41. Perkelahian kecil

262 16 0
                                    

Elsa membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya lampu yang masuk. Keheningan seketika menyambutnya.

Elsa melihat-lihat ruangan ini, ini bukan di rumah sakit. Tapi mengapa terdapat botol infus yang menggantung di sisi ranjangnya? Ia kenapa?

Berusaha untuk duduk namun tidak bisa, kepalanya malah pening, perutnya terasa sakit, dan badannya sangat lemas.

Mengusap keningnya saat Elsa berusaha untuk mengingat apa yang terjadi, tetapi hasilnya nihil.

Sekali Elsa berusaha untuk mengingat, memutar memori otaknya saat Arvan datang ke rumah kontrakannya dan memaksa masuk ke dalam mobil dan membawanya ke club malam.

Ya, ia ingat. Malam itu Elsa meminum wine karena di paksa oleh Arvan yang kesadarannya berkurang. Lalu kepalanya pusing hingga pingsan.

"Elsa?"

Suara Arvan menghentak paksa ingatan Elsa untuk kembali kesadarannya.

"Hm." Elsa hanya bergumam pelan.

Arvan mengulas senyum tipis, merasa lega karena gadis yang tidur selama dua hari itu akhirnya terbangun. Mungkin obat yang diberikan lewat suntikan sudah berkerja dengan baik.

Arvan menyimpan plastik berlogo minimarket, lalu duduk di tepi ranjang.

"Mau makan?" tawar Arvan.

Elsa ingin menolak, tetapi perutnya berbunyi.

"Hm," gumamnya, mengiyakan.

Arvan meraih mangkuk yang berisi bubur hangat yang telah dibuatnya tadi sebelum pergi ke luar.

"Gue suapin ya," tanpa menunggu persetujuan Elsa, Arvan mengulurkan tangannya yang sudah memegang sendok lalu memasukan bubur itu ke dalam mulut Elsa setelah gadis itu membuka mulutnya.

Elsa melihat ada yang aneh dari sikap Arvan, saat di club wajah cowok itu terkesan cuek dan sombong, saat di sekolah terkesan sopan dan baik, saat berduaan dengan Elsa terlihat sangat perhatian dan penuh kasih sayang.

Setelah bubur di mangkuknya sudah habis, Arvan menyodorkan air putih, lalu menyiapkan obat untuk Elsa.

Sesudah meminum obat, Elsa duduk di atas kasur yang di bantu oleh Arvan.

"Makasih Ar," ucap Elsa, "makasih untuk semuanya," lanjutnya.

Arvan hanya tersenyum, senyuman yang baru saja Elsa lihat dengan tulus dan manis.

"Maaf."

"Untuk?" tanya Elsa bingung.

"Maaf karena telah membuat lo sakit."

"Gue emang udah sakit dari kemarin-kemarin, cuma gak di rasa aja."

"Kenapa gak bilang? Kalo gue tau lo sakit mungkin gue gak akan maksa lo untuk pergi ke club," ujar Arvan, kembali merasa bersalah.

"Udah jangan dibahas ya, ini bukan salah lo kok," Elsa mengelus punggung tangan Arvan, ini jelas bukan salah cowok di sampingnya, karena Elsa tahu waktu malam itu Arvan sedang mabuk, juga karena itu Arvan memaksanya untuk minum wine meski hanya setetes saja.

Arvan menggenggam tangan Elsa, "Lo benci ya sama gue? Sekarang lo udah tau siapa gue."

"Gue gak benci sama lo, gue hanya kecewa. Kenapa memilih minum-minuman yang seperti itu di saat ada masalah?" tanya Elsa, berusaha untuk mengetahui lebih jauh tentang Arvan.

"Gue memang seperti itu kalo udah liat mama dan papa bertengkar, mereka..." Arvan menceritakan semuanya kepada Elsa tentang keluarganya, tentang mamanya yang suka berganti-ganti pria, dan ayahnya yang jarang pulang, itu sangat membuatnya sakit, hancur. Percuma mereka memberi Arvan uang banyak tanpa memberinya kasih sayang.

Vansa [Completed]Where stories live. Discover now