sang pelukis

24 7 2
                                    

Mentari hari ini sungkan untuk menampakkan diri,
mungkin ia malu dengan sang pelukis
karena wajahnya tak secerah biasanya,
atau karena sorot matanya yang tak bersinar seperti hari kemarin.

Senyum itu terbit dari wajah sang seniman, topi baretnya ia lepas untuk sementara waktu.

“Mentari tetaplah Mentari yang aku kenal, dengan maupun tanpa sinar. Dengan maupun tanpa senyuman.”

Perlahan Mentari mengintip dari balik punggung Awan.

Kemudian ia tersenyum tipis,
ah, rupanya ia sungguh mengenal aku.

Kini kanvas yang putih, sudah dilukis wajah Mentari.
Kini serat kertas itu telah ditorehkan berbagai warna.

Selepas dari itu, sang pelukis bergegas berkemas. Kini Mentari hanya menatap punggung sang pelukis.

katanya, “kita pasti akan bertemu lagi, suatu saat nanti.”

Demikianlah kisah awal mereka.
Ini baru awal, masih panjang kisah mereka.


28/12/2019

[2] Asa dalam Rasa | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang