendadak semua hening, tangan dan badanku bergetar seakan-akan menolak untuk menjawab. "Tidak."

"Mohon maaf.. Saya ingin bertanya dahulu pada Atala," kepalaku semakin menunduk.

"Silahkan jika ingin bertanyaa, In Syaa Allah saya akan menjawab semua pertanyaan kamu." Suara berat dari sebrang tempat dudukku membuat jantungku semakin terpacu cepat.

"Jika nanti saya menerima lamaran anda dan melakukan pernikahan, apakah saya boleh bekerja?" tanyaku pelan namun masih bisa didengar.

"Kalau boleh tau kerja apa dan seperti apa?"

"Saya ingin bekerja sebagai dokter gigi yang sudah saya impikan sejak dahulu, dan saya ingin sekali membuka klinik kesehatan gigi, diperkampungan atau rumah sehat meskipun kecil tidak mengapa." jelasku.

Terdengar helaan nafas panjang dari Atala. Aku semakin takut, apakah mimpi yang aku rajut dan didepan mata ini tidak akan pernah tercapai?

"Apakah saya boleh bertanya sebelum menjawab pertanyaan kamu?" tanya Atala dan aku mengangguk. "Mengapa jadi dokter gigi di klinik yang kamu bangun? Mengapa tidak bekerja di Rumah sakit yang besar saja, secara kamu adalah lulusan terbaik Universitas ternama di Ibu kota."

Skak!

Aku seperti tertampar dengan omongan Atala. Aku pun tak tau dengan ekspresinya saat ini. Kepalaku berat sekali semakin lama semakin merunduk.

Bunda mengenggam tanganku lembut mengusap pelan. "Baik akan saya jawab pertanyaan Anda. Pertama, saya ingin menjadi dokter gigi agar bisa menolong dan memperhatikan kesehatan gigi masyarakat sekitar, karena kesehatan gigi jarang sekali untuk di perhatikan padahal sakit gigi juga sangat sakit dibanding sakit fisik.

Kedua, banyak sekali saya melihat diperkampungan contohnya, anak-anak disana, orang dewasa atau lansia. Yang memiliki kondisi gigi yang memprihatinkan mereka tidak mampu membawa dirinya pada Rumah sakit menjadikan kesehatan gigi sering disepelekan. Bahkan banyak sekali orang-orang disana yang rela mengobati giginya dengan obat beli diwarung yang sama sekali tidak meredakan sakit gigi, dan banyak sekali anak-anak yang rela menahan sakit gigi karena tidak punya uang. Maka dari itu, saya ingin membuka Rumah sehat yang digratiskan untuk mengobati pasien saya yang tidak mampu." jelasku perlahan namun tegas.

Senja Assyifa [COMPLETED]Where stories live. Discover now