#3 - Liburan

108 43 7
                                    

Surya mulai menunduk ke barat, mulai tenggelam diantara gunung dan lautan. Memancarkan sinar khasnya yang indah. Digantikan dengan bulan yang mulai meninggi di langit yang mulai gelap.

Sudah 2 jam lebih Arthur dan Remi saling bertukar cerita dan pikiran. Dari hal-hal yang tidak penting sama sekali, hingga hal-hal yang memerlukan pemikiran dan penalaran yang 'berat' untuk ukuran anak SMA kelas 10. Suasana pun sempat menjadi hening karena tidak ada topik apapun yang akan dibahas.

"Bre, gue mau nanya." Tanya Arthur memecah keheningan.

"Nanya apaan?"

"Andaikan gue bisa muter waktu buat ngebalikin semuanya, apakah gue bisa ngelakuinnya?"

"Hmm. Buat bagian "muter waktu" itu emang udah pasti mustahil. Tapi untuk bagian apakah lu bisa membalikkan semuanya, yaa selama emang lu niat yaa, mungkin bisa." balas Remi dengan nada bicara agak bingung untuk menjawab pertanyaan Arthur.

"Udeh ah, lu liat noh udah jam berapa. Tidur orang mah." suruh Remi sambil menunjuk jam yang sudah menunjukkan pukul 1 malam.

"Hmm iye dah." balas Arthur yang sebenerarnya sudah mengantuk. Merekapun beranjak ke tempat tidur dan pergi berwisata ke alam mimpi.

3 minggu kemudian...

Bel berbunyi tanda ulangan akhir semester sudah berakhir. Seluruh siswa berhamburan keluar kelas dengan wajah girang dan berseri-seri. Dalam pikiran mereka hanyalah liburan dan liburan, bak seorang penjahat yang bebas dari penjara. Agnes Geraldine, salah satu teman sekelas Arthur sedang berkumpul dengan geng nya. Ya, mereka termasuk ke jajaran anak populer disekolah. Walau masih kelas 10, nama mereka langsung menjadi trending topic pembicaraan kakak kelas karena gaya mereka yang sangat mencolok.

Di rumah, Arthur sedang mengepak barang-barangnya. Tak lupa ia membawa kamera polaroid kesayangannya beserta buku album foto khusus foto-foto polaroidnya yang sangat banyak. Foto-foto di dalam buku album foto buatannya itu berisi berbagai foto dengan orang-orang yang baginya sangat berharga, dan tentunya dengan momen yang sangat berharga pula. Tergambar dari foto-fotonya itu, ia terlihat seperti manusia paling bahagia di dunia. Sebab baginya, menikmati momen indah bersama orang-orang yang sangat berharga baginya menjadikan momen-momen itu takkan pernah tergantikan baginya.

***

Di lain tempat, Josia sedang asyik dengan ponselnya. Bermain game online favoritnya bersama teman-teman sekolahnya. Bisa dibilang, beberapa sifat Josia ialah kebalikan dari sifat Arthur. Jika Arthur tidak begitu suka dengan game online, maka Josia ialah penggemar berat game online. Begitupun sebaliknya, Arthur sangat menyukai gitar, ia hampir setiap hari memainkan beberapa lagu-lagu dengan gitarnya. Terkadang pula ia memainkan lagu-lagu tersebut bersama teman-temannya. Namun Josia justru tidak begitu tertarik dengan dunia musik dan alat-alat musik seperti kakaknya.

Selesai bermain dengan game online kesukaannya, ia kemudian mengirim pesan chat kepada kakaknya.

Josia: "P"

Josia: "Kak"

Arthur: "Gue punya nama ya."

Josia: "Suka-suka."

Arthur: "Anak bangsat. Kenapa?"

Josia: "Wkwkwk. Kakak kan besok mau kesini, jadi yaa bolehlah gitu beliin kue buat ngemil atau apa gitu. Hehe"

Arthur: "Et makanan mulu lu. Emang dirumah gaada apa?"

Josia: "Abis. Hehe"

Arthur: "Heran gue ama lu. Makan 3x sehari, nambah sekali, sorenya ngemil, tapi badan tetep segitu-segitu aja."

Josia: "Ya mana gue tau. Kali aja metabolisme gue tinggi. Wajar juga lah, namanya juga masih masa pertumbuhan."

Arthur: "Bocah sotoy lagi khotbah."

Arthur: "Iye, nanti gue beliin kalo ada tokonya."

Josia: "WIH MAKASIH BANGET KAK."

Arthur: "Yah kumat lagi nih bocah. Dah ah, gue mau lanjut packing lagi."

Josia: "Iya kak"

Malam itu, Josia sangat senang bercampur semangat karena bukan hanya kakaknya yang akan datang, tapi juga Remi, teman baik kakaknya yang sudah terasa seperti kakaknya sendiri. Ia begitu menantikan, apa saja yang akan ia lakukan bersama 'kedua' kakaknya itu.

"wah gila sih...." ucap Josia dalam hatinya. Josia terbang bersama segala angan-angan dan imajinasinya saking senangnya ia. Bahkan ia hampir tak bisa tidur karena begitu bersemangat. Dan, setelah ia bermain dengan imajinasinya, ia pun terlelap dan mulai menjelajahi dunia mimpinya.

Sama halnya dengan Josia, Mama Tasia pun sangat bersemangat karena buah hatinya akan berkunjung ke rumahnya. Walau mungkin tanpa kehadiran sosok suaminya, ia tetap merasa keluarganya lengkap. Apalagi ditambah dengan kedatangan Remi, sahabat dari putra pertamanya yang sudah sedari kecil menemaninya hingga sekarang yang membuat ia merasa keluarganya sudahlah lengkap. Ia mempersiapkan segala hal untuk kedatangan Arthur esok hari. Mulai dari menyapu rumah, mengepel, mencuci piring, menata rumah, bahkan menata dan merapikan kamar kosong yang nantinya akan menjadi kamar tidur anaknya bersama sahabatnya selama mereka menginap disana. Tak lupa pula dengan baju dan kacamata untuk putranya yang ia belikan waktu itu di mall. Sambil sesekali melihat fotonya bersama putra pertama kebanggaannya yang terpajang rapi di meja dengan bingkai foto yang cantik, membuatnya makin senang sekaligus bersemangat.

"Hmm. Besok selain masak nasi kuning, masak apa lagi yaa?" Mama Tasia tenggelam dalam pikirannya sendiri untuk memasak apalagi selain nasi kuning kesukaan anaknya itu. Arthur memang sangat menyukai nasi kuning. Makanan tersebut menjadi favoritnya sedari kecil. Maka dari itu Mama Tasia memasak itu khusus untuk putranya besok. Ia hanya sedikit bingung, masakan apa lagi yang bisa ia masak untuk Arthur dan Remi besok. Setelah lama berpikir dan belum menemukan jawaban, Mama Tasia memutuskan untuk ke kamar dan lekas tidur. Sebab waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ia juga sudah lelah karena membereskan rumah dan menyiapkan segala sesuatu untuk keesokan harinya.

Spring Day [COMPLETED]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant