37. Di dekat gudang

246 14 0
                                    

Vano sangat tidak sabar menunggu jam pulang berbunyi. Ia ingin segera pulang, tetapi sebelum itu Vano ingin berbicara dengan Elsa. Soal Reiskha,  biarkan nanti setelah ia meminta penjelasan kepada Rini tentang tunangan yang di dengar tadi pagi saat di rumah Elsa.

Akhirnya, bel pulang baru saja berbunyi. Vano cepat-cepat memasukkan buku-bukunya setelah Pak Wanwan keluar dari kelas.

Dilihatnya Elsa yang seperti ingin segera pergi, membuat Vano harus bisa lebih dulu mendahuluinya.

Elsa keluar kelas dengan langkah di besar-besarkan.

"Mau ke mana lo? Ngikutin Elsa?" Arvan setelah keluar dari kelas dan melihat Vano. Suara Arvan membuat Vano berdecak keras. Selain bahunya yang ditahan dari belakang oleh cowok itu, Vano juga sedikit ketinggalan jauh jejak Elsa yang baru saja berbelok menuju lorong.

"Iya." Vano melangkah cepat, namun lagi-lagi suara Arvan menghentikannya.

"Dia itu calon pacar gue. Gue bakalan pake kesempatan ini. Elsa lagi sedih kan? Dia pasti kecewa banget sama lo dan juga Reiskha," ujar Arvan tersenyum miring melihat Vano yang tidak bergeming.

Ada untungnya ternyata tadi saat tak sengaja mendengar obrolan Elsa dan Lastri di kelas, pada saat jam istirahat. Mereka memang berbicara berdua karena semua murid ke kantin. Tapi Arvan, cowok itu menguping di luar kelas dengan telinga yang di tajamkan pada pintu yang terbuka.

Kenapa dia bisa tau sih?!

Vano sudah mengepalkan kedua tangannya, kemudian berbalik dan menatap Arvan tajam. Hal itu membuat siswa yang melewati koridor itu menatap heran.

"Awas ya lo!" Vano hanya memperingati karena tidak punya waktu banyak untuk melawan atau mendengarkan Arvan, lalu kembali berjalan untuk mencari Elsa dan berharap gadis itu masih ada di sekitar sekolah.

"Vano!" Reiskha berteriak memanggil Vano, namun cowok itu hanya meliriknya ke belakang dengan tatapan kecewa dan terdapat kebencian. Lantas pergi begitu saja.

Reiskha heran, kenapa Vano jadi seperti ini? Bukannya beberapa hari yang lalu Vano ke rumahnya? Sekarang mengapa menjadi dingin dan tak banyak bicara? Bahkan, saat jam kosong tadi, Vano tidak menghampirinya seperti biasa. Reiskha berulang kali mendekati Vano, tapi laki-laki itu malah mengabaikannya. Sebenarnya Vano kenapa?

Arvan yang melihat Reiskha di abaikan hanya melewatinya begitu saja. Lalu menggeleng kan kepala, merasa kasihan kepada gadis itu yang selalu di puja-puja oleh murid-murid cowok di sekolah ini. Reiskha memang cantik, tapi Elsa jauh lebih menarik. Setelah tahu mereka adik kakak, Arvan sedikit dibuat tak percaya karena wajah mereka yang tidak mirip sama sekali.

******

Reiskha menundukkan kepalanya, air matanya hendak menetes. Melihat sepasang sepatu di depannya, Reiskha mendongak.

"Hei, kenapa?" tanya cowok itu saat melihat perempuan yang ia sukai sejak awal masuk sekolah ini menangis.

Kenapa harus dia mulu sih yang dateng?!

"Bukan urusan lo!" jawab Reiskha lalu meninggalkan laki-laki itu yang sepertinya akan menertawakannya karena melihat seorang Reiskha yang jutek menintikkan air mata.

Gue pasti bisa dapetin hati lo.

******

Setelah mencari-cari Elsa, Vano akhirnya melihat gadis itu di taman belakang sekolah yang sepi, mungkin karena murid-murid yang lain sebagian sudah pulang.

Elsa bersembunyi di balik pohon dengan menyandarkan punggungnya di pohon itu. Memeluk lututnya, suara isak tangis itu pun terdengar saat Vano berada di depan cewek itu.

Vansa [Completed]Where stories live. Discover now