8. Ngobrol Bareng Reiskha

284 19 0
                                    

Disinilah Vano berada, di gudang sekolah yang tempatnya dekat dengan pohon besar yang menjulang tinggi, yaitu pohon beringin.

Banyak mitos yang beredar bahwa pohon beringin itu terkenal angker, menyeramkan, dan pernah ada murid yang meninggal akibat menggantung diri di pohon itu sampai tak lagi bernyawa.

Vano bergidik ngeri saat membayangkan jika arwah murid yang bunuh diri itu bergentayangan di sekitar sini, apalagi sekarang masih jam pelajaran, tidak ada murid yang lewat hanya sekedar untuk menyendiri atau mengambil sesuatu di gudang.

Napas Vano tersengal, ternyata membersihkan gudang yang sudah lama tak terawat membuat cowok itu kecapean lantaran membersihkannya sendiri.

Vano mengelap keringat yang bercucuran di pelipisnya dengan telapak tangan, ia mengembuskan napas berat.

"Huhh, satu jam beres-beres gudang, akhirnya selesai juga," gumam Vano merasa lega.

Saat cowok itu akan menyimpan sapu di pojok kanan tiba-tiba terdengar suara cekikikan, seperti suara ... kuntilanak?

"Hihihihi ...."

Mendadak suasana gudang mencekam. Membuat bulu kuduk Vano berdiri.

"Woy siapa lo?" tanya Vano mencoba untuk tidak merasa takut.

"Hihihihi ...."

Lagi, suara itu terdengar kembali, kali ini dengan volume yang besar dan nyaring.

Vano setengah yakin kalau suara itu bukan suara kuntilanak, itu seperti cekikikan seorang perempuan. Eh eh eh bukanya kuntilanak juga perempuan?

Vano berjalan untuk mencari dimana suara itu berasal, telinganya ia tajamkan untuk memperjelas pendengarannya.

"Hihihihi ...."

Cekikikan itu ... Ia mengenalinya, suaranya sangat familiar. Tapi siapa orang itu?

Vano berjalan mengendap-endap saat akan menuju pintu keluar gudang, lalu ia menyembunyikan tubuhnya di balik pintu yang setengah terbuka.

"Hihih-"

Cekikikan hantu itu terpotong lantaran Vano membuka pintu gudang lalu melihat siapa pelakunya yang sekarang menghentikan tawanya akibat terperangah aksinya tertangkap basah.

"Reiskha!"

******

Bel istirahat sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Murid-murid sudah memenuhi area kantin, sehingga kantin sekolah sumpeuk, padat oleh orang-orang yang sedang kelaparan.

Vano menunggu gadis di depannya yang masih lahap memakan siomay.

Decakan kasar keluar dari mulut cowok itu, sepertinya ia kesal karena melihat cara makan Reiskha yang sengaja di lambat kan.

Sadar akan perubahan raut wajah Vano, cewek itu terkekeh geli, ternyata Vano masih seperti dulu, gampang marah.

Gadis berambut pirang itu menegak segelas jus jeruk setelah selesai makan, ia berdeham untuk memulai percakapan.

"Jadi gini ...."

"Langsung aja ke intinya, gimana bisa lo ada di sekolah gue? Bukannya lo di Jakarta? Terus kenapa lo nakut-nakutin gue tadi di gudang? Lo tau kan, gue itu phobia hantu?" tanya Vano beruntun.

Reiskha berdecak. "Lo kalau gue lagi ngomong dengerin dulu! Jangan langsung motong aja!" balasnya keki.

Vano mengangguk, biar cepat. Ia sedang malas berdebat.

"Soal gue nakutin lo tadi, gue minta maaf, gue cuma iseng kok, beneran." kata Reiskha jujur.

Vano mendengus pelan. "Awas sampe di ulangi. Gue gak akan maafin lo," Ancamnya.

Vansa [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang