s e l e s a i

22 9 1
                                    

Di loteng yang lusuh,
berteman jaring putih tipis,
aku menjerit
   “sadar! Tolong sadar diri, Ra!”

Kayu atap mulai runtuh,
serbuk dan dedebuan mulai melingkupi tubuh,
tapi pikiranku rupanya lebih kuat menarikku dibanding realita.

Aku tidak gentar,
tidak jua beranjak.
Aku hanya d i a m.

Aku menatap celah atap yang rusak,
cahaya malam ini lembut.
Aku tak beralih ketika manikku menangkap sesuatu yang bersinar melesat jatuh di atas sana.

Aku memejamkan mata, kataku,
   “Aku mohon, pintaku hanya satu,
    anganku kulesatkan saat ini juga.”

Jendela ruang kubiarkan ternganga.
Angin sejuk melambai.
Aku ingin menangis,
   sangat ingin.
Tapi ku sudah tak bisa.
Aku tak ingin pisah lagi,
   sungguh tidak ingin.
Rasa ini takkan selesai meski kisah kita sudah usai.






28/1/2020

[2] Asa dalam Rasa | ✔Where stories live. Discover now