#27 - Memories

28 11 3
                                    

"Eh, bosen nih. Gabut yok. Jalan-jalan dalem mall ini."

"Ya udah ayo."

Mereka asyik berkeliling ria di dalam mall. Tak lama, ketika mereka sedang berada disekitar area toko fashion mahal, Arthur melihat Elizabeth. Ia sedang bersama dengan Tante Ratna dan juga seorang laki-laki berumur 40an. Arthur segera menghampiri dan menyapa Elizabeth. Namun Elizabeth justru tidak peduli dengan sapaan kakaknya itu.

"Oh, halo nak Arthur. Wah kebetulan ya kita ketemu. Ini kita lagi jalan-jalan aja." ucap Tante Ratna ketika melihat Arthur.

"Wihh, ini lo beli dimana? Bagus-bagus banget." ucap Arthur kepada adiknya ketika melihat tas belanjaan berisikan barang-barang mahal yang dibawa Elizabeth.

"Itu tante yang beliin nak buat Elizabeth." ujar Tante Ratna. Arthur mejadi merasa tidak enak karena Tante Ratna mau membelikan segala barang mahal itu untuk Elizabeth.

"Duh, ini kan mahal banget tante. Ga usah repot-repot tante." ujar Arthur.

"Gapapa nak. Tante juga seneng kok beliin ini semua buat Elizabeth." ucap Tante Ratna dengan senyumannya. Arthur sangat berterima kasih atas perlakuan baik Tante Ratna untuk adiknya. Setelah dipikir-pikir, Tante Ratna memanglah orang yang baik.

Namun, ketika Arthur mencoba mengajak ngobrol Elizabeth, ia justru terlihat sangat cuek. Menjawab pun hanya sekedarnya saja. Arthur jadi makin heran dengan sikap adiknya belakangan ini.

"Ya udah. Kita mau lanjut lagi yaa." ucap Om Adi. Suami dari Tante Ratna yang juga ikut menemani. Arthur pun hanya dapat mengiyakannya. Merekapun berjalan meninggalkan Arthur dan Remi yang hanya dapat memandang mereka berjalan menjauh.

***

Deruman motor Arthur menggema di jalanan yang agak sepi. Siang ini, ia pergi ke rumah ayahnya untuk bersih-bersih seperti biasa. Ia memarkirkan motornya di halaman rumah dan kemudian turun dari motornya dan menuju pintu rumah. Ia segera membukanya dengan kunci yang ia punya. Setelah masuk, seperti biasa ia menyalakan semua lampu di dalam rumah. Termasuk menyalakan TV. Disana ia mulai bersih-bersih seperti biasa. Menyapu, mengepel, mengelap perabotan rumah, dan sebagainya.

Ketika membersihkan bekas kamarnya pun, ia masih ingat soal bunga matahari tiruan itu yang ia letakkan di dalam laci. Ia tidak mau dulu melihat benda yang membuatnya merasa aneh tersebut.

Setelah selesai membersihkan rumah yang lumayan besar itu, Arthur sempat menelepon Rachel sebentar untuk mengobrol. Karena merasa lelah dan mengantuk, jadilah ia tertidur di sofa ruang tamu.

Selama ia tertidur, ia bermimpi melihat seseorang. Seorang anak remaja laki-laki yang masih menggunakan seragam SMA. Yang anehnya, ia tak mengenali orang tersebut, namun orang tersebut kenal dengannya. Tak lama, muncul satu orang lagi. Seorang remaja perempuan. Dikepalanya terikat perban rumah sakit, dan juga menggunakan jepitan rambut bermotif bunga matahari.

Mereka tersenyum pada Arthur. Mereka meminta Arthur untuk ke gudng rumah ayahnya dan mencari sesuatu disana. Tak lama, Arthur pun terbangun. Ia heran dengan mimpi itu. "Apa maksudnya?".


Arthur sangat kebingungan. Ia terduduk di sofa dan larut dalam pikirnnya yang masih kebingungan dan heran.

"Mereka siapa sih? Apa maksudnya gue kudu inget kembali semuanya? Emang ada apa?" gumam Arthur perlahan.

Arthur masih terlarut dalam pikirannya. Memikirkan arti dari mimpinya tadi. Juga perintah orang dalam mimpinya untuk mencari suatu barang di gudang rumah ayahnya. Iapun memutuskan untuk mencoba mencari di gudang. Walau ia tidak tahu apa yang harus dicari.

Spring Day [COMPLETED]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ