#20 - Curiga

34 12 1
                                    

Sekitar seminggu kemudian, di hari minggu, Josia memiliki jadwal tanding. Kejuaraan basket pertama yang akan ia ikuti. Sedari pagi, Josia terlihat sangat semangat dan antusias mengenai hal ini. Tim basket sekolah Josia terbagi atas 2 tim, yaitu tim A dan tim B. Kebetulan, Josia berada di tim A yang dijadwalkan bertanding hari ini. Baju basket berwarna merah dan tanpa lengan itu terlihat sangat cocok di Josia. Dengan nomor punggung 1, menambah kepercayaan dirinya. Tim basket ini diminta berkumpul disekolah pukul 7 pagi. Nanti dari sana, mereka akan berangkat bersama-sama menggunakan mobil elf milik sekolah untuk menuju ke GOR tempat mereka akan bertanding.

"Kak, sepatu gue mana?" Josia sibuk mencari-cari sepatu basketnya yang entah ia letakkan dimana.

"Lah, mana gue tau. Di kamar lo kali?"

"Ga ada. Gue udah geledah kamar gue, tetep aja ga ada." ucap Josia yang mulai cemas.

"Lagian, lo naro sembarangan banget."

Mereka berdua mencari sepatu basket Josia sekitar 15 menit. Hingga akhirnya, sepatu miliknya ternyata berada di belakang kulkas.

"Lah, ini kan sepatu lo? Kok ada di belakang kulkas?"

"Hah? Oiya. Kan kemaren abis gue cuci malah kehujanan. Jadi ya udah gue taro di belakang kulkas." ujar Josia yang ternyata lupa telah menaruh sepatunya disana. Arthur hanya dapat menghujani Josia dengan jitakan belaka.

"Rambut gue udah mantep belom?" tanya Josia sembari bercermin merapikan rambutnya.

"Lo mau tanding basket apa ikutan Miss Universe sih? Rambut segala ampe diurusin banget gitu." cibir Arthur heran dengan tingkah adiknya yang satu ini. Sudah jelas ia akan tanding basket, tapi ia justru lebih sibuk dengan penampilannya.

"Yaa kan biar keliatan keren. Pebasket itu ga cuma skill nya doang yang keren, tapi penampilannya juga harus cool, kece, badai." ujar Josia menjelaskan.

"Udah banyak gaya, eh kalah. HAHAHA. Malu sih gue kalo ampe kayak gitu." canda Arthur atas pernyataan Josia barusan.

"Yaa, jangan sampe kalah lahh. Doain yang bener dikit napa."

Setelah sekitar 30 menit bersiap-siap, merekapun berangkat menuju sekolah. Selama di perjalanan, Josia lebih memilih diam. Dalam pikirannya, ia hanya mengkhayal ketika nanti dia bersama timnya mengangkat piala kemenangan. Ia juga sebenarnya sangat mengharapkan hal itu, sebab di tim A ini, Josia lah yang menjadi team captain.

Setelah beberapa menit, motor Arthur berhenti di depan lobby sekolah. Tak lupa, ia memberi bekal untuk Josia yang ia buat sendiri, sekaligus pula uang jajan sebesar 50 ribu rupiah sebagai pegangan.

"Nih makanan lo."

"Buset. Tumben banget gue dikasih duit banyak gini." ucap Josia lumayan senang ketika melihat selembar uang kertas biru bertuliskan nominal 50 ribu rupiah diberikan kepadanya sebagai uang jajan.

"Kan lo ampe sore. Ya udah, itu juga buat duit pegangan lo aja kalo tiba-tiba butuh sesuatu buat dibeli." ucap Arthur menjelaskan.

"Oh iya, nanti kalo lo masuk final, bilang ya. Gue mau nonton pas finalnya." ujar Arthur mengingatkan Josia.

"Iyaa. Ya udah, gue mau ngumpul dulu ya kak. Daahh." Josia melambaikan tangannya ber dadah-dadah ria sembari berjalan menuju lapangan basket sekolah.

Ketika Josia datang, ternyata sudah lumayan ramai disana. Pelatih, coach, dan tim nya sudah berkumpul. Hanya tinggal menunggu 3 orang lagi dari tim Josia yang belum datang. Setelah lengkap, mereka satu persatu masuk ke dalam mobil elf. Setelah semua sudah masuk, mobil elf yang membawa rombongan tim basket itu mulai melaju, meninggalkan wilayah sekolah.

Spring Day [COMPLETED]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن