#8 - Berpamitan

60 26 2
                                    

Surya mulai menampakkan wajahnya ditengah-tengah langit yang dingin, dengan sebagian bumi masih terlelap. Ayah Arthur yang sedang bersiap-siap ke kantor sedang menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Mulai dari menyiapkan sarapan seorang diri, menyetrika baju yang akan dipakai, dan lain sebagainya. Ia tak lupa menelepon anaknya terlebih dahulu sebelum berangkat kerja. Hanya untuk menanyakan kabar dan apa yang akan Arthur lakukan di hari itu.

***

Di bagian barat pulau Jawa, di kota Bandung, terlihat kepadatan dan hiruk pikuk perkotaan. Kendaraan berbaris dijalan, barisan kemacetan memanjang di sepanjang jalan. Mobil Mama Tasia pun ikut dalam barisan kemacetan tersebut. Mereka berencana untuk seharian jalan-jalan keluar rumah. Sekarang ini mereka sedang menuju sebuah tempat wisata air yang terkenal di Bandung. Dan tentu, Arthur, Remi, Josia, dan Lisa sangat bersemangat dan antusias dalam jalan-jalan kali ini.

Seperti biasa, Remi dan Arthur asyik ber snapgram ria. Memposting kegiatan mereka selama berada di Bandung. Selama di mobil pun, suasana terasa riuh dan hangat dengan candaan. Selama menunggu di perjalanan pun, 4 orang anak-anak ini asyik ber carpool karaoke ria. Menyanyikan banyak sekali lagu. Mama Tasia yang melihat suasana itu di mobilnya, sembari menyetir merasa sangat bahagia pula. Seakan-akan ia mempunyai 4 anak yang begitu ceria. Walau sempat terlintas di pikirannya mengenai suaminya, namun baginya, untuk saat ini suasana hangat seperti ini sangat cukup untuk membuatnya bahagia.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, yang artinya sudah masuk jam makan siang. Karena mereka belum juga sampai ke tempat tujuan, maka mereka memutuskan untuk singgah ke sebuah restoran di pinggir jalan untuk makan terlebih dahulu.

Selesai mengisi perut, mereka kembali meneruskan perjalanan. Tak sampai setengah jam, mereka sudah sampai di area parkir wisata air. Mereka sibuk mengurus barang bawaan mereka masing-masing. Terlihat Josia dan Lisa yang paling heboh. Dengan barang bawaannya yang cukup banyak, mereka berdua agak kesusahan dalam membawa barang-barang milik mereka.

"Lagian sih, cuma mau berenang ama ke amusement park pake bawa banyak banget barang-barang yang ga penting-penting amat. Kaya mau kemah aja lo." sahut Arthur ketika sedang membantu membawakan beberapa barang milik mereka. Ia heran dengan tingkah kedua adiknya yang sangat antusias dengan jalan-jalan kali ini. Bahkan dapat dikatakan terlalu antusias. Tetapi tidak apa-apa. Sebab hal seperti ini tidak dapat ia rasakan sering-sering.

***

Rembulan sudah naik. Bintang-bintang sudah mulai memancarkan cahayanya di langit. Sudah seharian penuh Arthur berwisata bersama-sama dengan keluarganya beserta Remi, sahabatnya itu. Banyak kejadian-kejadian lucu dan juga asyik yang mereka lalui. Mulai dari Arthur yang ketika akan melakukan diving di kolam 7 meter, tetapi karena ia sempat hampir terpeleset, maka diving indahnya berubah menjadi diving yang mampu membuat siapapun yang melihatnya tertawa. Juga Remi yang sempat mabok setelah menaiki wahana roller coaster di amusement park. Sungguh, hari ini mereka semua sangat bahagia dan bersenang-senang bersama.
Sesampai dirumah, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam. Remi, Arthur, beserta kedua adiknya memulai Saat Teduh bersama-sama setelah selesai berganti pakaian. Selain bernyanyi dan berdoa, mereka berempat pun juga saling berbagi cerita dan pengalaman yang sudah mereka lalui di hidup mereka. Memang benar, fakta bahwa ketika manusia sudah lelah menjalani aktivitas seharian, pada malam harinya manusia akan cenderung lebih jujur dan terbuka tentang apa yang ada dalam pikiran dan hati mereka. Istilahnya, mereka berempat sedang deep talk bersama; heart-to-heart conversation. Setelah mereka berempat selesai Saat Teduh dan saling sharing, Josia dan Elizabeth kembali ke kamar mereka masing-masing. Arthur dan Remi yang masih terbangun masih asyik mengobrol ria di kamar. Membicarakan hal apapun yang tiba-tiba muncul di pikiran. Mulai dari hal-hal yang tidak terlalu penting, hingga membicarakan hal kesukaan mereka; cerita horor. Kebetulan sekarang ini sedang malam jumat, jadilah suasana makin menjadi tegang namun seru, hanya karena isi pemikiran mereka yang penuh dengan khayalan-khayalan dan cerita-cerita horor. Tak terasa, sudah jam 11 malam. Sudah waktunya mereka untuk terlelap. Segera setelah selesai berbincang-bincang ria, mereka langsung tertidur pulas diatas kasur mereka.

***

Seminggu kemudian...

Dikamar, Arthur dan Remi hampir selesai mengepak barang-barang mereka. Mereka akan bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta dan menyiapkan diri untuk kembali masuk sekolah di semester 2. Mama Tasia sudah menyiapkan makan siang di meja. Setelah semuanya berkumpul, mereka mulai menyantap makan siang mereka. Sembari berbincang-bincang mengenai banyak hal, mereka perlahan menghabiskan makanan mereka.

Sekitar setengah jam setelah mereka menyantap makan siang, mobil jemputan yang akan mengantarkan Arthur dan Remi pulang ke Jakarta telah tiba di depan rumah Mama Tasia. Arthur dan Remi pun mengambil barang-barang mereka dan memasukannya ke dalam bagasi mobil. Sebelum pulang, mereka berpamitan terlebih dahulu pada Mama Tasia dan juga kepada Josia dan Elizabeth.

"Nanti kapan-kapan kalo libur lagi, main kesini lagi ya Thur." ucap Mama Tasia kepada Arthur.

"Iya ma. Nanti kayanya kalo liburan semester, Arthur mau kesini lagi. Tapi Arthur belom pasti juga sih." sahut Arthur.

"Ya udah nanti kabarin aja ke mama yaa." ucap Mama Tasia sembari mencium kening anak sulung kesayangannya itu.

"Kak, main kesini lagi lah kalo libur." celetuk Josia tiba-tiba.

"Iya kak, main-main lagi dong sama kita disini. Ajak kak Remi lagi juga ya kak." sahut Elizabeth menambahkan dari ucapan Josia.

"Iyaa, nanti deh yaa gue balik lagi kesini." ucap Arthur sembari memeluk ibunya dan kedua adiknya itu.

"Oh iya, sebentar kak." Josia berlari ke dalam tiba-tiba. Tak lama setelah itu, ia kembali keluar sembari membawa sebuah kotak.

"Oh iya, sebentar kak, Lisa mau ke dalem dulu. Jangan jalan dulu ya kak." Elizabeth pun juga berlari ke dalam.

"Ini kak, buat lo." ucap Josia sembari memberikan kotak berisi sepatu yang ia belikan khusus untuk Arthur sebelum Arthur dan Remi datang.

"Apaan ini?" tanya Arthur bingung. Tiba-tiba, Elizabeth pun keluar membawa sesuatu.

"Ini kak buat kakak, dari Lisa. Ini Lisa beli pake duit jajan Lisa sendiri lho." ucap Lisa yang terlihat senang dan bangga sembari menyodorkan hadiah pemberiannya ke Arthur.

"Buset, apaan lagi ini?" tanya Arthur makin heran dan bingung.

"Buka aja." jawab Josia dan Elizabeth bersamaan.

Setelah dibuka, Arthur terkejut karena dua hadiah pemberian adik-adiknya ialah barang-barang yang sangat ia inginkan. Sepatu branded pemberian Josia yang harganya tergolong mahal, juga jaket hoodie dari Elizabeth yang tergolong edisi terbatas. Betapa bahagianya Arthur ketika mendapat kedua kado tersebut dari kedua adik-adiknya. Tak lupa, Mama Tasia juga memberikan kacamata yang ia beli khusus untuk Arthur. Ia langsung melepas kacamata yang Arthur pakai dan menaruhnya dalam kotak kacamatanya, dan kacamata baru tersebut langsung dipakaikan kepada Arthur. Arthur kala itu merasa seperti orang yang sangat bahagia. Sebab ia dikelilingi oleh orang-orang yang benar-benar memperhatikannya. Setelah berpamitan, Arthur dan Remi masuk ke mobil. Mobil putih itupun perlahan pergi meninggalkan rumah Mama Tasia dan mengantar mereka berdua pulang ke Jakarta.

"Really, thank you God for giving me all of this." terukir wajah penuh rasa syukur di wajah Arthur.

Spring Day [COMPLETED]Where stories live. Discover now