#15 - MPLS

56 13 2
                                    

Bulan Juli pertengahan, seluruh sekolah di Indonesia mengadakan MPLS atau 'Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah' bagi para siswa baru mereka. Sekolah Arthur pun juga mengadakan MPLS yang di koordinir oleh sekolah dengan bantuan OSIS.

Kebetulan, Arthur sebagai anggota OSIS menjadi penanggung jawab kelas X IPS 3. Sekarang ini ia sudah berada di kelas 11, tepatnya kelas XI IPS 1. Arthur menjadi penanggung jawab kelas X IPS 3 bersama dengan Remi dan Agnes. Entah mengapa, sudah 2 kali acara yang ikut dibantu oleh OSIS, mereka bertiga selalu ditempatkan di tugas dan tempat yang sama.

Upacara bendera di hari senin juga sekaligus sebagai upacara pembukan masa MPLS bagi kelas 10 yang baru. Terlihat hampir semua siswa-siswi kelas 11 dan 12 sangat berusaha menjaga image mereka sebagai kakak kelas yang cool, kece, dan lain sebagainya.

"Untuk siswa-siswi kelas 10, selamat datang di SMA. Nanti selama 3 hari, kalian akan dibimbing oleh kakak-kakak penanggung jawab masing-masing kelas dari OSIS untuk lebih mengenal soal sekolah kalian yang baru ini." tutur pak Anto sebagai pembina upacara. Para OSIS pun mulai memperkenalkan diri mereka satu persatu di hadapan siswa-siswi kelas 10 yang baru.

Upacara selesai, dan saatnya para OSIS yang bertugas sebagai penanggung jawab kelas untuk mulai membimbing siswa-siswi kelas 10 yang baru.

"Silahkan, OSIS yang bertugas. Antarkan adik-adik dari kelas kalian menuju kelas mereka masing-masing." ucap pak kepala sekolah setelah upacara selesai. Para OSIS yang bertugas langsung sibuk dengan tugas mereka masing-masing.

"Perhatian! Kelas X IPS 3, ikutin gue ya!" ucap Arthur setengah berteriak agar suaranya dapat didengar sampai ke barisan belakang. Ia membawa papan nama kelas X IPS 3 dan berjalan ke arah tangga. Diikuti oleh Remi, Agnes, dan anak-anak kelas X IPS 3.

Sesampainya dikelas X IPS 3, para siswa kelas 10 yang baru ini sibuk memilih tempat duduk mereka masing-masing. Setelah sekitar 5 menit, barulah para penanggung jawab masing-masing kelas dapat memulai perkenalannya.

"Oke, selamat pagi semuanya." ucap Arthur dengan penuh kepercayaan diri.

"Selamat datang di SMA. Sekarang kalian udah kelas 10. Dan kalian bakal make seragam putih abu-abu, bukan lagi putih-biru." ucap Remi basa basi sedikit.

"Mungkin ada yang belom kenal sama kita, jadi sebelumnya kita bakal ngenalin diri kita dulu ya." ucap Agnes menambahkan dengan menampilkan senyumnya.

"Oke, nama gue Arthur Nathanael. Kalian bisa panggil gue Arthur. Gue kelas XI IPS 1. Jabatan gue di OSIS sebagai sekretaris OSIS."

"Nama gue Jeremi Matthew. Panggil aja Remi. Gue kelas XI IPS 1. Jabatan gue ialah sekretaris 2 OSIS."

"Haloo. Nama gue Agnes Geraldine. Gue kelas XI MIPA 1. Jabatan gue di OSIS itu sekretaris 3 OSIS."

Baju almet OSIS berwarna biru dongker membuat mereka terlihat berwibawa. Setelah selesai memperkenalkan diri mereka masing-masing, Arthur mulai mengabsen satu persatu para siswa siswinya.

"Oke, sekarang kan kita udah ngenalin diri nih, gantian yaa. Kita juga mau kenalan sama kalian. Oke, gue absen dulu yaa. Yang gue sebut namanya, boleh angkat tangan terus kedepan dan kenalin dirinya yaa. Nama, sekolah asal, sama alasan kenapa milih sekolah disini." ucap Arthur lalu mengambil daftar siswa kelas X IPS 3 yang terletak diatas meja guru. Setelah sekitar 15 nama siswa,  kening Arthur berkerut sebelum menyebut nama yang akan ia sebut selanjutnya.

"Thur? Lo kenapa?" tanya Remi yang menyadari ekspresi bingung Arthur. Arthur tidak meresponnya sebab masih terfokus pada pikirannya. Lamunannya buyar ketika Agnes menjentikkan jarinya untuk menyadarkannya.

"Eh, iya. Maaf. Oke selanjutnya, Josia Zefandi." ucap Arthur yang sempat kaget dengan jentikan jari Agnes. Sontak, Remi dan Agnes pun lumayan terkejut ketika mendengar nama itu disebut. Dan tidak sampai beberapa detik, sesosok anak laki-laki yang sangat Arthur dan Remi kenali mengangkat tangannya.

"Hadir kak." ucap Josia sembari menampakkan senyumnya. Ya, penglihatan mereka tidak salah. Josia, adik Arthur sekarang berada di dalam kelas yang mereka pegang. Yang artinya, sekarang ia adalah bagian dari sekolah ini.

"Hah, Josia? Lo sekolah disini?" tanya Arthur yang mendadak antusias sembari berjalan mendekati Josia.

"Wess, iya lah kak. Pengen lah gue sekolah SMA di Jakarta juga kayak lo." ucap Josia yang tak kalah antusias pula.

"Wess gilaa." ucap Arthur lalu memeluk adik kesayangannya itu. "Maaf ya liburan kemaren gua ga ke Bandung."

"Iya kak gapapa." ucap Josia sembari pula memeluk kakaknya itu.

"Terus mama sama Lisa dimana?" tanya Arthur yang teringat dengan ibunya beserta adik bungsunya.

"Oh, Lisa sekarang lagi sekolah. Di sekolah lo yang dulu juga. Mama palingan lagi masak dirumah." ucap Josia

"Kalian pindah ke Jakarta??" tanya Arthur yang makin penasaran.

"Yoi lah." balas Josia yang senang pula ketika mengetahui bahwa kakaknya lah yang akan membimbing dia beserta teman-teman kelasnya selama 3 hari masa MPLS.

"Sehh, iyadah. Ya udah, maju sono lo. Kenalin diri." ucap Arthur.  Kemudian kembali ke meja guru. Setelah itu, Arthur kembali mengabsen satu persatu siswa yang lain.

Setelah selesai berkenalan, Arthur, Agnes, dan Remi menjelaskan tentang serba-serbi sekolah mereka dan masih banyak lagi.

***

Seminggu kemudian...

Lapangan basket dipenuhi dengan siswa siswi kelas 10. Mereka berdiri dan beberapa diantaranya memilih duduk. Mereka berkumpul melingkari lapangan basket untuk menyaksikan penampilan demo ekskul dari masing-masing ekskul. Di dekat mushola sekolah pun, sudah berjejer rapi stan dari berbagai ekskul. Arthur yang sudah selesai melakukan demo ekskul Pencak Silat kemudian mengambil brosur yang ada diatas meja stan ekskulnya dan membagi-bagikannya kepada siswa-siswi kelas 10. Terlihat beberapa anak perempuan yang seperti berbisik-bisik sembari melihat Arthur yang sedang menggunakan baju hitam dengan sabuk kuning khas Pencak Silat. Sempat terdengar ada anak perempuan yang berkata kalau sosok Arthur yang sedang memakai baju silat itu terlihat gagah, idaman, tegas, dan lain sebagainya.

Setelah semua demo ekskul selesai, para siswa langsung berkerumun di setiap stan ekskul yang ada. Tak terkecuali Josia. Ia mengunjungi stan ekskul basket untuk mendaftarkan diri. Setelah mendaftarkan diri, ia melakukan pengukuran untuk baju basketnya nanti agar sesuai dengan tubuhnya.

***

Sekitar beberapa hari kemudian, Mama Tasia memanggil Arthur untuk ke rumahnya. Ia memberi tahu bahwa ia akan bekerja di luar negeri. Di butik managernya di Korea Selatan. Maka dari itu, ia meminta Arthur untuk tinggal dirumahnya saja bersama Josia dan Elizabeth. Untuk sekaligus dapat menjaga kedua adiknya juga. Ia juga diminta untuk mengatakan hal ini terlebih dahulu pada ayahnya agar mendapat persetujuan. Setelah menelepon ayahnya dan ayahnya mengizinkan, sabtu nanti Arthur akan membawa barang-barangnya ke rumah Mama Tasia. Ternyata, ayahnya juga ingin menyampaikan hal yang sama. Dimana ia harus bekerja ke luar negeri. Awalnya ia berpikir untuk menolak hal tersebut. Namun karena kebetulan istrinya baru saja pindah ke Jakarta, jadilah ia mengizinkan Arthur untuk tinggal disana selama ia sedang dinas ke luar negeri. Ia hanya berpesan untuk sesekali mengecek rumah ayahnya dan membersihkan sedikit rumah tersebut dengan menyapu lantai dan mengelap perabotan yang ada. Awalnya Arthur bingung jika ia akan tinggal di rumah baru ibunya, dimanakah ia akan tidur. Kebetulan ada 3 kamar, dan Arthur dapat menggunakan kamar Mama Tasia dan boleh untuk menghiasnya sesuai selera.

Seminggu setelah pembicaraan itu, Arthur sudah mulai meletakkan dan menata barang-barangnya dikamarnya yang baru. Tak lupa ia menaruh foto-foto dirinya dengan sahabat dan kedua adiknya itu di meja belajarnya. Itulah salah satu hal yang dapat menaikkan semangat Arthur ketika sedang down. Dan sekarang, artinya ia menggantikan posisi ibunya untuk menjaga dan merawat kedua adiknya disana. Walau memang usia mereka sudah lebih dari 12 tahun dan sudah termasuk remaja, tetap saja Arthur memiliki tanggung jawab atas mereka.

Spring Day [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang