11. Dianter Pulang

234 14 0
                                    

Elsa masih mematung, ia belum naik ke atas jok motor matic milik Vano.

"Ck! Lo mau pulang gak?" tanya Vano mulai kesal ia sedari tadi sudah menghidupkan mesin motornya tetapi cewek itu malah tidak menaiki motornya.

"Iya gue mau pulang, tapi gue mau nanya-nanya dulu sama lo boleh gak?" tanya Elsa.

Vano kembali berdecak, "Nanya apa lagi?" Ia berusaha untuk sabar lalu mematikan dahulu mesin motornya.

Elsa menggigit bibir bawahnya, ia ragu tapi ingin tahu tentang Vano.

"Lo sejak kapan jadi tukang ojek online?" tanya Elsa lagi.

Vano menaikan sebelah alisnya. "Dari dulu," jawab Vano simple.

Toh memang benar Vano dari dulu ngojek, cuma baru sekarang menceritakannya kepada Elsa.

Sebenarnya Vano ingin terbuka semuanya kepada Elsa, tapi ia takut. Takut Elsa meninggalkannya karena mengetahui pekerjaan Vano. Ia takut Elsa yang berasal dari keluarga serba ada malu mempunyai pacar seperti dirinya meski Vano tahu Elsa mencintainya dengan tulus.

"Dari dulu?" Elsa mengulangi jawaban Vano dan cowok itu mengangguk.

"Saat lo dan gue pacaran lo masih ngojek?" tanya Elsa kepo.

"Iya."

"Kenapa lo gak bilang?"

"Gue takut."

"Takut kenapa?"

"Takut lo malu punya pacar kaya gue."

"Lo kan tau gue gak pernah mandang apa pun."

"Seandainya lo dulu tau gue yakin lo tetep malu, lo kan kaya masa punya pacar tukang ojek gak sebanding lah."

"Yang kaya kedua orang tua gue, bukan gue," ralat Elsa, ia membenarkan perkataan Vano.

Vano hendak menjawab namun ia urungkan karena Elsa sudah lebih dulu bicara.

"Lo kenapa sih? Dari dulu selalu ngerendahin diri lo sendiri, lo selalu negatif thinking sama orang yang jelas-jelas mencintai lo dengan tulus. Lo ragu kalo gue beneran cinta sama lo?" ucap Elsa, ia kesal saat mendengar perkataan Vano, seolah-olah Elsa cewek matre dan meragukan cintanya padahal kenyataannya tidak seperti itu.

Vano yang menyadari mata Elsa mulai berkaca-kaca bingung harus bagaimana, sepertinya Elsa tersakiti olehnya.

"Maaf Sa, gue gak bermaksud seperti itu. Tapi itu kebenarannya kalo lo dan gue memang gak setara, yang kaya memang kedua orang tua lo, tapi lo anak dari orang kaya. Lo gak panas apa telinga lo setiap gue sama lo bareng masuk kelas? Lo gak sakit hati saat teman sekelas membicarakan tentang hubungan kita? Mereka selalu bilang 'Elsa kok mau sih pacaran sama Vano' " Vano berkata panjang lebar yang membuat Elsa bungkam.

Memang semua itu fakta, Selama berhubungan dengan Vano teman-teman Elsa selalu membicarakannya. Terlebih lagi Elsa orangnya baperan, tidak bisa bersikap bodoamat saat orang lain blak-blakan membicarakan dirinya. Ia akan sakit hati lalu diam tidak bisa membalas ucapan mereka.

Air matanya mengalir membentuk sungai kecil di kedua pipi Elsa, padahal beberapa menit yang lalu ia sudah baikan dan tidak menangis lagi, tapi sekarang ia kembali menjatuhkan air matanya.

"Tapi Van ... waktu temen-temen gue bilang kek gitu gue ... Gue berusaha untuk tidak peduli, gue nerima lo apa adanya tanpa mendengarkan mereka yang menjelekkan-jelekan lo." Elsa berusaha menahan tangisnya agar tidak terisak meski tetap saja suaranya terdengar serak.

Vano paham, tapi sekarang seiring berjalannya waktu rasa itu lambat laun mulai menghilang. Rasa sayang memang masih ada, tapi rasa cinta Vano untuk Elsa sudah tidak sebesar dulu, Vano berusaha untuk menghilangkan rasa itu karena ia sadar diri bahwa dirinya tidak pantas untuk Elsa.

Vansa [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang