TIGA ENAM: Psikopat dan Pembunuh Berantai

5.3K 471 67
                                    

HEY KAMU! IYA, KAMU! Yang masih jadi silent readers, pencet VOTE DAN KOMEN SEKARAAAANG~

Cerita yang ada adegan anunya
Pasti banyak yang baca, tapi sepi komen. Kalo saya nulis anu karena relavan dengan plot dan karakter si Keynal. Tidak perlu dipikirkan, enjoy!.

....

“Ve, kamu harus memastikannya sekarang!” Keynal menyodorkan benda berbentuk persegi panjang kecil yang Veranda ketahui sebuah testpack.

“Nal, aku takut … jika memang iya, apa yang harus aku lakukan nanti? Aku takut Key ... hikkkss.”

Ve memeluk tubuh Keynal berharap bisa sedikit menenangkannya. Setiap ketakutan memang memiliki daya magis yang mematikan. Meski terkadang ketakutan adalah bentuk dari perasaan seseorang untuk bisa menjadi lebih baik. Semisal orang-orang terpaksa belajar dengan keras, hanya karena takut dikatai bodoh.

Ingat! semua ketakutan itu, selalu memiliki jawabannya masing-masing. Tinggal bagaimana cara kita memilih menghadapinya. Bertahan dengan ketakutan-ketakutan tadi atau justru melawan ketakutan itu.

Kadang kita perlu sejenak menoleh ke belakang, agar waspada dan tidak mengulang kesalahan yang dapat menghambat sukses kita di depan! Penyesalan dan kesalahan, itulah yang membentuk kenangan.

“Aku egois, tidak sabar juga sedikit kasar. Aku membuat kesalahan, lepas kendali dan kadang-kadang sulit untuk ditangani. Tapi jika kamu tidak bisa menangani aku pada saat terburukku, maka aku yakin sekali kamu tidak layak menerimaku pada saat yang terbaik.”

Keynal menuntun Veranda ke atas ranjang. Keynal mendekap Veranda, berusaha menegangkan gadis itu.

“Mayo, sayang kamu baik-baik saja?.”

Keynal segera melepaskan pelukannya kemudian berdiri. Mama Veranda memasuki kamar Veranda. Beliau tampak khawatir dan langsung mendekati putri kesayangannya itu.

Dengan sigap Veranda menyembunyikan testpack, yang belum sempat ia gunakan itu, di bawah bantal.

“Keynal, bilang kamu tidak enak badan, makanya mama bikini sup hangat ini buat kamu.” Ny. Treeyse meletakkan nampan yang dibawanya di meja samping Veranda.

“Papa juga sudah menelepon dokter Lukas untuk datang kemari. Sebentar lagi kamu akan diperiksa dan akan segera sembuh.”

Tak lama kemudian Tn. Tanu muncul di balik pintu dengan mengenakan pakaian kantor. Melihat kedua orang tua Veranda, Keynal buru-buru pamit keluar.

Tingtong.!

Bersamaan dengan itu bel depan villa itu berbunyi.

“Nah itu dia, seperti dokter Lukas sudah datang.”

“Tuan, biar saya saja yang membuka pintu.”

“Oh baiklah, terima kasih Key.”

Keynal melangkah keluar dan mempersilakan dokter masuk dan mengantakan dokter muda berjas putih itu ke kamar Veranda. Sesampainya di kamar Veranda dokter Lukas segera memeriksa kesehatan Veranda. Dokter Lukas mulai memasang stetoskop itu dikedua telinganya dan mengarahkan alat itu ke dada Veranda.

Dokter muda yang terkenal dingin, pelit senyum itu sedari tadi diam-diam memberikan senyum nakalnya ke arah Veranda. Keynal yang kini berdiri samping pintu terus memperhatikan gerak-gerik sang dokter, pria itu terus memandangi paras Veranda yang ayu rupawan.

Wajah Keynal merah padam menahan letupan amarah dalam dirinya. Sebisa mungkin Keynal menekan perasaannya, ketika emosi negatif mulai menjalar di ubun-ubun. Sempat terpintas dalam benaknya untuk mencongkel bola mata dokter mesum itu detik ini juga.

Love Scenario [END-COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang