#31 - Busuk

23 10 2
                                    

Fajar mulai menampakkan kembali wajahnya. Kembali menyingsing dan menerangi hari di langit biru. Hiruk pikuk perkotaan tampak dari langit yang berawan.

Di sekolah, Arthur menjalani kehidupannya yang biasa. Pelajar kelas 11 SMA yang sibuk dengan segala tugas-tugasnya, termasuk tugas sebagai salah satu pengurus OSIS sekolahnya. Beberapa hari setelah hari di taman pemakaman itu, Josia sudah pulang dari rumah sakit dan dapat bersekolah lagi. Namun, satu hal yang masih kurng bagi Arthur, yaitu kehadiran Elizabeth dirumah.

Sesampainya dirumah, Arthur langsung naik ke lantai dua rumahnya dan menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Setelahnya, Arthur mulai rebahan dikasurnya.

Terbesit di pikirannya untuk mencoba menghubungi Elizabeth. Ia menekan tombol call pada kontak Elizabeth, dengan harapan adik perempuannya itu mau mengangkat teleponnya. Beberapa kali mencoba menelepon, namun hasilnya nihil. Hanya suara operator terdengar disana bahwa nomor Elizabeth sedang tidak aktif. Arthur meletakkan HP nya di sebelah bantalnya dan mulai melamun. Ia berandai-andai jikalau saja kedua orangtuanya tidak pergi bekerja diluar negeri, mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi.

"Ya udah kak. Nanti coba lagi." ucap Josia yang tiba-tiba sudah berada di ambang pintu kamar Arthur. Sontak Arthur sempat terkejut karena lamunannya seketika buyar. Ternyata adiknya itu mengerti apa yang ia rasakan saat ini.

"Nanti bareng-bareng nyari Elizabeth ama gue ya." ucap Josia lalu duduk di tepi kasur kakaknya itu.

"Mau nyari dimana? Gue aja ga tau Elizabeth sekarang dimana." ujar Arthur yang kebingungan.

"Kan katanya lo punya nomor tante-tante itu? Kenapa ga coba telepon dia aja?" ujar Josia. Arthur pun baru teringat bahwa ia memiliki nomor telepon Tante Ratna. Ia pun duduk di kasurnya dan mengambil HP nya. Mulai mencari nomor telepon Tante Ratna di HP nya. Setelah mendapat nama Tante Ratna di daftar kontaknya, ia menekan tombol call untuk menelepon Tante Ratna. Beberapa kali mencoba, namun tak tersambung. Hanya terdengar suara panggilan masuk saja. Setelah mencoba ke lima kalinya, akhirnya telepon Arthur pun tersambung.

"Halo tante..."

"Halo nak Arthur. Kenapa ya?"

"Elizabeth nya ada ga tan? Saya mau ngobrol tan sama Elizabeth."

"Elizabeth lagi sibuk nak. Dia banyak tugas."

"Emm gapapa tan. Saya cuma mau ngomong sebentar aja." ucap Arthur sedikit memohon agar Tante Ratna dapat memberikan telepon itu kepada Elizabeth.

"Dianya lagi sibuk. Kamu ga kasian sama dia? Kalo kamu ngeganggu malah nantinya dia keteteran." ucap Tante Ratna yang nada suaranya sudah mulai meninggi diseberang sana.

"O-ohh. Gitu ya tan? Ya udah deh tante. Nanti saya telepon lagi. Maaf ganggu ya tan." ucap Arthur. Setelah Arthur selesai mengatakan kalimatnya, sambungan telepon pun langsung terputus begitu saja. Arthur menaruh HP nya dikasur. Terlihat wajah Arthur yang terlihat muram. Ia sudah lama sekali tidak melihat sosok adik bungsunya itu. Mendengar suaranya saja selalu ada halangan. Josia yang melihat kakaknya itu hanya dapat terdiam sembari menepuk pundak Arthur untuk mencoba membuat kakaknya merasa sedikit baikan.

***

Di lain tempat, Tante Ratna melengos kasar. Ia terlihat sangat kesal karena Arthur kerap meneleponnya terus untuk dapat berbicara dengan Elizabeth. Om Adi melihat istrinya yang kesal itu pun mendekat dan bertanya.

"Kamu kenapa ma?"

"Itu lho mas, si Arthur. Ga bosen-bosen nelponin aku terus buat nanyain Elizabeth. Kesel tau ga aku." keluh Tante Ratna karena seringkali ditelepon oleh Arthur untuk mencoba mengobrol dengan Elizabeth.

Spring Day [COMPLETED]Where stories live. Discover now