15

5.4K 319 9
                                    

Perhatian!!!!!

Jangan lupa klik bintangnya ya gaes biar gue makin semangat nulis
🔥🔥🔥

Happy Reading

💜💜💜

Faza menepuk pundak Dion keras karna cowok itu benar-benar membuatnya kehabisan nafas. Faza memalingkan wajahnya kesamping, merasa malu atas apa yang baru saja mereka lakukan.

Sukur taman belakang ini sepi jadi tidak ada yang melihat apa yang mereka sudah lakukan, terkutuklah Dion karna sudah berani menciumnya ditempat terbuka.

Dion menarik wajah Faza lagi agar mendekat padanya tapi sukur saja Faza cepat menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Astaghfirullah apa Dion belum puas, astaghfirullah.

"Dion apasih jauh nggak lo," kesal Faza karna Dion masih mencoba untuk menciumnya bahkan tangan Faza  mendorong wajah cowok itu menjauh.

Dion terkekeh pelan sambil terus menggoda Faza dengan memajukan wajahnya tapi terus di tepis oleh cewek itu.

"Kok nolak, padahal kan enak Fa, apalagi tadi lo balas cium balik gue," kata Dion membuat Faza melototkan matanya.

"Kok lo jadi mesum gini," kata Faza tak percaya.

"Mesum apaan??", Tanya Dion sambil tersenyum miring membuat Faza bergidik ngeri.

"Baru juga ciuman kayak tadi, gue bahkan bisa bikin bibir lo lebih bengkak lagi,"  kata Dion.

"Sinting!!" kata Faza membuat Dion tertawa keras sambil mengusap rambut cewek disampingnya itu.

Faza terdiam, kemudian dia menyenderkan kepalanya pada bahu lebar milik Dion.

"Dion," panggil Faza.

"Hmm," sahut Dion tangan kirinya bergerak mengambil tangan kanan Faza dibawanya keatas paha, pandangannya lurus kedepan membiarkan Faza bersandar nyaman di bahunya.

"Makasih udah ada disini," kata Faza pelan, membuat Dion tersenyum, ibu jarinya bergerak mengusap tangan Faza mungil Faza yang berada dalam genggamannya.

"Makasih aja nggak cukup kali Fa, cium dong sebagai bu..," Dion tak melanjutkan ucapannya karna tiba-tiba Faza mencium pipinya membuat jantung cowok itu berdetak lebih cepat.

"Yah cuma pipi, padahal bibir nganggur," kata Dion asal mengalihkan kegugupannya.

"Jangan ngajak ribut dulu bisa nggak, gue mau curhat," rengek Faza.

"Kok lo jadi gemesin sih Fa, udah cantik jangan ditambah gemesin nanti gue bucin kayak Heru lagi," kata Dion membuat Faza memutar bola matanya malas.

"Ah iya katanya tadi mau curhat, jadi kenapa??" tanya Dion.

"Dia bukan ibu kandung gue," kata Faza, membuat Dion terkejut tak menyangka.

Dion diam menunggu Faza melanjutkan ceritanya.

"Bunda udah meninggal 2 tahun yang lalu, dan dia menikah sama ayah 4 bulan setelah itu. Dia perebut Dion, padahal dia sahabat bunda," kata Faza pelan mencoba tidak menangis karna mengingat bundanya.

Dion mengeratkan genggamnya pada tangan Faza mencoba menguatkan cewek itu.

"Dia baik, tapi gue nggak bisa terima dia, dari dulu sampai sekarang gue selalu berharap mereka cerai, supaya ayah jadi punya gue sama bunda lagi. Apa gue salah??" tanya Faza, jujur dia sangat ingin tau bagaimana sudut pandang orang lain.

"Kalau mereka cerai apa ayah lo bakal bahagia?" tanya Dion membuat Faza tertohok, dia selama tak pernah memikirkan posisi ayahnya.

"Mereka ceraipun ayah lo nggak bakalan bisa kembali sama bunda lo kan. Dia bukan melupakan, pasti bunda lo punya tempat khusus dihatinya. Terdang kita nggak boleh egois coba lihat dari sudut pandang lain, kalau nggak ada dia, ayah lo siapa yang ngurus, lo nggak selamanya ada disamping dia kan, kalau nggak ada dia ayah lo bakalan selalu sedih karna ingat terus sama istrinya yang udah nggak ada, benar kan gue?" tanya Dion.

Faza mengeleng, tapi dia tau apa yang dikatakan Dion memang benar.

"Lo beruntung punya mama tiri baik sayang sama lo, kalau dia perebut seperti yang lo bilang, apa dia pernah larang lo buat ketemu sama ayah lo??" tanya Dion lagi, Faza kembali menggeleng.

"Nggak kan,  makanya belajar buat terima, karna menurut gue mereka ceraipun nggak akan membuat lo bahagia, coba terima dia mungkin lo bisa lebih bahagia. Nerima dia bukan berarti melupakan bunda lo Fa," kata Dion panjang membuat Faza terisak lagi.

Jujur saja salah satu alasan Faza tidak bisa menerima Freya adalah dia takut posisi bundanya tergantikan, padahal itu tak akan pernah terjadi.

"Jadi gue harus gimana??" tanya Faza serak.

Dion menatap Faza, kemudian tersenyum, membuat Faza tak sadar kalau dia juga ikut tersenyum.

"Gue rasa lo tau apa yang harus lo lakukan," kata Dion dan diangguki oleh Faza.

"Makasih ya," kata Faza lagi.

"Hmm, Udah jangan nangis lagi, sekarang doain aja ayah lo supaya cepat bangun dari komanya," kata Dion.

"Lo juga bantu do'ain."

"Pasti, asal lo janji jangan nagis lagi," kata Dion.

Faza mengganguk kemudian berdiri menarik tangan Dion agar cowok itu juga berdiri.

"Ayo cari makan, lo pasti lapar habis kasih gue kata-kata bijak," ajak Faza membuat Dion terkekeh.

"Dion," panggil Faza pada cowok yang sedang berjalan disampingnya.

"Apa lagi," sahut Dion.

"Kok nyahut nya gitu?" kata Faza sambil mendongak supaya bisa melihat wajah Dion.

"Apa sayang??" kata Dion membuat Faza menabok lengannya keras.

"Cuma lo cewek yang nabok cowoknya pas dipanggil sayang, mana kuat lagi," sindir Dion tapi tak dihiraukan Faza.

"Kalau gue suka beneran sama lo gimana??" tanya Faza.

"Ya bagus, lagian kok baru sukanya sekarang, gue udah dari dulu kali Fa" kata Dion membuat Faza mencibir.

"Gue serius ini," kesal Faza.

"Lo pikir gue nggak serius," kata Dion.

"Lo beneran suka sama gue??" tanya Faza lagi.

"Serius banget lo, berasa besok mau ke KUA," kata Dion sambil mengalungkan lengannya ke bahu Faza.

Faza merengut dengan jawaban tak memuaskan dari Dion, mereka terus melanjutkan langkahnya dengan lengan Dion yang masih mengalung di lehernya.

"Jangan takut buat sayang sama gue, karna rasa sayang gue buat lo bakalan lebih besar," kata Dion pelan sambil tersenyum membuat Faza otomatis menghentikan langkahnya.

Tbc.

Senin, 13 Januari 2020

All About KissWhere stories live. Discover now