EMPAT DELAPAN: Dia pergi

6.7K 215 58
                                    

Beberapa bulan kemudian....

Veranda POV

Malam ini, untuk kesekian kali aku kembali melihatnya. Kekasihku, dia bersama dengan wanita lain. Dari kejauhan aku melihat mereka sedang berciuman begitu mesra perih sekali rasanya.

Sudah lebih dari seminggu terakhir sikapnya berubah drastis. Dia memang masih menganggapku sebagai kekasihnya, tapi keberadaanku di sisinya seolah tak berarti apa pun. Ini sudah bukan pertama kali lagi aku melihatnya begitu.

Sudah beberapa kali aku melihatnya sering berganti ganti wanita. Sekarang dia lebih pantas dicap sebagai seorang playboy. Dia juga sering menghabiskan waktu di klub malam, dan mabuk-mabukan. Bukan hanya di belakangku, dia bahkan bermesra-mesraan bersama wanita-wanitanya saat kami sedang menghabiskan waktu bersama.

Padahal sebelumnya dia tidak begitu, dia tidak pernah menyakiti perasaanku dan selalu bersikap baik. Sebenarnya apa salahku? Padahal aku sudah mengorbankan banyak hal untuknya. Aku benar-benar tidak mengerti dimana letak kesalahanku sampai dia tega memperlakukanku seperti ini.

Aku selalu berusaha bersikap sesempurna mungkin di hadapannya, dan tidak pernah berhenti untuk menjadi kekasih terbaik seperti yang dia inginkan selama ini. Setelah dia melakukan ciuman mesra bersama perempuan itu, dia menoleh dan menatap ke arahku.

Tanpa rasa bersalah sedikit pun dia tersenyum lebar dan melambaikan tangan padaku. Aku hanya diam mematung, rasa perih di dalam hati yang semakin dalam, membuatku sulit sekali untuk tersenyum. Meski begitu aku tetap mencoba memberikan senyuman tipis, berusaha terlihat baik-baik saja di depannya.

Keynal kembali menatap wanita di hadapannya itu, mungkin hendak memohon pamit. Benar saja, Keynal berjalan menghampiriku, setelah wanita itu pergi. Seketika aku menghapus air mata yang mulai menetes, dia tidak boleh melihatku begini, sekali lagi aku memberikan senyuman setulus mungkin padanya.

“Hai, Sayang. Aku sangat merindukanmu.” ucapnya sembari memelukku erat.

Aku merasakan dekapan hangatnya masih sama seperti dulu. Tapi karena peruhahan sikapnya akhir akhir ini, pelukannya itu jadi terasa hampa.

“Aku membawakan martabak coklat keju kesukaanmu,” sahutku pelan sesaat setelah dia melepaskan pelukan sepihaknya, aku kemudian menyodorkan sebuah bingkisan.

“Terima kasih ya, kamu baik sekali. Ayo masuk, udara malam tidak bagus untuk gadis secantik dirimu.” Dia merangkul pinggangku, mengajak masuk ke dalam rumah kecilnya.

Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Sebenarnya apa alasannya? Kenapa Keynal menjadi pemain wanita dan menyakiti hatiku begini?

Di tengah langkah, aku menyempatkan diri untuk menatapnya. Apa sebenarnya kesalahanku? Kata tanya itu terus berputar di benakku. Sayangnya aku tidak punya keberanian untuk menanyakan apa pun padanya.

Saat ini kami duduk berhadapan di meja makan, Keynal mengajakku makan bersama. Aku masih cukup menikmati saat-saat seperti ini, sepintas hubungan kami terlihat baik-baik saja.

Keynal menyuapi aku, begitu pula sebaliknya, kami bercanda dan tertawa bersama seolah seperti tak pernah terjadi apa pun. Keynal kemudian menuangkan sebotol anggur berkadar alkohol rendah ke dalam gelas kami, lalu minum bersama dan kembali menikmati indahnya malam.

Tapi kesadaranku mulai menurun hanya karena beberapa gelas saja. Berbeda dengannya, Keynal terlihat baik-baik saja meski sudah meminum hampir setengah botol.

Keynal mulai berkata-kata untuk menggoda, merayuku dengan rayuan gombalnya. Ya, mungkin karena aku yang terlalu bodoh! Aku tidak pernah bisa menghindari tatapan matanya yang indah. Wajahnya yang manis selalu memabukkan pandanganku dan kata-kata gombalnya itu juga selalu berhasil membuarku terbuai.

Love Scenario [END-COMPLETE]Where stories live. Discover now