38. Menyedihkan

246 14 0
                                    

Tamparan Elsa tadi masih terasa berdenyut di pipi kiri Vano, apalagi pipi itu bekas tonjokan Arvan dua minggu yang lalu saat Elsa tidak masuk kelas.

Vano memegang pipi kirinya, lalu meringis pelan. Lumayan sakit ternyata. Vano kira Elsa tidak akan menamparnya hanya karena ia cium. Padahal, itu baru pertama kalinya Vano mencium Elsa.

Tunggu, baru pertama kalinya?

Berarti first kiss Elsa di ambil oleh Vano? Begitu?

Mungkin ini penyebab gadis itu menamparnya.

Sudahlah, sepertinya sia-sia jika berusaha untuk membuat Elsa mempercayainya lagi. Sekarang, Vano menunggu tante Rini dan om Robi pulang. Ia akan membicarakan ini setelah mereka sudah di rumah.

Tak lama mereka datang, tante Rini entah pulang dari mana, namun om Robi, Vano tahu jika pria itu baru selesai bekerja dari tempat bengkelnya. Namun ada yang aneh dari wajah Robi, seperti terlihat sedih, kenapa?

Setengah jam Vano memberi waktu kepada om dan tantenya untuk beristirahat, setelah itu Vano berbicara langsung dengan Rini yang di dengar baik oleh tantenya juga Robi yang menunjukkan paras bingung karena baru tahu akan hal ini.

Sesudah Vano menceritakan tentang pertunangan dan meminta penjelasan dari Rini, tantenya itu malah berdecak malas.

"Kenapa Tante gak kasih tau Vano soal ini? Kenapa langsung setuju-setuju aja? Tante gak mikirin gimana perasaan Vano?" Vano mulai memborong pertanyaan untuk Rini, baru kali ini ia berani bertanya dengan nada yang sedikit tidak suka.

Rini memutar bola mata jengah, "Kalo Tante kasih tau kamu, kamu gak akan nerima, Tante yakin itu," ucapnya percaya, "Alasan Tante menerima perjanjian dan kesepakatan itu karena nilai nominal uang yang diberi Ratna sangat menggiurkan," Rini tersenyum mengingat uang itu ia belikan untuk kebutuhannya, "Bukannya Tante gak mikirin perasaan kamu, tapi dari yang Tante dengar kalo kamu deketin Reiskha dan bersikap seolah-olah menyukai dia, yaudah Tante setuju aja kalo gitu, mungkin kalian saling suka," lanjutnya menyimpulkan dan terdengar santai.

"Berapa nominal uang yang tante Ratna beri?" tanya Vano mendadak dingin.

"Lima puluh juta, kenapa?" tanya Rini.

"Balikin lagi ke dia, Vano gak suka Reiskha dan gak akan bertunangan sama dia karena Vano gak cinta!" Vano menyahut sedikit emosi, tantenya itu selalu mengambil keputusan tanpa ijinnya. Apalagi ini menyangkut pasangan hidupnya, malah seenaknya menyetujuinya.

"Gak bisa lah!" Rini menolak cepat, "uang itu udah Tante pake shopping."

Vano menarik napas kasar, "Terus sekarang gimana? Vano gak mau tunangan sama Reiskha."

"Kamu harus mau dong. Uangnya udah diterima," balas Rini cuek.

"Itu Tante yang nerima bukan Vano."

"Tapi itu juga uang Tante pake buat kebutuhan sehari-hari, kita lagi gak punya uang."

"Vano kerja dan cari uang buat Tante."

"Tapi itu gak cukup."

Vano berdecak jengkel, selalu aja kurang.

Robi berdeham, mengambil alih pokus pembicaraan  Vano dan Rini, "Biar Om yang ganti uang itu agar kamu gak jadi tunangan sama perempuan yang gak kamu cinta."

"Biar Vano aja yang ganti Om."

"Sok sok an mau ganti, kayak mampu aja," ujar Rini, meremehkan, "Kamu kan Mas di pecat dari kerjaanmu karena bos kamu bangkrut," Rini mengingatkan yang langsung mendapat tatapan tak suka dari suaminya.

Vansa [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang