EMPAT ENAM: Menuju Akhir

3.8K 242 41
                                    

Detik demi detik berlalu dalam sepi. Ruangan penuh dengan kursi sofa ini pun telah berubah menjadi gelap sempurna. Pertanda malam kian menyantap waktu. Hanya nafas teratur dari sepasang kekasih yang terdengar mengalun indah bersama tembang alam.

Veranda mengelus lembut pipi cowoknya yang tengah tertidur pulas di pangkuannya, Keynal terlelap sembari mengemut ujung jempolnya persis seperti bayi. Berbekal cahaya remang lampu lantai yang berdiri kokoh di samping sofa.

Setiap kali mulutnya menghela nafas, Veranda berhati-hati sebisa mungkin. Khawatir jika suara pernafasannya menganggu ketentraman tidur Keynal.

Veranda tahu Keynal lelah karena begadang semalam penuh, jadi dia rela menepis rasa pegal yang menggerogoti kakinya. Veranda dengan lembut menggerak-gerakkan kedua kaki jenjangnya.

Maniknya berulangkali menjaga awas ke arah Keynal yang tertidur di atas pahanya. Sialnya, rasa pegal dan kesemutan yang dirasakan Veranda mulai menjadi-jadi. Kakinya semakin keram tak karuan sebab terlalu lama menyangga kepala Keynal, perlu diakui posisi ini sedikit membuatnya tidak nyaman.

Mau tak mau, Veranda terus menggerak-gerakkan kakinya. Satu, dua kali gerakannya begitu pelan. Ketiga, keempat dan seterusnya mulai lebih kuat. Veranda mendesah lelah, kepalanya direbakkan ke belakang menabrak sandaran sofa.

“Capek,” lirihnya pasrah.

“Ini hukuman.”

Veranda tergemap mendengar ucapan itu. Sontak saja menatap sosok dalam pangkuannya itu. Dengan bibir tipis, Keynal mengulum senyum tak terbaca. Namun matanya masih tertutup sempurna.

“Salah siapa, bikin aku lelah dengan curhatan kamu?” Keynal membuka matanya dan langsung disapa oleh tatapan hangat Veranda.

“Jadi, kamu, gak ikhlas dengerin cerita aku!” sungut bibir protes Veranda mulai terbentuk.

Veranda menghentak-hentakkan kakinya sebagai pelampiasan kekesalan. Berimbas pada kepala Keynal yang tergoncang naik turun dipangkuannya. “Aduh ampun Ve, bukan gitu, kok kamu jadi ikut-ikutan judes kek Naomi.”

“Jangan sama samain aku dengan cewek lain, aku gak suka ya.”

Salah satu cara buat nyenengin cewek Leo tuh selalu jadiin mereka prioritas, karena mereka menganggap diri mereka tuh alpha, paling gak suka dibanding-bandingkan.

Keras kepala tidak mau mengalah, tapi SWEET. Karakter leo lebih banyak ngeselinnya. Makanya jadi gumush seperti itu, habis marah-marah suka meluk. Kurang ajar kan.

LABIL You know? Sometime LEO confident and insecure at the same time. STRUGLE is a LIFESTYLE!

Keynal terkikik gemas ia bangkit dari pembaringannya. Mengusap matanya berulangkali untuk benar-benar meraih kesadaran. Kemudian segera menggeser tubuhnya menghadap ceweknya yang mungkin sedang kesal. Sebagai pencinta galaksi, Keynal selalu membaca karakter Veranda melalui rasi bintang.

0,2 detik setelah Veranda berhasil mencium pipi tirus Keynal.

Kecupan singkat di bibirnya bersamaan dengan rengekan, “Nyebelin,” imbuh Veranda membuat Keynal mengerjap-kerjapkan matanya. Seperti tebakan Keynal sebelumnya, cewek Leo memang begitu.

Veranda mengubah posisinya. Kedua kakinya naik ke sofa. Menekuk kedua lututnya, sehingga kini Veranda setengah berdiri. Dengan tangan berkacak pinggang Veranda membuat wajah menantang.

Tak lama setelahnya Veranda beranjak untuk berlalu. Sampai sebuah tangan menariknya kasar. Veranda menoleh, sepasang tangan menyebar kehangatan pada pipi Veranda. Hal tak terduga terjadi secara alami, tangan itu menarik kepala Veranda agar mendekat.

Love Scenario [END-COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang