24. Telepon dari Mantan

174 11 0
                                    

Selepas pulang makan malam bersama Arvan, Elsa merebahkan tubuhnya di kasur.

Matanya menatap langit-langit kamarnya, kemudian hembuskan napas gusar terdengar.

Lagi-lagi cewek itu masih merasa tidak enak hati karena menolak permintaan Arvan.

Bagaimana tidak menolak? Elsa tidak mencintainya, ia hanya merasa senang saja mempunyai teman dekat cowok, itu saja. Lalu mengapa hatinya sakit saat melihat tatapan mata Arvan yang menatapnya dengan kekecewaan?

Ting!

Suara notifikasi di ponselnya mengalihkan lamunan Elsa. Setelah diraihnya benda pipih itu, lalu membaca pesan yang baru saja muncul seketika membuat Elsa mematung.

Arvan Panjiwijaya

Sa, gue tau gue bukan Vano yang hadirnya selalu lo harapkan.
Gue tau gue bukan Vano yang bisa membuat lo nyaman.
Gue tau gue bukan Vano yang bisa membuat lo bahagia.
Gue, Arvan. Hanya seorang laki-laki biasa yang mencintai gadis yang sungguh luar biasa, luar biasa karena telah mematahkan harapan di hari istimewa gue.
Gue gak marah, gue hanya kecewa itu saja.
Lo bilang, lo akan berusaha untuk ngabulin permintaan gue, tapi ternyata lo gak bisa.
Gue tau, lo masih mengharapkan Arvan.
Gue tau lo masih sayang sama dia.
Tapi tidak bisakah lo menghargai perjuangan gue? Tidak bisakah lo membuka hati lo untuk laki-laki lain?
Gue sanggup kalo gue memiliki lo meski tidak dengan hati lo. Lambat laun perasaan lo ke Vano bakalan pudar setelah lo mulai ada rasa dengan cowok lain. Percayalah.
Coba pikirkan sekali lagi permintaan gue tadi.
Gue sayang lo, Sa. Sungguh.

Mata Elsa berkaca-kaca, sebegitu jahatnya kah dirinya? Sebegitu kecewanya Arvan kepadanya?

Kalau ia tahu permintaan Arvan itu sulit untuk dipenuhi, mungkin Elsa tidak akan mengatakan ia akan berusaha untuk mengabulkan permintaan cowok itu.

Lalu sekarang bagaimana? Semuanya sudah terjadi.

Elsa membaca pesan Arvan sekali lagi. Yang dapat Elsa baca selain rasa kecewa cowok itu kepadanya. Ia bertanya, kenapa Arvan membawa-bawa Vano?

Elsa akui, ia masih mencintai Vano. Tetapi mengapa Arvan mengetahuinya? Dan mengapa Arvan membandingkan dirinya dengan Vano?

Apakah Arvan berusaha untuk menyingkirkan Vano dalam hatinya? Bukannya cinta itu tidak bisa di paksakan?

Elsa mengetikkan pesan balasan untuk Arvan.

Elsaputri Aurellia Syafitri

Gue minta maaf karena gue gak bisa menuhin permintaan lo.
Gue minta maaf karena gue mengecewakan lo.
Gue minta maaf karena membuat hari istimewa lo menjadi seperti ini hanya karena gue yang nolak lo.
Lo baik Ar, gue seneng bisa kenal sama lo.
gue seneng saat berada di samping lo.
Gue bahagia saat kita bisa bercanda bersama, meski kadang suka bertengkar.
Gue gak tau kenapa kita bisa sedekat ini, padahal dulu kita hanya tau sebatas nama saja.
Mungkin karena sekarang kita terbiasa bersama, jadi rasa itu tumbuh.
Oh ya, gue mau bilang, jangan banding-bandingkan lo dengan Vano.
Karena, kalian berdua itu berbeda. Kalian mempunyai arti yang berbeda dihati gue.
Dan soal perasaan gue sekali lagi gue minta maaf.
Gue gak bisa balas cinta lo.
Lo tau kan cinta itu tidak bisa dipaksakan?
Jika pun bisa, mungkin salah satu diantaranya tidak akan merasa bahagia.

******

06.15

Elsa mengucek matanya untuk memperjelas bahwa penglihatannya itu salah.

Sekali lagi dilihatnya jam dinding yang menempel di tembok kamarnya.

Seketika mata gadis itu melotot sempurna.

Vansa [Completed]Where stories live. Discover now